Sistem Islam Menjauhkan Kenakalan, Membentuk Ketakwaan

Sistem Islam menjauhkan kenakalan

Generasi bertakwa tidak lahir dari barak militer, tapi dari lingkungan yang memelihara iman, ilmu, dan amal saleh. Inilah sistem Islam, solusi sejati untuk membentuk generasi peradaban.

Oleh. Susi Rahma S.Pd
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Majelis Taklim Lentera Quran kembali diadakan tanggal 6 Juli 2025. Bertempat di Masjid Raya Bandung, Jalan Lengkong. Dihadiri ratusan jemaah pengajian dari berbagai sudut kota Bandung.

Diawali dengan tadabbur QS. An-Nisa ayat 9 oleh ustazah Hj. Lia Fakhriyah.

Dan hendaklah takut (kepada Allah) orang-orang yang sekiranya mereka meninggalkan keturunan yang lemah di belakang mereka yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan)nya. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah, dan hendaklah mereka berbicara dengan tutur kata yang benar.” (QS. An-Nisa: 9)

Ayat ini merupakan peringatan sekaligus arahan dari Allah Subhanahu wa Ta’ala kepada siapa pun yang memiliki tanggung jawab terhadap generasi. Ayat ini menekankan pentingnya takwa dan ucapan yang benar dalam rangka menjaga generasi agar tidak menjadi lemah, baik secara fisik, intelektual, maupun spiritual. Kelemahan generasi bukan hanya menjadi beban masa depan mereka, tetapi juga bencana bagi masyarakat dan bangsa. Oleh karena itu, Islam meletakkan fondasi pembinaan generasi bukan sekadar pada aspek disiplin fisik, tetapi pada keutuhan sistem yang membentuk kepribadian bertakwa.

Potret Kenakalan Anak dan Remaja: Krisis yang Mencemaskan

Realitas hari ini memperlihatkan maraknya kenakalan anak dan remaja di berbagai wilayah, termasuk di Jawa Barat, khususnya kota Bandung. Aksi tawuran, geng motor, penyalahgunaan narkoba, hingga pergaulan bebas menjadi fenomena yang makin memprihatinkan. Banyak dari mereka masih duduk di bangku sekolah, tetapi sudah kehilangan arah dalam hidup. Sayangnya, sering kali penyelesaian yang diambil bersifat tambal sulam dan tidak menyentuh akar persoalan.

Salah satu kebijakan yang muncul sebagai respons atas fenomena ini adalah kebijakan barak militer ala KDM (Kang Dedi Mulyadi). Tujuannya adalah mendisiplinkan anak-anak nakal dan membina mereka melalui pendekatan fisik dan ketertiban ala militer. Pada pandangan pertama, kebijakan ini tampak tegas dan berpihak pada pembinaan generasi. Namun, apakah ini benar-benar solusi?

Sekularisme dan Kapitalisme: Akar dari Kesalahan Pandang

Sayangnya, banyak kebijakan terkait anak dan remaja hari ini lahir dari paradigma sekuler-kapitalis-liberal. Dalam cara pandang ini, manusia dipandang hanya sebagai makhluk fisik, dan keberhasilannya diukur dari aspek prestasi akademik atau produktivitas ekonomi semata. Nilai-nilai moral dan spiritual dianggap urusan pribadi, bukan tanggung jawab sistem. Akibatnya, solusi yang ditawarkan terhadap kenakalan remaja hanya berkutat pada aspek fisik: ditangkap, dibina secara militer, lalu dilepas kembali ke masyarakat yang rusak. Kebijakan barak militer pun pada akhirnya tidak menyelesaikan masalah secara sistemik. Ia hanya menekan gejala sesaat tanpa mengobati penyakit utama, yakni sistem kehidupan yang tidak berbasis pada nilai-nilai Islam. Ini adalah kebijakan populis yang bersifat jangka pendek dan kurang strategis. Padahal, kenakalan anak bukan sekadar akibat kurang disiplin, melainkan buah dari kerusakan sistem sosial, pendidikan, media, dan ekonomi yang tidak mendidik generasi untuk takut kepada Allah dan mencintai kebenaran.

Baca juga: Solusi Problem Mental Generasi

Islam dan Solusi Sistemik: Membangun Generasi Bertakwa

Berbeda dengan pendekatan pragmatis yang sekadar menekan perilaku tanpa membentuk kepribadian, Islam menawarkan solusi sistemik dan menyeluruh untuk membina generasi. Langkah awalnya adalah membangun paradigma berpikir berbasis ruhiyah (spiritualitas) dan keterikatan terhadap hukum syarak. Dalam pandangan Islam, anak-anak bukan sekadar aset negara, tetapi amanah dari Allah yang harus dibina untuk menjadi pribadi yang taat, cerdas, dan produktif dalam kerangka ketaatan kepada Allah. Islam memandang pembangunan generasi tidak bisa dilepaskan dari sistem kehidupan yang diterapkan. Maka, tidak cukup hanya memperbaiki pendidikan formal. Islam mengatur kehidupan secara kaffah (menyeluruh), termasuk sistem sosial dan pergaulan, sistem ekonomi, media informasi, dan tentu saja sistem pemerintahan. Semua elemen ini bersinergi membentuk lingkungan yang kondusif untuk tumbuhnya generasi saleh dan bertakwa.

Potret Kejayaan Pendidikan dalam Peradaban Islam

Dalam sejarah peradaban Islam, kita menyaksikan bagaimana sistem Islam berhasil membentuk generasi cemerlang. Pada masa Khilafah Islamiyah, sistem pendidikan dirancang untuk menanamkan aqidah Islam sejak dini, disertai penguatan akhlak, serta kemampuan berpikir kritis dalam kerangka syariah. Keluarga, masyarakat, dan negara menjalankan peran masing-masing secara terpadu. Negara menjamin akses pendidikan berkualitas tanpa diskriminasi. Masyarakat menjaga norma sosial sesuai syariat, sementara keluarga menjadi madrasah pertama bagi anak-anak. Dari sistem ini lahir generasi hebat seperti Imam Syafi’i, Imam Al-Ghazali, dan Ibnu Sina, sosok yang tidak hanya cerdas secara intelektual, tetapi juga kuat dalam keimanan dan akhlak.

Penutup: Kembalikan Solusi pada Sistem Islam

Saatnya kita kembali kepada solusi yang telah terbukti berhasil: sistem Islam. Kenakalan anak dan remaja bukan hanya akibat kurangnya disiplin, tetapi karena sistem sekuler yang menyingkirkan Allah dari kehidupan. Maka, menyelesaikannya butuh pendekatan yang menyeluruh dan berbasis akidah Islam. Tadabbur QS. An-Nisa ayat 9 mengingatkan kita untuk memikirkan masa depan generasi. Kita diminta untuk takut kepada Allah dan menjaga keturunan agar tidak menjadi lemah. Ini hanya mungkin terjadi jika kita kembali kepada Islam secara kaffah, menerapkannya dalam seluruh aspek kehidupan, termasuk dalam mendidik dan membina generasi. Generasi bertakwa tidak lahir dari barak militer, tapi dari lingkungan yang memelihara iman, ilmu, dan amal saleh. Inilah sistem Islam, solusi sejati untuk membentuk generasi peradaban. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Susi Rahma
Susi Rahma Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Otonomi Daerah Menimbulkan Potensi Disintegrasi
Next
Sekularisme Dorong Budaya Bunuh Diri
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram