Sudut Gelap di Balik Ingar Bingar Harbolnas

sudut gelap di balik ingar bingar harbolnas

Harbolnas hanya akan mempertegas kesenjangan sosial, antara masyarakat berdaya beli dan masyarakat tak berdaya beli.

Oleh. Qaulan Karima
(Kontributor Narasiliterasi.id)

NarasiLiterasi.Id-Hari Belanja Online Nasional (Harbolnas) diselenggarakan pada tanggal 12 bulan Desember setiap tahunnya. Pada awalnya, di tahun 2012, Harbolnas diselenggarakan untuk memberikan edukasi kepada masyarakat tetang belanja online. Tahun ini kampanye Harbolnas diluncurkan secara resmi oleh Menko Perekonomian, Menteri Perdagangan, dan Menteri UMKM. Dilansir dari laman antaranews.com, Harbolnas di tahun ke-12 ini dijadikan momentum untuk memperkuat ekonomi digital dan UMKM. Menko Perekonomian menyatakan bahwa Harbolnas tahun ini diharapkan dapat melejitkan penjualan, terutama pada produk-produk UMKM. Berbagai penawaran menarik seperti potongan harga barang dan ongkos kirim besar-besaran, serta cashback, menjadi magnet tersendiri bagi para calon konsumen untuk membelanjakan uangnya.

Hasil survei yang diinisiasi Indonesia E-commerve Association (idEA) menggandeng Nielsen IQ Indonesia, menujukkan bahwa pada tahun 2023 nilai transaksi selama event ini mencapai angka 25,7 triliun rupiah. Dari total nilai transaksi selama Harbolnas, tercatat kontribusi transaksi produk lokal berada pada angka 12,3 triliun atau 48,1 persen dari total angka transaksi. Nilai transaksi tersebut mengalami peningkatan dari tahun sebelumnya. Dengan demikian, dapat dikatakan bahwa daya saing UMKM meningkat di platform belanja online.

baca juga: Digital Overload pada Perempuan dan Solusinya

Harbolnas juga dinilai berkontribusi positif pada angka Produk Domestik Bruto (PDB) dari sektor komunikasi dan informasi. Kondisi ini merupakan bentuk kontribusi tidak langsung Harbolnas terhadap perekonomian Indonesia sebagaimana dijelaskan oleh Yusuf Rendy Manilet, ekonom CORE Indonesia pada laman situs kumparan bisnis tahun 2021. Sektor transportasi dan pergudangan pun turut terdampak positif dari diselenggarakannya Harbolnas.

Sudut Gelap Harbolnas

Nestapa di balik euforia, begitulah ungkapan yang tepat untuk menggambarkan penyelenggaraan Harbolnas 2024. Sejak bulan Mei-September 2024, atau selama 5 bulan berturut-turut, telah terjadi peningkatan deflasi. Kondisi ini merupakan indikasi dari melemahnya daya beli masyarakat. Meskipun demikian, pemerintah optimis dapat mendongkrak konsumsi dengan menyelenggarakan Harbolnas sampai satu pekan, lebih lama dari biasanya. Optimisme pemerintah tersebut tampak sebagai sebuah ambisi saat Direktur Riset CORE Indonesia menjelaskan bahwa Harbolnas bisa saja mendongkrak konsumsi masyarakat, tetapi terbatas hanya pada masyarakat yang mempunyai daya beli. (Kumparan Bisnis, 2021)

Masyarakat yang tidak memiliki daya beli tetap saja tidak dapat menikmati euforia Harbolnas secara langsung karena tidak ada uang untuk dibelanjakan, sekalipun penawaran diskon melimpah.

Dalam kondisi perekonomian tersebut, Harbolnas hanya akan mempertegas kesenjangan sosial, antara masyarakat berdaya beli dan masyarakat tak berdaya beli. Dari sini kita dapat melihat bagaimana negara tidak memiliki empati dan kepekaan terhadap kondisi perekonomian masyarakat kecil. Solusi permasalahan ekonomi yang diharapkan dari diselenggarakannya Harbolnas bisa jadi hanya sebuah ilusi. Alih-alih menyelesaikan masalah, Harbolnas berpotensi mendorong tumbuh suburnya konsumerisme tengah masyarakat. Konsumerisme mendorong masyarakat untuk membeli sesuatu sesuai tren dan mode yang berkembang dengan cepat, tanpa mempertimbangkan manfaat dari suatu barang tersebut. Budaya konsumerisme yang mengakar di tengah masyarakat akan melanggengkan cengkeraman kapitalisme di negara ini.

Di dorongnya penyelenggaraan Harbolnas yang tidak disertai dengan edukasi sebelumnya kepada masyarakat untuk bijak dan cerdas dalam membelanjakan uang, akan berpotensi memunculkan perilaku impulsive buying di tengah masyarakat. Impulsive buying merupakan perilaku berbelanja tanpa perencanaan dan pertimbangan akan kebutuhan secara mendalam dikarenakan mengejar tren atau momen tertentu. Keputusan untuk berbelanja semacam ini akan menimbulkan dampak negatif pada diri pelaku berupa timbulnya rasa penyesalan, cemas, stres, bahkan depresi.

Menyikapi Fenomena Harbolnas dengan Sudut Pandang Islam

Setidaknya ada dua hal penting berkaitan dengan sudut gelap fenomena Harbolnas yang dapat disikapi dengan sudut pandang Islam.

1. Negara ini perlu pemimpin yang dapat mengatur urusan rakyatnya.

Harbolnas yang semula merupakan ranah garap pengusaha, kini negara turut ambil bagian di dalamnya. Negara bahkan sampai menganggap Harbolnas sebagai salah satu cara untuk menyelesaikan permasalahan ekonomi yang sedang dihadapi. Padahal, Harbolnas tidak akan pernah menjadi solusi karena faktanya Harbolnas berpotensi menimbulkan berbagai masalah baru. Negara ini perlu dipimpin oleh pemimpin yang benar-benar dapat mengurusi urusan rakyat. Pemimpin yang tidak hanya menyelesaikan persoalan rakyat, tetapi juga dapat menjadi pelindung rakyatnya dari potensi-potensi persoalan yang akan muncul. Negara ini tidak butuh pemimpin yang latah dan populis. Negara ini butuh pemimpin yang dapat menunjukkan komitmen pengabdian, keberpihakan, dan pelaksanaan tanggung jawab amanahnya tidak hanya kepada rakyatnya tetapi juga kepada penciptanya, Allah subhanahu wa ta’ala.

2. Perlu penerapan syariat Islam untuk menjaga umat dari gaya hidup berlebih.

Agar potensi persoalan dari diselenggarakannya Harbolnas berupa konsumerisme dan perilaku impulsive buying dapat dihindari, maka perlu seperangkat aturan yang dapat menjaga masyarakat dari gaya hidup berlebih. Konsumerisme tidak dapat hilang dengan aturan oleh ideologi kapitalisme. Hal tersebut dikarenakan kapitalisme sangat menggantungkan pertumbuhan ekonomi pada kekuatan konsumen.

Berbeda halnya apabila syariat Islam diterapkan di tengah masyarakat. Masyarakat akan memiliki cara berpikir dan pola sikap yang tidak mengagungkan hal-hal yang sifatnya materi duniawi. Masyarakat yang diatur dengan syariat Islam memiliki kesadaran untuk hidup tidak berlebih-lebihan karena mereka tahu bahwa Allah akan membenci orang-orang yang berlebih-lebihan. Allah subhanahu wa ta’ala dalam QS. Al A’raf ayat 31 berfirman, “Hai anak Adam, pakailah pakaianmu yang indah di setiap (memasuki) masjid, makan dan minumlah, dan janganlah berlebih-lebihan. Sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang berlebih-lebihan.

Khatimah

Dengan membedah sudut gelap di balik ingar-bingar Harbolnas ini, kita dapat melihat bagaimana negara dengan sistem kapitalisme di dalamnya tidak benar-benar mampu memberikan persoalan tuntas berkaitan dengan masalah perekonomian yang dihadapi masyarakat. Negara dengan sistem kapitalisme hanya memberi solusi semu yang membuat masyarakat terlena dengan ilusi kenikmatan duniawi yang membuat lupa diri. Akan berbeda halnya apabila sistem Islam diterapkan dalam kehidupan bernegara. Negara dengan sistem Islam, akan melahirkan pemimpin-pemimpin yang memberikan solusi atas persoalan yang dihadapi masyarakatnya secara tuntas dan mendasar tanpa harus menghilangkan jati diri sebagai hamba Allah. Pemimpin dalam negara dengan sistem Islam menjadikan Al-Qur'an dan sunah sebagai rujukan, sehingga setiap solusi permsalahannya akan terus sesuai dengan fitrah dan kebutuhan masyarakat. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Logo NaLi website-
Qaulan Karima Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Peran Ibu Pendidik Generasi
Next
Pemenuhan Pangan Rakyat, Siapa Bertanggung Jawab?
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

5 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Agus susanti
Agus susanti
7 months ago

Harbolnas dalam kapitalisme rawan meningkatnya para korban akan pinjaman online.
Gaya hidup yang tak karuan banyak membuat manusia kalap, apalagi sekarang ada disuguhkan dari onlineshop pembayaran dengan cara mencicil yang mengandung unsur Ribawi.

Miladiah al-Qibthiyah
Miladiah al-Qibthiyah
7 months ago

Barakallahu fiyk Mbak Qaulan Karima.

Novianti
Novianti
7 months ago

Harbolnas digaungkan agar pembelian dari masyarakat meningkat. Pemerintah perlu mendorong masyarakat membeli karena jumlah konsumsi masyarakat menjadi salah satu variabel yang menentukan angka pertumbuhan. Ada-ada saja akal-akalan penguasa sistem kapitalisme untuk memoles kegagalannya agar tidak nampak nyata

Yuli Juharini
Yuli Juharini
7 months ago

Anakku juga paling suka belanja online. Tapi yang dibeli kebanyakan kebutuhan dapur yang memang dibutuhkan. 9 bahan pokok alias sembako.

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram