Kisah Randika, Cermin Retak Sistem Kapitalisme

Kisah Randika

Kisah Randika adalah gambaran realitas sosial yang masih rentan menjadikan kemiskinan sebagai suatu masalah penting dalam masyarakat.

Oleh. Dewi Jafar Sidik
(Kontributor NarasiLiterasi.Id dan Ibu Rumah Tangga)

NarasiLiterasi.Id--Kisah pilu Randika, pemuda asal Palembang, Sumatra Selatan, yang viral setelah ditemukan meninggal dunia di Cilacap dalam kondisi mengenaskan. Ia diduga tewas akibat kelaparan dan kesulitan hidup. Sejak ayahnya meninggal dunia dan ibunya menikah lagi, kehidupan Randika kabarnya berubah drastis. Ia sering merasa terasing, hingga akhirnya memilih pergi dari rumah dan hidup terlunta-lunta. Sebelum meninggal, Randika sempat menulis surat berisi data diri serta pesan agar surat itu disampaikan kepada keluarganya. (Tribunnews.com, 31-10-2025)

Pada 2023, Randika juga sempat viral setelah menyerahkan diri ke polisi di Lubuklinggau, Sumatra Selatan. Ia mengaku telah mencuri sepeda motor. Namun, setelah diselidiki, pengakuan tersebut tidak terbukti. Randika kemudian diserahkan ke Dinas Sosial (Dinsos) karena diduga sebagai orang telantar. (Kumparannews.com, 3-11-2025)

Rupanya, kehidupan yang dijalani Randika tidak semudah yang ia bayangkan. Kesulitan hidup mulai ia rasakan, dari sulitnya mencari makan dan pekerjaan hingga akhirnya hidup terlantar. Kondisi tersebut membuatnya putus asa, sampai ia nekat mendatangi kantor polisi dan mengarang cerita seolah-olah telah mencuri, hanya agar bisa dipenjara. Dalam pikirannya, hidup di penjara lebih mudah mendapat makanan dan tempat tinggal secara gratis.

Fakta Kemiskinan

Fakta menyedihkan bahwa di zaman modern masih ada seseorang meninggal dunia karena kelaparan. Hal ini menunjukkan adanya dugaan kuat kegagalan sistemis dalam pengamanan sosial dan program kesejahteraan pemerintah untuk menjangkau warga miskin. Padahal, sudah ada undang-undang yang mengatur tentang hal tersebut, yaitu UU Nomor 13 Tahun 2011 tentang Penanganan Fakir Miskin. 

Masyarakat miskin memang rentan menjadi kelompok yang terabaikan oleh negara. Apalagi jika ada kasus kematian warga miskin tersebab kelaparan. Hal ini akan memicu perdebatan luas di kalangan masyarakat. Sejauh mana peran negara dalam menjalankan kewajibannya sebagai penjamin kesejahteraan rakyatnya?

Kisah Randika adalah gambaran realitas sosial yang masih rentan menjadikan kemiskinan sebagai suatu masalah penting dalam masyarakat. Persoalan ini seharusnya menjadi prioritas utama negara untuk diselesaikan. Peran pemerintah diperlukan untuk mengalokasikan anggaran, demi menjamin kesejahteraan dan hak dasar masyarakat yang mengalami kesulitan ekonomi.

Kisah Randika hanyalah secuil fakta rakyat miskin di negeri ini. Ibarat fenomena gunung es, yang tampak di permukaan hanya sedikit, padahal di bawahnya masih banyak yang tersembunyi. Artinya, Randika hanyalah simbol kemiskinan, sebab, realitasnya masih banyak orang yang hidup serba sulit dan bernasib sama seperti dirinya.

Kapitalisme Biang Masalah

Mencermati hal ini, jelas bahwa kasus yang dialami Randika tidak berdiri sendiri, melainkan berkaitan erat dengan berbagai aspek lainnya. Karena itu, penyelesaiannya tidak dapat dilakukan hanya pada tingkat individu, tetapi harus ditangani secara komprehensif dan sistematis, dimulai dari akar permasalahannya.

Tak bisa dimungkiri, bahwa akar masalah terhadap berbagai peristiwa di dalam kehidupan ini terletak pada sistem yang menjadi landasannya. Sistem kapitalisme-sekularisme telah mewarnai kehidupan masyarakat di negeri ini, meskipun penduduknya mayoritas beragama Islam.

Kegagalan Sistem

Kisah Randika menggambarkan kegagalan sistem kehidupan dan abainya negara dalam memberikan jaminan ketersediaan kebutuhan dasar bagi warganya. Harta hanya terpusat pada segelintir rakyat. Rakyat yang memiliki banyak uang akan mudah mengakses jaminan kebutuhan tersebut, sedangkan rakyat miskin kesulitan. Padahal, mereka sangat membutuhkannya. Meski ada program bantuan dari pemerintah, tetapi mekanisme penyaluran atau kriteria penerima bantuan belum efektif menjangkau semua yang membutuhkan.

Sistem kapitalisme sekuler mendorong masyarakat untuk mengejar status sosial dan materi sebanyak mungkin. Dalam kehidupan kapitalistik, individu sering kali terjebak dalam persaingan mencari uang. Materi menjadi tujuan hidupnya bahkan kebahagiaannya pun bersifat duniawi. Jika individu tidak mampu bersaing, akan memunculkan kesenjangan yang luar biasa. Yang kaya makin kuat dan kaya, sedangkan yang miskin makin miskin, lemah, dan terpinggirkan.

Hilangnya Figur Orang tua

Kisah Randika juga mengingatkan kita tentang pentingnya kehadiran figur orang tua dalam kehidupan anak. Kehadiran mereka dalam pengasuhan akan membentuk karakter dan mental anak tumbuh secara optimal. Tidak adanya figur pengganti bagi anak yang ditinggalkan orang tuanya menjadikan anak kehilangan sosok teladan. Hidup anak terasa hampa yang akhirnya anak kehilangan kepercayaan diri dan mudah putus asa. Untuk mencari yang hilang, bisa jadi anak akan pergi dari rumah tanpa tujuan yang jelas, hingga hidupnya terlantar dan terlunta-lunta.

Hidup di luar anak rentan dieksploitasi untuk kepentingan tertentu. Hidup di era kapitalisme-sekularisme bagai hidup di hutan belantara. Kehidupan tanpa hubungan sosial yang baik, bisa diartikan hidup yang terisolasi, tidak ada interaksi dengan orang lain, seakan-akan hidup dalam kesendirian, yang ada hanya hubungan sosial yang saling memanfaatkan.

Abainya Peran Negara

Sistem kapitalisme sekuler akan melahirkan para pemimpin yang abai dalam mengurusi urusan rakyat. Pemimpin dalam sistem ini hanya sebagai regulator. Mereka akan membuat kebijakan untuk kepentingan dan kesejahteraan para kroninya, sementara urusan kepentingan dan késejahteraan rakyat sering kali mereka tanggalkan.

Inilah sisi buruk periayahan dalam sistem kapitalisme sekuler, negara nyaris tidak hadir dalam memberikan jaminan terpenuhinya kebutuhan rakyat secara optimal. Maka dari itu diperlukan sistem sahih yang bisa menjamin secara utuh kebutuhan dasar rakyatnya. 

Baca juga: Mengentaskan Kemiskinan dengan Sistem Kapitalisme, Utopis

Islam Mengatasi Kemiskinan

Islam hadir sebagai sistem yang sahih karena datang dari wahyu Allah Swt. berbeda dengan kapitalisme yang berasal dari akal manusia yang serba terbatas. Dalam hal ini, Islam memiliki cara melalui peran negara untuk menjamin kesejahteraan rakyat, baik dari sisi tercukupinya kebutuhan jasmaninya maupun rohaninya, di antaranya:

Pertama, penerapan aturan Islam secara kaffah.

Negara dalam sistem Islam akan menerapkan aturan Islam secara kaffah dalam berbagai aspek kehidupan rakyat. Negara hadir dalam menjamin ketersediaan kebutuhan pokok rakyatnya. Dan negara akan mendistribusikan harta dengan merata agar tidak terpusat pada sekelompok orang. Rakyat akan mendapatkan jaminan kesejahteraan yang adil dari negara.

Kedua, pembinaan berbasis akidah Islam.

Negara akan membina individu dan masyarakat melalui pendidikan berbasis akidah Islam. Pendidikan yang mampu mencetak insan yang menyadari dirinya sebagai hamba Allah Swt. dan harus tunduk pada aturan Sang Pencipta dalam menjalani kehidupannya. Kebahagiaan hidup individu hanya untuk menggapai keridaan Allah Taala. Materi bukan tujuan hidup, hanya sebagai sarana untuk mencapai tujuan hidup yang sesungguhnya.

Ketiga, negara memastikan kehadiran orangtua.

Negara dalam sistem Islam akan memastikan kehadiran orang tua dalam pengasuhan anak. Kehadiran mereka dalam pengasuhan anak sebagai fondasi kokoh untuk membangaun karakter dan mental yang kuat bagi anak. Jika ada anak yang kehilangan orang tua ataupun orang tuanya ada tetapi tidak memberikan pengasuhan, negara akan menjalankan sistem perwalian. Wali akan ditunjuk berdasarkan keadilan dan tanggung jawab baik dari pihak keluarga ataupun melalui wasiat. Dengan cara ini, anak tidak akan kehilangan figur ayah dan kebutuhan jasmani maupun rohaninya tetap akan terpenuhi.

Keempat, kehidupan harmonis.

Negara akan menciptakan kehidupan harmonis antaranggota masyarakat. Budaya amar makruf nahi mungkar terus dipertahankan. Masyarakat akan dipupuk rasa empati, saling tolong-menolong terhadap sesama, supaya ketika ada anggota masyarakat yang membutuhkan bantuan, masyarakat lain akan membantu secara sukarela.

Kelima, menjamin kebutuhan pokok terpenuhi.

Negara dalam sistem Islam bertanggung jawab penuh dan menjamin seluruh kebutuhan rakyatnya. Negara hadir sebagai periayah rakyatnya. Dan negara akan akan menerapkan sistem ekonomi Islam, menyediakan lapangan pekerjaan, memberi kemudahan kepada para lelaki untuk mendapat pekerjaan yang layak dengan upah yang mencukupi untuk kebutuhan keluarga mereka. Supaya tidak ada lagi rakyat yang kelaparan.

Sebagaimana sabda Rasulullah saw:

 كُلُّكُمْ رَاعٍ وَكُلُّكُمْ مَسْئُولٌ عَنْ رَعِيَّتِهِ 

Artinya: "Setiap kalian adalah pemimpin, dan setiap pemimpin akan dimintai pertanggungjawaban atas yang dipimpinnya." (HR. Imam Bukhari)

Sistem Islam mempunyai kas baitulmal yang cukup untuk mengatasi masalah kemiskinan. Ada salah satu pos pemasukan yaitu zakat dari kaum muslim untuk diberikan pada rakyat yang terkatagori berhak menerima zakat, salah satunya fakir miskin. Negara akan mendistribusikan zakat untuk disalurkan kepada rakyat yang berhak menerima.

Penutup

Kisah Randika merupakan gambaran dari lemahnya sistem kapitalisme sekuler yang meminggirkan nilai-nilai Islam dari kehidupan individu, keluarga, masyarakat, dan negara. Kapitalisme-sekularisme telah mencetak manusia yang sibuk mengejar materi, sementara minim terhadap hubungan sosial.

Islam menawarkan solusi komprehenshif untuk menyelesaikan seluruh problematika kehidupan manusia, termasuk kasus Randika. Negara dalam sistem Islam, berperan aktif menegakkan nilai-nilai akidah, memastikan kesejahteraan ekonomi, dan menjamin terpenuhinya kebutuhan pokok seperti sandang, pangan, papan, maupun kebutuhan dasar, seperti pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dengan penerapan Islam secara kaffah, insyaallah tidak akan ditemukan lagi kasus seperti yang dialami Randika. Wallahu a'lam bishawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Dewi Jafar Sidik Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Whoosh, Proyek Gagal Akibat Ketergantungan Ekonomi 
Next
Fotografer Jalanan: Kreativitas atau Pelanggaran Privasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

2 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
Ummu zay
Ummu zay
1 month ago

Kisah randika menjadi salah satu potret buram sistem kapitalis, ironis tinggal di negeri yang melimpah sumber daya alamnya namun mengalami kemiskinan dan kelaparan di negeri yang sebenarnya kaya raya. Mengalir kemana melimpahnya sumber daya alam itu?

Ummu zay
Ummu zay
1 month ago

Kisah randika menjadi salah satu potret buram sistem kapitalis. Ironi tinggal di negeri yang melimpah sumber daya alamnya namun mengalami kemiskinan dan kelaparan. Lalu mengalir kemana melimpahnya sumber daya alam itu?

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram