
Umat Islam yang ingin sukses di dunia dan akhirat, perlu kembali menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam seluruh aspek kehidupan.
Oleh. Susi Rahma S.Pd
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)
NarasiLiterasi.Id-Majelis Taklim Lentera Qur'an kembali digelar. Masih bertempat di Mesjid Raya Bandung, tanggal 4 Mei kemarin dengan pembicara kali ini Ustazah Hj. Fridah Afriyani Warastuti S.P. Beliau adalah mubaligah Kota Bandung, sekaligus pembina Majelis Taklim Lentera Qur'an, juga sebagai Pembina Yayasan Pendidikan Generasi Pemimipin Cemerlang. Majelis taklim kali ini mengambil tema Sukses Umat: Mengambil Pelajaran dari Al-Qur’an (Tadabur QS. Shad [38]: 29).
Acara ini dibuka dengan pemaparan bahwa Al-Qur’an bukan sekadar kitab suci untuk dibaca, tetapi petunjuk hidup yang mengandung pelajaran mendalam bagi siapa pun yang mentadaburinya. Dalam QS. Shad [38]: 29, Allah berfirman: "(Ini adalah) sebuah Kitab yang Kami turunkan kepadamu penuh dengan berkah supaya mereka memperhatikan ayat-ayat-Nya dan supaya mendapat pelajaran orang-orang yang mempunyai pikiran."
Ayat ini menggarisbawahi misi utama Al-Qur’an yaitu untuk direnungi, dipahami, dan diambil pelajaran darinya. Maka umat Islam yang ingin sukses di dunia dan akhirat, perlu kembali menjadikan Al-Qur’an sebagai sumber utama dalam seluruh aspek kehidupan.
Sekilas Tafsir QS. Shad: 29
Pada ayat ini pemateri menekankan bahwa Al-Qur’an adalah kitab yang penuh berkah (mubarak), artinya di dalamnya terdapat kebaikan yang melimpah dan manfaat yang luas. Tujuan diturunkannya adalah agar manusia memperhatikan kandungan ayat-ayatnya (tadabbur) dan agar mereka yang berakal dapat mengambil pelajaran. Maka, membaca Al-Qur’an tidak boleh berhenti pada aspek tilawah saja, tetapi harus sampai pada mentadaburi, paham, dan pengamalan dalam aktivitas kehidupan sehari-hari.
Muhasabah Pasca Ramadan
Kemudian ustazah mengingatkan pada kita semua bahwa sepanjang bulan Ramadan, masjid dan rumah kaum muslimin ramai dengan bacaan Al-Qur’an. Namun, pasca Ramadan, sering kali semangat itu meredup.
Inilah saatnya untuk bermuhasabah sejauh mana bacaan Al-Qur’an selama Ramadan telah memberikan dampak nyata dalam kehidupan kita? Apakah perilaku, pola pikir, dan keputusan kita sehari-hari semakin mencerminkan nilai-nilai Al-Qur’an?
Meneladani Kaum Muslimin di Gaza
Kemudian tak boleh luput juga dari perhatian kita sebagai kaum Muslimin, bahwa kaum muslimin di Gaza seringkali menjadi contoh nyata betapa kuatnya hubungan dengan Al-Qur’an mampu membentuk karakter tangguh dan tegar. Di tengah situasi penjajahan dan keterbatasan, mereka dikenal sebagai komunitas yang banyak melahirkan para penghafal Al-Qur’an. Hafalan itu bukan sekadar hafalan teks, tapi membentuk sikap hidup yang berani, tegar, dan penuh harapan. Ini menjadi bukti bahwa Al-Qur’an, jika benar-benar dihayati, bisa menjadi kekuatan moral dan spiritual luar biasa.
Ini tentu seharusnya menjadi tamparan bagi kita yang masih leluasa dalam membaca Al-Qur'an tapi tidak sungguh-sungguh dalam mempelajarinya.
Baca juga: Puasa dan Khilafah Perisai dari Maksiat
Rahasia Keberkahan Al-Qur’an
1. Lebih dari Sekadar Dibaca dan Dihafal
Ustzah Fridah memaparkan betapa Al-Qur’an bukan hanya untuk dibaca dan dihafalkan, tetapi untuk dipahami batas-batas hukum yang terkandung di dalamnya. Mengabaikan kandungan hukum dan pesan moralnya akan menjadikan Al-Qur’an hanya sebagai simbol, bukan solusi.
Kita banyak jumpai saat ini, ada banyak para penghafal Al-Qur'an tetapi menolak penerapan hukum-hukum yang ada dalam Al-Qur'an.
2. Mengandung Ajaran Spiritual dan Politik
Al-Qur’an mencakup panduan spiritual, etika pribadi, sekaligus ajaran sosial dan politik. Ia membimbing manusia dalam hubungan dengan Allah, sesama manusia, dan kehidupan bernegara. Maka, Al-Qur’an sejatinya adalah solusi holistik (menyeluruh) bagi seluruh persoalan kehidupan. Dari mulai persoalan ekonomi, politik, sosia budaya, sampai urusan negara dan kepemimpinan.
Al-Qur’an dalam Kehidupan Rasulullah saw. dan Khilafah
Di masa Rasulullah saw. dan kekhilafahan Islam, Al-Qur’an menjadi ruh peradaban. Generasi sahabat tak hanya menghafalnya, tetapi juga menjadikannya peta hidup dalam pendidikan, ekonomi, politik, hukum, dan militer. Hasilnya adalah peradaban agung yang melahirkan tokoh-tokoh visioner, ilmuwan, pemimpin adil, dan masyarakat yang seimbang antara dunia dan akhirat.
Contohnya dalam sistem pendidikan Islam saat itu, Al-Qur’an menjadi fondasi utama pembentukan karakter, sehingga melahirkan generasi seperti Umar bin Khattab, Ali bin Abi Thalib, hingga Salahuddin Al-Ayyubi.
Khatimah
Kunci sukses umat Islam adalah menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup secara kaffah (menyeluruh). Al-Qur’an harus diambil dan diterapkan dalam semua aspek baik pribadi, keluarga, masyarakat, hingga negara. Tidak cukup hanya dijadikan bacaan harian atau simbol keagamaan, tetapi perlu diamalkan, ditegakkan, dan dijadikan solusi kehidupan.
Dengan menjadikan Al-Qur’an sebagai pusat orientasi hidup, umat Islam akan kembali bangkit, berdaya, dan menjadi rahmat bagi semesta alam. Maka mari kita semua mengokohkan keimanan kita, kemudian mendakwahkan isi Al-Qur'an ke tengah-tengah masyarakat, sehingga mereka meyakini bahwa hukum-hukum Islam yang terdapat dalam Al-Qur'an adalah solusi bagi seluruh permasalahan.
Satu yang tidak boleh terlupa adalah mewujudkan institusi Khilafah yang bisa menerapkan syariat Islam secara keseluruhan. Sehingga Islam sebagai rahmat bagi seluruh alam segera terwujud. Wallahualam bisaawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
