Puasa dan Khilafah Perisai dari Maksiat

Puasa dan Khilafah Perisai dari Maksiat

Sudah saatnya kita menyatukan dua junnah kita yakni puasa Ramadan dan Khilafah agar kemuliaan kita sebagai umat terbaik bisa segera terealisasi.

Oleh. Susi Rahma
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Alhamdulillah kita diberikan kesempatan untuk bertemu dengan bulan suci Ramadan 1446 Hijriah. Majelis taklim Lentera Qur'an kembali mengadakan kajian pada Ahad 2 Maret 2025, seperti biasa bertempat di Masjid Raya Bandung.

Kali ini yang berkesempatan mengisi kajian adalah Ustazah Hj. Ummu Silmi mengangkat tema Ramadan Bulan Takwa, Jadikan Puasa sebagai Perisai dari Maksiat Selamanya. Acara dimulai dengan tadabur QS. Al-Baqarah ayat 183:

يَٰٓأَيُّهَا ٱلَّذِينَ ءَامَنُوا۟ كُتِبَ عَلَيْكُمُ ٱلصِّيَامُ كَمَا كُتِبَ عَلَى ٱلَّذِينَ مِن قَبْلِكُمْ لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: "Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa."

Hikmah Disyariatkannya Puasa

Tafsir Al-Wajiz/Syaikh Prof. Dr. Wahbah az-Zuhaili, pakar fikih dan tafsir negeri Suriah menjelaskan terkait QS. Al-Baqarah ayat 183. Isi penjelasannya adalah, "Wahai orang-orang yang beriman, Allah telah mewajibkan bagi kalian untuk berpuasa dengan menahan syahwat perut dan farji dari terbit fajar sampai terbenamnya matahari dengan ikhlas, sebagaimana Dia mewajibkannya atas umat-umat terdahulu, supaya kalian terhindar dari neraka dan mendapatkan rida Tuhan serta bisa menyucikan diri dari akhlak yang buruk."

Juga Hikmah dari disyariatkannya ibadah puasa adalah sebagaimana firman Allah subḥānahuwata’āla:

لَعَلَّكُمْ تَتَّقُونَ

Artinya: “Agar kalian bertakwa.”

Hal ini dijelaskan oleh Imam Assa’ di dalam tafsirnya bahwa ibadah puasa adalah sebab terbesar munculnya ketakwaan dalam diri seorang hamba karena di dalamnya ada pelaksanakaan perintah Allah subḥānahuwata’āla dan menjauhi larangan-Nya.

Baca juga: Ibu, Membimbing Generasi Meraih Ramadan Penuh Berkah

Tentu menjadi menjadi tuntutan bagi kita sebagai kaum muslimin untuk menjadi orang yang bertakwa. Dengan berpuasa inilah salah satunya. Tersebab kita diharuskan terikat dengan seluruh perintah dan larangan Allah Swt. Tentu saja dengan berpuasa ini menjadi kawah candradimuka bagi kaum muslimin, karena di bulan suci ini ketika kita menjalankan sesuatu yang sunah diberikan pahala yang sama dengan aktivitas yang terkategori kewajiban. Ketika melakukan kewajiban maka akan diberikan pahala puluhan, bahkan ratusan kali lipat. Tapi begitu pun sebaliknya, jika kita melakukan kemaksiatan. Maka dari itu, dengan berpuasa bisa mewujudkan manusia yang bertakwa.

Puasa sebagai Junnah

Akan tetapi harus menjadi pemikiran bagi kita semua bahwa ketakwaan individu saja tidak cukup mewujudkan kesalehan masyarakat. Tengok saja bagaimana kaum muslimin pada saat ini berlomba memperbaiki bacaan Al-Qur'an, banyak melakukan sedekah, tetapi kemaksiatan yang lain tetap dipertontonkan. Riba masih merajalela, aurat perempuan terbuka di mana-mana, dan lain sebagainya. Sebenarnya untuk mewujudkan kesalehan masyarakat butuh perisai/junnah (imam) yang menerapkan seluruh syariat Islam. Imam inilah yang akan memberikan juga sanksi jika ada pelanggaran terhadap hukum-hukum syariat

Jika menelaah kitab-kitab sirah akan kita temui bahwa kaum muslimin pernah dipimpin oleh seorang imam (kepala negara) dengan dibangunnya Madinah oleh Rasulullah saw., kemudian digantikan oleh para khalifah selama kurang lebih 1400 tahun yang berakhir dengan kepemimpinan Sultan Abdul Hamid II di Istabul Turki. Inilah fungsi dari pemimpin yang menjadi perisai untuk melindungi rakyatnya dari serangan musuh, kerusakan, kezaliman, dan segala bentuk keburukan dan kemudaratan. Tugas pemimpin harus memerintahkan ketakwaan dan berlaku adil dengan menerapkan syariat Islam secara kaffah sehingga membawa rahmat bagi seluruh alam.

Ada kesedihan yang mendalam jika di bulan Ramadan berbagai tempat kemaksiatan seperti club-club malam ditutup, tetapi di bulan lainnya dibuka kembali. Apakah keterikatan terhadap hukum-hukum Allah hanya wajib dilakukan di bulan Ramadan saja?

Cukup sudah kita melalui Ramadan hanya dengan satu junnah. Sudah saatnya kita menyatukan dua junnah kita yakni puasa Ramadan dan Khilafah agar kemuliaan kita sebagai umat terbaik bisa segera terealisasi, menjadi takwa secara berjamaah selamanya. Mari kita saling berpegangan tangan, berlomba dalam kebaikan dan ketakwaan.

Beberapa hal yang bisa kita lakukan di tengah-tengah masyarakat untuk membentuk kesalehan sosial di antaranya:

  1. Tetap memupuk keimanan dan ketakwaan individu sehingga tidak tergelincir pada godaan setan. Mengerjakan amalan-amalan yang wajib dengan penuh semangat seperti salat lima waktu, untuk laki-laki diupayakan di masjid. Kemudian tambah dengan amalan-amalan sunah seperti salat sunah rawatib, duha, tarawih, tadarus Al-Qur'an, infak, sedekah, juga amalan sunah lainnya.
  2. Aktif menuntut ilmu Islam sebagian bekal dakwah di tengah-tengah masyarakat. Kajian-kajian keislaman saat ini seperti cendawan di musim hujan. Banyak sekali diadakan apakah itu di masjid-masjid atau komunitas-komunitas keislaman, dsb. Harus diingat bahwa mencari ilmu dan tsaqafah Islam tidak terhenti hanya dijadikan ilmu saja, tetapi juga harus diamalkan dalam kehidupan sehari-hari.
  3. Berbaur dan melebur bersama masyarakat untuk melakukan aktivitas dakwah di tengah-tengah mereka. Hal ini tentu saja membutuhkan peran kita. Ilmu yang sudah kita dapat akan menjadi sia-sia jika tidak digunakan untuk aktivitas dakwah kita di tengah masyarakat. Siapa yang tidak tergiur jika aktivitas kita berdakwah kepada masyarakat akan menjadi pahala jariah yang tidak akan terputus.
  4. Menyuarakan penerapan syariat Islam dengan mewujudkan kembali Daulah Khilafah yang akan menjadi rahmat bagi seluruh alam. Ini juga yang harus kita perjuangkan karena penerapan syariat Islam secara kaffah adalah kewajiban bagi kita semua. Jangan hanya menjadi individu yang saleh tapi juga berusaha mewujudkan masyarakat yang diterapkan syariat Islam di dalamnya. Wallahualam bissawab.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Susi Rahma
Susi Rahma Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Matahari dan Teknologi AI
Next
Jaminan Kesehatan Gratis Tanpa Syarat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram