Kelaparan di Gaza, di Mana Iman Kita?

Kelaparan Gaza

Membela Gaza bukan sekadar urusan empati, tetapi bagian dari konsekuensi keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Oleh. Susi Rahma S.Pd
Kontributor Narasi literasi.Id

NarasiLiterasi.Id--Majelis Taklim Lentera Quran bulan ini hadir kembali pada tanggal 7 September 2025 di Masjid Raya Bandung. Pemateri kali ini Ustazah Hj. Hilda Indriani S.Hut., pembina Komunitas Muslimah Coblong Bandung.

Saat ini menjadi momentum penting bagi kaum Muslimin untuk kembali merenungi tragedi kemanusiaan yang terus berlangsung di Gaza, Palestina. Di tengah genosida sistemik, dunia kembali mempertanyakan. Di mana letak keimanan kita saat melihat saudara-saudara kita kelaparan, teraniaya, dan terbunuh tanpa perlindungan?

Bersama Ustadzah Hilda, MTLQ mengangkat tema “Kelaparan di Gaza, di Mana Iman Kita?” yang difokuskan pada tadabbur QS. An-Nisa’ ayat 141. Selain itu menggali solusi hakiki atas penderitaan yang tak kunjung berhenti di tanah para Nabi.

‌Sekilas Tafsir QS An-Nisa’ [4]: 141,
‌Allah Subhanahu wa Ta’ala berfirman:
‌"(yaitu) orang-orang yang menunggu-nunggu (peristiwa) yang akan terjadi pada dirimu. Apabila kamu mendapat kemenangan dari Allah, mereka berkata, 'Bukankah kami (turut berperang) bersama kamu?' Dan jika orang kafir mendapat bagian, mereka berkata, 'Bukankah kami turut memenangkanmu, dan membela kamu dari orang mukmin?' Maka Allah akan memberi putusan di antara kamu pada hari kiamat. Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir untuk mengalahkan orang-orang yang beriman."
‌(QS. An-Nisa’: 141)

Ayat ini menggunakan redaksi kalimat berita, tetapi maknanya bersifat larangan (nafiul jawaz) yakni, tidak boleh. Tidak boleh apa? Tidak boleh memberikan jalan baik secara politik, militer, ekonomi, maupun ideologi kepada orang kafir untuk menguasai umat Islam.

Namun, jika kita melihat realitas hari ini, apa yang dilarang oleh Allah justru terjadi secara terang-terangan. Penjajahan terhadap umat Islam berlangsung secara fisik seperti di Palestina dan politik seperti normalisasi hubungan antara penguasa-penguasa negeri-negeri Muslim dengan penjajah Zionis. Padahal jelas bahwa Islam melarang memberikan loyalitas kepada musuh-musuh Allah, apalagi mendukung eksistensi mereka di atas penderitaan kaum Muslimin.

Genosida Sistemik Berwajah Kelaparan

Sudah hampir 23 bulan, Gaza dikepung dalam penderitaan. Blokade makanan, air bersih, dan bantuan medis menjadi alat perang dalam genosida terselubung yang dilakukan oleh entitas Zionis. Kini, kelaparan dijadikan senjata untuk memaksa warga Gaza tunduk atau mati.

Zionis Israel tidak hanya ingin menguasai Jalur Gaza, tetapi berambisi membentuk "Israel Raya" dari sungai ke laut. Sementara itu, dunia hanya bisa mengirim donasi dan menyampaikan kecaman-kecaman kosong. Bantuan kemanusiaan mengalir, tetapi genosida tetap berlangsung. Seolah ada harapan yang disandarkan kepada lembaga-lembaga internasional seperti PBB, yang faktanya tak mampu bahkan tak mau menghentikan kejahatan ini.

Ironisnya, para penguasa negeri-negeri Muslim juga tidak menunjukkan kesungguhan. Koalisi 31 negara Arab dan Islam hanya mengecam pernyataan Netanyahu, tanpa mencabut hubungan diplomatik, tanpa aksi militer, dan tanpa dukungan riil. Padahal beberapa tahun terakhir, banyak dari mereka justru menormalisasi hubungan dengan entitas penjajah. Di mana solidaritas Islam mereka?

Mengapa Krisis Gaza Tak Kunjung Usai?

Untuk memahami krisis ini, kita perlu melihat akar sejarahnya. Penjajahan Palestina bermula dari konspirasi Inggris-Zionis di awal abad ke-20, diperkuat oleh Deklarasi Balfour dan disahkan melalui PBB yang didominasi negara-negara imperialis Barat.

Kehancuran Khilafah Utsmaniyah pada 1924 membuat umat Islam kehilangan junnah (perisai). Sebuah institusi pelindung yang mampu menghalangi musuh untuk menjajah negeri-negeri kaum Muslimin. Sejak saat itu, negeri-negeri Muslim terpecah menjadi lebih dari 50 negara yang lemah dan dikendalikan oleh kepentingan Barat.

Yang lebih menyedihkan, banyak penguasa negeri Islam yang justru bersekongkol dengan musuh-musuh Islam. Mereka menjaga eksistensi entitas Zionis, mengizinkan pangkalan militer asing di tanah Muslim, dan menekan umat yang menyuarakan jihad dan khilafah.

Solusi Hakiki: Khilafah dan Jihad Sebagai Jawaban

Tragedi Gaza tidak bisa diselesaikan dengan donasi dan doa semata. Solusi hakiki untuk membebaskan Palestina adalah dengan hadirnya negara Islam, Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah, yang akan menjadi perisai bagi umat Islam.
‌Khilafah bukan sekadar simbol politik, tapi institusi yang menjalankan syariah secara kaffah (menyeluruh). Juga ukhuah islamiyah yang mengikat umat tanpa batas negara-bangsa. Serta dakwah dan jihad sebagai metode pembebasan umat dari penjajahan.

Seorang khalifah tidak akan membiarkan setetes pun darah Muslim tumpah tanpa pembelaan. Ia akan mengerahkan seluruh kekuatan militer, ekonomi, dan diplomatik untuk menolong kaum Muslimin, termasuk di Palestina.

Karena itu, kaum Muslimin wajib menghentikan loyalitas terhadap para penguasa yang memberi jalan kepada orang kafir menguasai umat. Mereka tidak layak menjadi pemimpin. Kepemimpinan harus dikembalikan kepada pemimpin sejati yaitu khalifah yang memimpin dengan Islam, melindungi dengan jihad, dan mempersatukan umat dalam satu tubuh.

Apa Tugas Kita Hari Ini

Menegakkan Khilafah bukan pekerjaan satu malam. Namun, bukan pula sekadar mimpi. Ini adalah kewajiban yang bisa diwujudkan bila kita:
‌Pertama, memahami Islam secara kaffah, bukan sepotong-sepotong.
‌Kedua, bergabung dengan kelompok dakwah ideologis yang memperjuangkan syariah dan khilafah secara konstitusional dan non-kekerasan.
‌Ketiga, menyampaikan dakwah kepada umat, membangun opini umum Islam dan kesadaran politik.
‌Keempat, mempersiapkan generasi yang memiliki kapasitas kepemimpinan dan militansi dakwah.

Penutup: Di Mana Iman Kita

Pertanyaan ini menjadi tamparan bagi hati yang lalai. Iman bukan sekadar percaya di hati, tetapi harus dibuktikan dalam amal. Membela Gaza bukan sekadar urusan empati, tetapi bagian dari konsekuensi keimanan kita kepada Allah dan Rasul-Nya.

Allah tidak akan memberi jalan kepada orang kafir mengalahkan orang beriman. Namun, bila kita sendiri yang menyerahkan kunci kekuasaan kepada mereka, maka jangan heran jika umat terus menderita. Sudah saatnya kita menjemput pertolongan Allah dengan menegakkan khilafah dan jihad, sebagai solusi hakiki atas derita Gaza dan seluruh umat Islam.

Semoga Allah membangkitkan kembali semangat jihad, ukhuah, dan Khilafah di hati umat Islam. Juga menjadikan kita bagian dari solusi, bukan hanya penonton penderitaan.

Wallahualam bissawab. []




Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Susi Rahma
Susi Rahma Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Ketika Islam Memimpin Dunia
Next
Anak Muda Korban Krisis Tenaga Kerja Global
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca: Kelaparan di Gaza di Mana Iman Kita […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram