Taaruf di Jalan Islam

TAARUF DI JALAN ISLAM

Taaruf jelas berbeda dengan pacaran. Taaruf memiliki rambu-rambu yang mesti diperhatikan sebelum akhirnya masuk ke jenjang yang lebih sakral, yakni pernikahan.

Oleh. Desi Wulan Sari
(Kontributor Narasiliterasi.Id)

Narasiliterasi.Id-Menikah, tentu menjadi impian bagi setiap laki-laki dan perempuan yang telah balig dan dewasa. Mengikuti sunah Rasul saw. dalam melanjutkan kehidupan Islam, melalui ibadah terlama yaitu pernikahan. Pernikahan dalam Islam setiap aspeknya dilaksanakan dengan niat untuk mendekatkan diri kepada Allah taala.

Terkadang anak-anak muda saat ini banyak yang keliru dalam memaknai sebuah pernikahan. Mereka menganggap proses menuju ke pernikahan adalah dengan pacaran dahulu, dengan lebih mengenal satu sama lain. Padahal, jelas dalam Islam tidak ada yang dinamakan proses saling kenal dengan pacaran.

Bahayanya, pacaran yang dijalani itu banyak mereka ambil dari contoh-contoh yang ditampilkan oleh media. Di mana media-media sekularisme dan liberalisme akan menunjukkan sisi “romantis dan keindahan” saat menjalani proses pacaran. Mirisnya, justru potret-potret kemaksiatan yang penuh hawa nafsu yang ditampilkan oleh mereka. Naudzubillahimindzaaliik.

Rahasia Allah

Namun, aku merasa bersyukur ternyata masih kutemukan anak-anak muda yang memahami haramnya berpacaran. Masyaallah. Dia adalah sahabat anakku sejak di bangku SD, SMP, SMA yang bernama Bella. Usianya baru saja menginjak 22 tahun. Seorang gadis cantik, berkulit bersih, dengan karakter tenang, dan berpakaian sesuai syariat ala anak muda. Saat masih kuliah di tahun kedua, Bella dipercayakan oleh sang ayah membuat usaha kecil-kecilan, yaitu membuka usaha hijab. Dengan merek usaha sendiri. Anakku sebagai sahabat yang tahu persis seperti apa Bella, memberikan masukan-masukan terkait usaha yang sedang dirintisnya. Awalnya berjalan baik dan lancar, khimarnya banyak disukai para konsumen kalangan remaja. Namun, karena terkendala wabah Covid dan kuliah yang padat, akhirnya Bella harus rela meninggalkan bisnisnya untuk sementara waktu.

Taaruf Pertama

Setelah lulus kuliah, Bella langsung melanjutkan kegiatan dengan mencoba mencari pekerjaan. Hingga satu kesempatan membawa Bella diterima oleh satu perusahaan swasta sebagai karyawannya. Suatu hari, Bella dipanggil oleh ayah dan ibunya. Dengan perasaan bingung Bella mencoba memahami apa yang disampaikan oleh kedua orang tuanya. Ternyata oh ternyata, antara mau bingung atau tertawa, ayah Bella mengatakan bahwa ada seorang pemuda yang ingin taaruf dengannya. Kaget! Pasti, tapi ia berusaha untuk tenang. Ayah menjelaskan bahwa proses ini hanya untuk berkenalan saja dulu, kalau Bella tidak bersedia, tentu tidak apa-apa. Ternyata taaruf dengan pemuda pertama gagal. Bella merasa hatinya kurang yakin dengan pemuda tersebut.

Kabar Secepat Burung

Lucunya, teman satu angkatan di sekolah SMA Bella dan anakku, saat itu telah mendengar kabar secepat kilat bahwa Bella sudah ada yang mendatanginya untuk taaruf. Habibi, teman SMA Bella, seperti orang kebakaran jenggot. Usut punya usut ternyata Habibi sudah tertarik dengan Bella, justru setelah mereka lulus dari SMA. Akan tetapi keduanya dididik oleh orang tua yang sama-sama memahamkan anak-anak mereka bahwa pacaran haram hukumnya. Daripada pacaran lebih baik langsung halalkan dengan proses yang benar, begitu nasihat orang tua mereka.

Baca juga: Jodohmu adalah Cerminanmu

Back to Habibi. Mendengar kabar itu, ia berpikir bagaimana caranya bergerak cepat agar bisa mendekati Bella dan menyampaikan maksud hatinya. Taktik anak muda dalam memperjuangkan pujaan hatinya mulai dilakukan dan pantang menyerah. Adik Habibi dijadikan alat untuk penyambung komunikasi. Habibi menyuruh adiknya untuk menanyakan tempat kos-kosan di sekitar rumah Bella. Mengetahui trik Habibi, dengan senang hati sang adik mulai melaksanakan aksinya. Terbukalah jalan komunikasi yang akhirnya dihubungkan oleh adik Habibi. Niat ini sama sekali tidak diketahui oleh Bella pada awalnya.

Kesempatan baik itu tidak datang dua kali pikir Habibi. Jadi, tanpa pikir panjang Habibi bersama temannya memberanikan diri minta izin ke ayah dan ibu Bella untuk menemuinya, mengutarakan maksudnya, bahwa ia ingin bertaaruf dengan Bella. Dag, dig, dug ... Derr.... Tangan Habibi berkeringat dingin, jantungnya berdegup kencang. Ia mengumpulkan keberanian untuk berkata yang baik dan benar, jangan sampai orang tua Bella salah mengartikan apa yang akan ia sampaikan.

Taaruf Kedua

Tidak lama setelah kunjungan Habibi, ayah kembali memanggil Bella dan mengatakan bahwa ada seorang pemuda lagi yang ingin bertaaruf dengan dirinya. Setelah panjang lebar ayah ceritakan semua, Bella justru bergeming. Ia merasa kaget dengan apa yang didengarnya. "Habibi? Teman SMA? Suka aku? Ingin taaruf denganku?"

Antara merasa terkejut dengan mau tertawa jadi satu. Namun, sekali lagi ia berusaha tenang di depan sang ayah.

Habibi datang kembali menemui ayah Bella. Beliau menyampaikan hasil diskusinya dengan Bella. Hasilnya adalah “feedback positif” yang diberikan oleh Bella, ayah, dan ibunya. Mau lompat tanda kegirangan tetapi Habibi sadar, belum waktunya. Harus cool di depan calon mertua, candanya dalam hati. Masyaallah. Sesampainya di rumah tak lupa Habibi sujud syukur atas diterimanya taaruf yang dilakukannya.

Blushing Face

Hingga waktunya tiba, Habibi bersama keluarganya datang kembali ke rumah orang tua Bella dengan maksud untuk mengkhitbah. Sejak bulan Oktober 2023 sebagai awal taaruf, hingga awal Januari 2024 melakukan proses khitbah. Perjalanan menuju bulan Juli 2024 mereka mulai melakukan perkenalan. Eits, tapi jangan salah, mereka tidak pergi berduaan, yah. Selalu Habibi yang datang ke rumah orang tua Bella untuk mengenal calon istrinya lebih jauh, sambil berdiksusi dan membahas serba-serbi pernikahan. Ibu Bella cerita kepada anakku wajah keduanya terlihat “blushing” lucu sih, tapi masyaallah, Allah rida.

Kesibukan persiapan menuju pernikahan kian terasa. Sejak bulan Juli ke bulan Oktober, mulai membuat agenda persiapan pernikahan mereka. Mulai dari mengurus undangan, pakaian pengantin, wedding organizer, MUA, katering, tempat, dll.

Hingga Oktober 2024, waktunya telah tiba. Proses taaruf hingga khitbah memakan waktu satu tahun lamanya. Hari ini, suasana dalam hall gedung pernikahan begitu sunyi dan hening. Di sana telah duduk keluarga besar kedua mempelai. Habibi duduk dan terlihat tegang di hadapan ayah Bella, bapak penghulu, dan saksi-saksi pernikahan.

“Sah!” Alhamdulillah pernikahan Bella dan Habibi berjalan lancar. Setelah ijab kabul selesai, barulah Bella dan Habibi di pertemukan. Sebagai sepasang suami istri untuk pertama kalinya. Terlihat kedua mempelai tersipu malu. Habibi langsung mendoakan sang istri atas pernikahan ini.

Masyaallah tabarakallah, begitu indah dan sakral pemandangan yang aku lihat ini. Sepasang anak muda yang telah mnghalalkan diri mereka dalam ikatan suci di hadapan Allah subḥānahu wa ta’āla. Sungguh menjadi satu pelajaran bahwa yang dimulai dengan cara yang baik, insyaallah akan mendapatkan hasil yang terbaik. Allah rida dengan menumbuhkan rasa cinta dalam hati mereka satu sama lain. Allah memberikan sakinah mawaddah warahmah dalam keluarga mereka.

Rasulullah saw. bersabda:

يَا مَعْشَرَ الشَّبَابِ مَنِ اسْتَطَاعَ مِنْكُمُ الْبَاءَةَ فَلْيَتَزَوَّجْ، فَإِنَّهُ أَغَضُّ لِلْبَصَرِ، وَأَحْصَنُ لِلْفَرْجِ، وَمَنْ لَمْ يَسْتَطِعْ فَعَلَيْهِ بِالصَّوْمِ فَإِنَّهُ لَهُ وجاءٌ

"Wahai para pemuda, siapa saja di antara kalian yang sudah mampu menanggung nafkah, hendaknya dia menikah. Karena menikah lebih mampu menundukkan pandangan dan menjaga kemaluan. Sementara siapa saja yang tidak mampu maka hendaknya ia berpuasa karena puasa bisa menjadi tameng syahwat baginya." (HR. Bukhari dan Muslim)

Harapan sang Pengantin

Saat perkenalan singkat hingga proses menikah, saatnya mereka memulai untuk saling kenal lebih dekat. “Pacaran halal” itu hanya istilah anak muda saat ini. Akan tetapi yang pasti, pernikahan mereka adalah ibadah panjang yang siap mereka arungi dalam rumah tangga Islam sejati. Di tahun baru 2025 mereka lewati bersama, mereka saling lempar harapan.

Bella berharap dapat melanjutkan kembali usaha bisnis hijabnya dengan dukungan Habibi sepenuhnya. Mereka berdua berharap diberikan kemudahan dari segi jasmani, rohani, dan ekonomi. Kini, Habibi sebagai kepala keluarga yang mencari nafkah untuk keluarganya. Semoga kelak mereka diberikan keturunan yang saleh dan salihah. Mereka berharap Allah rida dengan apa yang mereka lakukan. Aamiin. Insyaallah.[]

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Desi Wulan Sari Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Jodohmu adalah Cerminanmu
Next
Gaza Diancam Neraka, Los Angeles Kena Karma
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram