
Islam memberikan hak dan kewajiban yang jelas bagi perempuan, termasuk ibu. Peran ibu adalah mendidik dan merawat anak-anaknya dengan baik.
Oleh. Susi Rahma
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Memasuki akhir tahun 2024 ini, majelis taklim Lentera Al-Qur'an yang diadakan tanggal 1 Desember 2024 kemarin bertempat di Masjid Raya Bandung mengangkat tema "Islam Mencetak Ibu Pendidik Generasi". Hadir sebagai pembicara yakni Ustazah Hj. Frida Afriyani pendiri Yayasan Pendidikan Gemilang.
Syariat Menjamin Peran Ibu
Dalam pengantarnya, ustazah menekankan peran ibu dalam membentuk generasi cemerlang serta bagaimana syariat Islam menjamin peran perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi.
Beliau menyampaikan tafsir surah An-Nisa ayat 9,
وَلْيَخْشَ ٱلَّذِينَ لَوْ تَرَكُوا۟ مِنْ خَلْفِهِمْ ذُرِّيَّةً وَلْيَقُولُوا۟ سَدِيدًا
Artinya, "Dan hendaklah takut kepada Allah orang-orang yang seandainya meninggalkan di belakang mereka anak-anak yang lemah, yang mereka khawatir terhadap (kesejahteraan) mereka. Oleh sebab itu, hendaklah mereka bertakwa kepada Allah dan hendaklah mereka mengucapkan perkataan yang benar."
Lebih lanjut ustazah menerangkan bahwa Allah Swt. Mengingatkan betapa umat Islam harus menjaga amanah menjadi khalifah di muka bumi. Amanah berikutnya adalah memastikan generasi penerus agar bertakwa dan bertanggung jawab untuk masa depan peradaban Islam dan dunia. Ibu adalah salah satu pihak yang berperan penting dalam memastikan kualitas generasi.
Peran Ibu sebagai Penjaga Amanah
Kemudian Ustazah Frida menyampaikan relevansi peran ibu sebagai penjaga amanah. Menjadi ibu adalah amanah besar dalam Islam. Ayat di atas menunjukkan bagaimana seorang ibu memiliki tanggung jawab yang sangat besar dalam membesarkan dan mendidik anak-anaknya agar mereka dapat tumbuh menjadi pribadi yang berkualitas dan mampu memikul tanggung jawab melanjutkan peradaban Islam (khairu umat ).
Sebagai figur yang berperan dalam membentuk karakter, ibu harus menanamkan nilai-nilai keimanan, ketakwaan, kedisiplinan, serta kasih sayang yang nantinya akan membentuk generasi cemerlang. Namun, sangat memalukan bahwa beratnya tugas ibu saat ini dihadapkan pada fenomena generasi yang bermasalah. Mulai dari kenakalan remaja, fenomena generasi stroberi, gen Z dengan segenap permasalahannya yang sulit menghadapi tantangan hidup, generasi dengan mental yang rapuh, etos kerja rendah, kecanduan gadget, dan lain sebagainya. Tak lupa juga ada persoalan berupa betapa betapa generasi saat ini tampaknya tidak mampu memikul tanggung jawab peradaban.
Maka dari itu, Hari Ibu adalah waktu yang tepat untuk merefleksikan kembali pentingnya peran ibu dalam menjaga dan mendidik generasi penerus. Ibu bukan hanya sebagai pengasuh, tetapi juga sebagai pembentuk karakter dan pembimbing keimanan dan ketakwaan bagi anak-anak.
Penyebab Kegagalan Pembentukan Karakter Generasi
Terbit pertanyaan berupa apakah yang menjadi penyebab kegagalan pembentukan karakter generasi pemimpin saat ini? Jawabannya ternyata bukan semata-mata karena faktor ibu. Namun, ada beberapa hal lain yaitu:
Pertama, ketakwaan individu yang lemah. Ibu dan orang tua tidak mempunyai kesiapan untuk menjalankan perannya (kurang paham agama, kurang memiliki skill menjadi orang tua, dan sebagainya).
Adanya arus liberalisasi yang menjadikan ibu dan orang tua pada umumnya menjalankan perannya tidak sesuai dengan Islam. Mereka mendidik dengan pola sekuler dan cenderung bebas. Hal ini menghasilkan generasi yang lemah iman.
Kedua, lingkungan yang tidak kondusif (sekuler). Peran pembentukan generasi seakan-akan hanya diserahkan tanggung jawabnya kepada orang tua, dalam hal ini ibu. Padahal satu sisi ibu dalam sistem kapitalis -karena faktor kemiskinan- memaksa mereka harus berperan ganda membantu suami mencari nafkah dan seterusnya. Peran sebagai ibu bagi anak-anaknya pun menjadi tidak optimal. Lingkungan yang tidak mendukung karena jauh dari ajaran Islam menghasilkan banyak kemaksiatan sehingga mempengaruhi pendidikan anak.
Ketiga, negara tidak berperan sebagaimana yang diamanahkan oleh Islam (tidak menjalankan syariat Islam). Sistem pendidikan sekuler, lingkungan tidak dikendalikan sehingga menumbuhkan budaya sekuler yang serba bebas dan merusak generasi, pornografi, pornoaksi, miras, judol, dan lainnya.
Adanya pengaruh media yang tidak diatur oleh negara menambah daftar panjang persoalan. Politik ekonomi yang tidak memberi jaminan kepada ibu dan keluarga untuk hidup layak.
Keempat, syariat Islam kaffah dalam bingkai Khilafah menjamin peran perempuan sebagai ibu dan pendidik generasi syariat Islam.
Tanggung Jawab Islam terhadap Kesejahteraan Ibu dan Keluarga
Dalam Islam, peran ibu sangat dihormati. Sejak zaman Nabi Muhammad saw. peran perempuan sebagai ibu dan pendidik anak sangat dijaga. Dalam banyak hadis, ibu sering kali disebutkan lebih penting dibandingkan dengan ayah dalam hal peran pengasuhan dan pendidikan anak.
Islam memberikan hak dan kewajiban yang jelas bagi perempuan, termasuk ibu. Peran sentralnya adalah untuk mendidik dan merawat anak-anak mereka dengan baik. Islam juga mengatur pembagian tugas dalam keluarga sehingga perempuan dapat melaksanakan peran sebagai ibu tanpa merasa terbebani.
Baca juga : Cahaya Kasih Ibu Penerang Peradaban Baru
Nafkah bagi ibu dan keluarga ada di tangan suami, jika tidak mampu maka syariat mempunyai mekanisme pemenuhannya (kerabat sampai negara melalui Baitulmal).
Terakhir sebagai penutup, Ustazah Frida mengingatkan pada kita semua sebagai kaum ibu untuk melakukan hal-hal berikut:
- Membekali diri dengan ilmu yang cukup.
- Ibu harus punya bekal keimanan, ketakwaan dan ilmu. Ibu harus mempunyai iman yang kokoh dan daya juang yang tinggi di tengah kondisi sekulerisasi di semua aspek kehidupan.
- Pentingnya kolaborasi antara ibu dan ayah dalam pendidikan anak. Ibu bukanlah satu-satunya pihak yang berperan dalam pendidikan anak. Kolaborasi yang baik antara ayah dan ibu sangat penting untuk memastikan anak-anak tumbuh dalam lingkungan yang seimbang dan penuh kasih sayang hingga memilihkan sekolah yang baik.
- Peran komunitas dalam mendukung peran ibu. Komunitas dan lingkungan sekitar juga berperan dalam mendukung peran ibu sebagai pendidik anak, seperti melalui kelompok pengajian, majelis taklim, dan organisasi perempuan yang memberi ruang bagi ibu untuk berbagi ilmu dan pengalaman.
- Mendakwahkan Islam agar Islam diterapkan dan dijadikan solusi persoalan ibu dan generasi.
- Menjadikan teladan ibu-ibu hebat yang melahirkan generasi luar biasa seperti ibu dari Imam Syafii, ibu dari Umar bin Abdul Aziz, ibunda Muhammad Al Fatih, dan seterusnya.
Wallahu a'lam bishawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Peran maksimal seorang ibu dan ayah dalam sistem kapitalisme acap kali berantakan. Selain buruk iman yang kuat, peran negara menjadi faktor penting dalam mendukung pola asuh perkembangan anak.