Perjuangan Meraih Harapan

Perjuangan Meraih Harapan

Hidup adalah perjuangan meraih harapan. Meskipun harus melalui aral rintangan, jangan pernah menyerah karena sesungguhnya dalam setiap kesulitan pasti akan datang kemudahan.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Resolusiku tahun 2025 adalah berjuang meraih harapan. Saat tahun 2024, ketika aku hampir menyerah dengan impitan beban kehidupan, aku pernah bertekad untuk menulis di salah satu platform. Namun rintangan datang menghampiri sehingga saat baru mencapai lima ribu kata, aku mulai menyerah. Bahkan, saat aku bertekad untuk menulis naskah solo, aku mengalami kesulitan biaya untuk modal cetak buku sehingga sampai detik ini buku soloku tak kunjung diterbitkan.

Aku juga pernah mengirim naskah ke penerbit mayor, sekitar dua judul buku, tetapi sayang nasibku masih sama. Ya, kegagalan sering kali menghampiriku sehingga membuatku hampir ingin berhenti menulis. Meski begitu, keberadaan komunitas menulis dan semangat dari sahabat sesama penulis membuatku bangkit lagi. Mereka semua menginspirasiku untuk tetap konsisten menulis.

Suka Duka Perjuangan Menulisku

Suka dan duka perjalanan menulisku di tahun 2024 berwarna-warni. Aku pernah berkenalan dengan penulis yang menawarkan produk usaha digital yaitu affiliate. Aku tergoda ikut bergabung dalam komunitas tersebut, padahal harganya lumayan mahal. Namun saat itu aku malah tetap mengusahakan untuk membeli. Pada akhirnya aku menyesal karena tak bisa melanjutkan dan tak fokus berbisnis. Aku tidak nyaman karena pemimpinnya bukan dari kalangan muslim. Jiwaku berontak dan enggan untuk melanjutkan sehingga uangku terbuang sia-sia.

Parahnya lagi aku pernah ikut sayembara menulis GLN. Aku mengirimkan dua naskah. Sayangnya illustratorku saat itu menyalahi perjanjian dan minta komisi sebelum naskah lomba dikirim. Dengan kondisi merasa tidak enak hati, aku terpaksa membayar karena tidak mau nama baikku tercemar dan proyek lomba jadi runyam. Namun, apa hasilnya? Aku gagal lagi dan naskahku tidak lolos.

Ketika aku ingin menyelesaikan naskah solo buku fantasi, aku mulai semangat sampai bisa menyelesaikan proses editing sekitar 100 halaman. Namun sayangnya aku berhenti karena sering merasa nyeri di sekitar saraf. Gigiku sering kumat dan harus dioperasi kecil. Aku kalah menyelesaikan target buku solo dan sampai saat ini masih terlunta-lunta, entah kapan buku itu akan selesai. Rasanya jalanku dalam menulis makin terasa buntu.

Aku merenung dan merefleksi semua yang terjadi, ternyata bukan karena aku tidak bisa membagi waktu, tetapi karena terlalu banyak beban yang harus kupikul dan tidak ada yang aku utamakan. Semua hal aku geluti sampai-sampai aku kelelahan. Apalagi ketika rasa sakit menyerang, gigiku kambuh, jangankan untuk mengunyah, untuk berpikir pun sulit. Rasa nyeri membuatku harus bolak-balik ke rumah sakit. Aku butuh waktu untuk istirahat di tengah kesibukan yang tiada hentinya. Aku makin merasakan bahwa semuanya benar-benar merupakan perjuangan.

Perjuangan Menulis

Setiap orang pasti punya target yang ingin dicapai setiap tahunnya. Namun, realitasnya tak semua hal bisa kita raih karena dalam mewujudkan sebuah mimpi butuh kesungguhan. Awalnya aku merasa kesulitan menulis opini karena dua tahun sebelumnya aku pernah kalah ikut lomba artikel, sementara temanku yang masih penulis baru lebih unggul daripada diriku. Ternyata dia bermain di belakang dengan cara yang tidak jujur. Semenjak saat itu, aku bertekad untuk bangkit dan sungguh-sungguh belajar menulis artikel.

Aku mengikuti kelas artikel di KMO, lalu belajar di beberapa komunitas salah satunya komunitas Sharing Ilmu Literasi. Lama-kelamaan aku nekat untuk kirim naskah ke Narasipost Media. Awalnya aku mengirimkan naskah story true, tapi lama-kelamaan aku mulai memberanikan diri mengirim naskah opini. Hal ini terjadi semenjak aku sering membaca karya kontributor KonaPost. Bukan hanya itu, aku sering merasa resah apabila melihat berita di TV yang membuatku emosi sehingga rasa itu kutumpahkan ke dalam tulisan artikel yang tajam.

Menorehkan Tinta Emas Perjuangan

Seiring berjalannya waktu tulisanku sering lolos dan di-publish. Sejak saat itu aku mulai percaya diri untuk mengirimkan naskah, meskipun aku masih harus banyak belajar. Ya, aku harus menguasai proses penyuntingan naskah. Saat aku bergabung menjadi penulis Narasiliterasi.id, aku merasa kesulitan dalam membuat desain foto. Namun, aku bersyukur banyak sahabat yang menjadi tempat untuk bertanya dan mereka dengan sabar mengajari kami.

Komunitas literasi yang diprakarsai oleh Mom Andrea sebagai Pemimpin Redaksi NarasiPost Media memotivasiku untuk terus menorehkan tinta emas perjuangan melalui menulis. Aku bahagia bisa berjuang bersama sahabat penulis muslimah di seluruh Indonesia. Selama ini aku tidak mau terlalu muluk untuk mencapai sesuatu karena kondisi tubuhku. Tidak seperti tahun-tahun sebelumnya. Namun, semangatku tak pernah padam dalam menuliskan kebaikan.

Meski terkadang setelah melaksanakan berbagai aktivitas fisik, aku merasa kelelahan dan jatuh sakit. Bukan hanya itu, masalah kesehatan mengakibatkan aku tak bisa menulis seperti biasa. Maka tahun ini aku mulai gencar untuk berolah raga dan membuat konten motivasi untuk memberikan inspirasi bagi semua orang dalam menjaga kesehatan, baik fisik maupun psikis.

Resolusi Tahun 2025, Mewujudkan Secercah Asa

Resolusi untuk tahun 2025, aku ingin menulis di atas cakrawala dan menggoreskan tinta emas perjuangan. Artinya aku ingin lebih banyak belajar menulis, meraih berbagai prestasi di dunia kepenulisan, dan menghasilkan karya solo yang diterbitkan oleh penerbit mayor. Kesibukan dan amanah dakwah menanti di depan mata sehingga aku harus berupaya untuk menjadi muslimah yang tangguh. Meskipun nantinya berbagai rintangan membuatku keteteran dalam menulis, tetapi aku tidak pernah untuk berhenti.

Ketika berbagai kegagalan datang, aku tak peduli. Seberat apa pun rintangan yang harus dilalui, aku yakin tidak ada usaha yang mendustai hasil dan takdir Allah Swt. yang terbaik untukku. Aku berprasangka baik pada-Nya. Tidak ada manusia yang mau gagal, apalagi merasakan sakit. Akan tetapi, mungkin dengan adanya rasa sakit akan dapat mengurangi dosa-dosaku selama ini. Aku percaya Allah akan mengabulkan doa setiap hamba-Nya. Maka ketika aku diterpa kegagalan yang bertubi-tubi, aku yakin masih ada waktu untukku meraih harapan.

Dikutip dari laman https://iqra.republika.co.id bahwa diriwayatkan dari Abu Hurairah, suatu ketika Rasulullah saw. bersabda, "Mukmin yang kuat lebih baik dan lebih dicintai oleh Allah dibandingkan dengan mukmin yang lemah. Meskipun begitu keduanya memiliki kebaikan. Maka bersemangatlah dalam hal-hal yang bermanfaat bagimu dan meminta pertolongan kepada Allah dan jangan lemah. Dan jika sesuatu menimpamu, janganlah engkau mengatakan, 'Seandainya aku melakukan ini maka akan begini dan begitu', akan tetapi katakanlah, 'Allah telah menakdirkannya dan apa yang Ia kehendaki telah terjadi'. Sebab kata 'seandainya' akan membuka ruang bagi setan untuk bekerja." (HR. Muslim)

Baca juga: Takdir-Mu Terbaik Untukku

Khatimah

Hal yang penting saat ini adalah aku tidak boleh menyia-nyiakan kesempatan karena aku tahu kesempatan tidak datang dua kali. Setiap challenge menulis yang diadakan oleh berbagai komunitas aku ingin ikuti karena itulah kesempatanku. Akan tetapi tentu tiada perjalanan tanpa rintangan. Semua hal harus dilalui dengan penuh kesungguhan. Seperti yang tertera di dalam Al-Quran surah Al-Insyirah ayat 5—6 yang artinya: “Karena sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan. Sesungguhnya sesudah kesulitan itu ada kemudahan.”

Setiap goresan kata yang kita ukir sejatinya akan menjadi amal jariah untuk kita di hari akhir nanti. Sebab kata-kata yang bernilai kebaikan akan menjadi perisai dakwah dan energi bagi pembaca. Sebuah kekuatan yang bisa membakar semangat dan menuntun pada jalan kebenaran. Ya, bagi setiap kata yang masuk ke relung jiwa akan terekam ke dalam ingatan pembaca.

Maka dari itu, perjuangan menulis ini akan selalu aku rawat, kujaga, dan kupupuk agar selalu semangat dalam berbagi kebaikan pada sesama. Itu karena aku yakin betapa kebaikan yang tulus akan terkenang di hati seseorang dan jaminannya adalah surga. Tulisan kita akan menjadi wasilah. Percayalah Sahabat, suatu saat tulisan kita akan menjadi sejarah hidup yang tak lekang sepanjang zaman. Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Mahyra Senja Kontributor NarasiPost.Com
Previous
Dekonstruksi Radikalisme: Solusi Islam Fundamental
Next
Perbudakan Modern di Pabrik BYD
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram