Aisyah, Uni Manis yang Lincah

Aisyah uni manis nan lincah

Aisyah dihadapkan pada peran baru, sebuah tanggung jawab besar bagi seorang anak yang belum lama belajar berdiri tegak.

Oleh. Vega Rahmatika Fahra, S.H.
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Pagi itu di bulan Januari 2023, tangisan mungil seorang bayi perempuan pecah di udara. Dialah Aisyah As-Shidqiyyah, anugerah terindah dari Allah untuk abi dan umi. Nama Aisyah, adalah sebuah doa yang berisi makna mendalam. “As-Shidqiyyah” mengandung harapan agar ia tumbuh menjadi wanita yang jujur, penuh kebaikan, dan dihormati sebagaimana Siti Aisyah, istri Nabi Muhammad saw. yang dikenal dengan kejujuran dan kecerdasannya.

Hadirnya Aisyah menjadi pelipur lara bagi keluarga. Wajahnya yang mungil, senyumnya yang tulus, dan caranya menatap dunia dengan mata penuh rasa ingin tahu membuat abi dan umi tak henti-hentinya bersyukur. “Harta dan anak-anak adalah perhiasan kehidupan dunia....” (QS. Al-Kahfi: 46)

Pada Januari 2024, usia Aisyah baru genap satu tahun. Di saat anak-anak lain mungkin masih sibuk mengeksplorasi dunia, ia dihadapkan pada peran baru, sebuah tanggung jawab besar bagi seorang anak yang belum lama belajar berdiri tegak.

Menjadi Kakak di Usia Muda

Tiga bulan setelah ulang tahunnya yang pertama, Aisyah resmi menjadi seorang kakak. Abi dan umi awalnya diliputi perasaan campur aduk. Rasa syukur atas kelahiran adik baru itu bersanding dengan kekhawatiran: “Apakah ia siap? Bukankah ia masih terlalu kecil untuk berbagi kasih sayang?”

Sebagai orang tua, perasaan ini wajar. Namun Allah Swt. mengingatkan dalam firman-Nya “Dan Kami tidak membebani seseorang melainkan sesuai dengan kesanggupannya....” (QS. Al-Baqarah: 286) Begitu pula dengan Aisyah. Meski masih kecil, ternyata hatinya yang polos mampu memahami kehadiran adik barunya sebagai karunia bukan beban.

Hari pertama bertemu dengan adiknya, Taqy, ada sesuatu yang istimewa. Dengan langkah kecilnya yang goyah, Aisyah mendekat ke tempat tidur bayi. Matanya berbinar penuh rasa penasaran. Ia mencoba menyentuh kepala adiknya dengan lembut, tetapi jemarinya yang mungil belum bisa sepenuhnya mengukur kelembutan itu. Dalam tidurnya pun, ia menggenggam kepala Taqy seolah ingin melindunginya.

Maha Suci Allah yang menciptakan cinta dalam hati manusia, gumam umi sambil menatap tiga buah hatinya yang kini saling melengkapi.

Baca juga: Taqy, Skenario Indah dari Allah

Keceriaan yang Tiada Henti

Aisyah adalah anak yang aktif, lincah, suka berlari ke sana ke mari, dan selalu ingin tahu. Tak jarang ia memanjat kursi atau mencoba hal-hal yang mungkin bagi orang dewasa terlihat berbahaya. Namun, di balik keriangannya itu, ia memiliki satu kebiasaan yang membuat umi merasa begitu dicintai.

Setiap malam sebelum tidur, Aisyah akan memegangi bibir umi. Tak peduli seberapa lelah umi setelah seharian mengurus rumah dan anak-anak, sentuhan kecil itu mampu menghapus semua rasa lelah. Ia seakan berkata tanpa kata, “Aku butuh umi di setiap saatku.”

Abi sering mengingatkan umi bahwa apa yang Aisyah lakukan adalah bentuk fitrah kasih sayang anak kepada orang tuanya. Rasulullah saw. bersabda “Barang siapa yang tidak menyayangi maka ia tidak akan disayangi.” (HR. Bukhari dan Muslim)

Kasih sayang Aisyah adalah cerminan dari cinta yang abi dan umi tanamkan dalam keluarganya.

Dinamika Keluarga

Sebagai anak tengah, Aisyah berada di antara kakaknya, Qiana dan adiknya, Taqy. Meskipun mudah akrab dengan siapa saja, Ia sesekali berselisih dengan Qiana. Perbedaan usia yang tak terlalu jauh membuat keduanya sering berebut mainan atau perhatian. Namun di balik pertengkaran kecil itu ada cinta yang tak terbantahkan.

Aisyah, kakaknya baik sama adik, ya,” umi sering mengingatkan. Kata-kata itu perlahan tertanam dalam hatinya. Ia belajar bahwa mencintai tidak hanya berarti memiliki tetapi juga berbagi.

Doa untuk Aisyah

Abi dan umi tahu bahwa masa kecil Aisyah adalah waktu yang penuh tantangan, tetapi juga penuh keindahan. Setiap langkah kecilnya adalah bukti bahwa ia sedang tumbuh menjadi pribadi yang kuat, cerdas, dan penuh cinta.

Doa terbaik selalu umi dan abi panjatkan untuk Aisyah, “Ya Allah, jadikanlah ia anak yang salihah yang mencintai-Mu lebih dari segalanya. Jadikanlah ia anak yang bermanfaat bagi agama, keluarga dan umat. Bimbinglah ia agar selalu berada di jalan yang lurus dan jadikanlah ia penghuni surga-Mu yang indah.”

Hikmah dari Kehadiran Aisyah

Kisah Aisyah mengajarkan banyak hal. Sebagai orang tua, abi dan umi belajar bahwa setiap anak memiliki jalan ceritanya masing-masing. Tidak ada yang terlalu dini atau terlalu terlambat untuk belajar mencintai, berbagi, dan bertanggung jawab.

Sebagai manusia, kita sering merasa bahwa suatu tanggung jawab terasa berat namun Allah Swt. telah menyiapkan kita untuk menghadapinya. Kehadiran Aisyah dan adik-adiknya adalah bukti bahwa cinta dan kesabaran adalah anugerah besar yang diberikan Allah kepada hamba-Nya.

Dalam setiap kelelahan merawat anak-anak, umi selalu mengingat firman Allah “Sesungguhnya bersama kesulitan ada kemudahan....” (QS. Al-Insyirah: 6) Ayat itu menjadi penguat hati bahwa setiap tantangan yang datang adalah bagian dari rencana indah Allah.

Khatimah

Aisyah As-Shidqiyyah adalah bukti nyata bahwa cinta adalah bahasa universal yang bisa dipahami bahkan oleh anak sekecil dirinya. Melalui Aisyah, abi dan umi belajar untuk lebih banyak bersyukur, lebih sabar dan lebih ikhlas.

Semoga kisah ini menjadi inspirasi bagi setiap orang tua bahwa setiap anak adalah titipan yang harus dijaga dengan sepenuh hati. Dan semoga Aisyah dengan segala kecerdasannya terus tumbuh menjadi bintang kecil yang menerangi kehidupan keluarganya dan menjadi kebanggaan di dunia dan akhirat.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Vega Rahmatika Fahra, S.H. Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Rumah Moderasi Beragama, Ancaman bagi Akidah Generasi?
Next
Pajak vs Dharibah
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca: Aisyah, Uni Manis yang Lincah […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram