Cita-cita yang Tak Pernah Sirna

Cita-cita yang Tak Pernah Sirna

Benarlah bahwa Allah sesuai prasangka hambanya, maka jangan pernah berhenti belajar dan berusaha sampai tercapai cita-cita kita.

Oleh. Ni'matul Afiah Ummu Fatiya
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Kalau ditanya tentang cita-cita, jujur saja aku tidak tahu apa sebenarnya cita-citaku. Dulu keinginanku hanya ingin menjadi orang yang berguna bagi nusa, bangsa, dan agama. Hal itu terinspirasi karena aku sering membaca biodata orang-orang yang dimuat di koran-koran bekas yang aku baca. Lahir dari keluarga yang sederhana membuat aku tak memiliki keinginan seperti anak-anak lain ketika ditanya tentang cita-cita, ada yang mau jadi dokter, polisi, perawat, bahkan artis.

Aku bersyukur memiliki seorang bapak yang gemar membaca. Meskipun bapakku seorang petani, tetapi di sela-sela waktu senggang beliau selalu meluangkan waktu untuk membaca. Koleksi bukunya, terutama buku agama juga cukup banyak. Bapak bahkan sampai menjual sekarung padi demi bisa membeli sebuah buku yang dianggapnya penting.

Kebiasaan Membaca

Ternyata kebiasaannya membaca itu menular padaku. Buku apa saja yang ada di rumah hampir semua aku baca. Sobekan koran atau majalah bekas bungkus cabai atau bawang pun sebelum aku buang, aku baca dulu. Sewaktu SD bahkan ketika teman-teman yang lain asyik bermain lompat tali atau bola bekel, aku lebih suka membaca majalah Kuncung yang ada di lemari kelas. Sampai-sampai pernah tepergok oleh pendidik. Deg! Perasaanku jadi was-was, khawatir dimarahi. Eh, ternyata malah disuruh melanjutkan membacanya, bahkan semua murid akhirnya dimotivasi untuk banyak membaca, lalu ditanyakan ke pendidik kalau ada yang tidak dimengerti. (https://www.cnnindonesia.com, 27-10-2016)

Menginjak bangku SMP, pergaulan lebih luas lagi. Bertemulah aku dengan teman-teman yang punya hobi membaca juga. Hampir setiap istirahat tiba, kami habiskan waktu di perpustakaan sekolah untuk membaca. Hari Kamis adalah hari yang paling ditunggu karena bisa meminjam buku lebih lama. Kalau hari biasa batasnya hanya tiga hari. Nah, kalau hari Kamis karena ketambahan hari Minggu jadi lebih lama, maka buku yang dipinjam pun jadi lebih banyak lagi.

Ketika SMA kebetulan aku satu kelas dengan seorang anak yang selain hobinya membaca, dia juga punya kemampuan menulis. Setiap habis libur sekolah, pasti dia tunjukkan hasil tulisannya selama liburan berupa cerpen-cerpen. Suatu saat kucoba pinjam cerpennya. Setelah aku baca ternyata aku jadi terinspirasi juga untuk membuat cerpen. Sejak saat itu mulailah aku suka membuat tulisan. Setelah selesai, aku minta pendapat temanku itu. Katanya lumayan bagus, aku jadi senang, dong. Lebih semangat lagi setiap pelajaran bahasa Indonesia ketika tugas membuat kalimat. Aku selalu membuat kalimat yang panjang-panjang. Nah, kata pendidik, "Ni’matul tulisannya sudah bagus, coba teruskan.”

Cita-cita yang Harus Diwujudkan

Dari situlah aku mulai senang membuat cerpen atau sekadar menulis diari. Namun sayang, hobiku ini hanya tersimpan di buku catatan pribadi. Pernah mencoba mengirim tulisan ke majalah, tetapi tidak dimuat karena sudah angkat cetak katanya, jadi sudah telat. Pernah juga mendapat tugas membuat tulisan, lagi-lagi bingung bagaimana cara mengirim ke media. Waktu itu belum ada HP, terus tidak punya circle pertemanan sesama penulis, jadi masih banyak kesulitan untuk menyalurkan hobi ini.

Meskipun begitu, keinginan untuk terus menulis masih terpatri rapi di dada ini. Bahkan, seperti menjadi sebuah cita-cita yang harus diwujudkan suatu hari nanti. Hobi membacaku tak pernah aku tinggalkan, bahkan setiap ada waktu senggang aku sengaja pergi ke Gramedia untuk sekadar membaca buku atau membelinya. Selain banyak membaca karya-karya penulis terkenal, aku juga membeli buku-buku yang berkaitan dengan teknik menulis dari beberapa pengarang dan penerbit. Namun, seiring bertambahnya usia dan kesibukan mengurus tiga anak sekaligus (karena jarak satu anak ke anak lain dekat) setelah menikah hobi ini terbengkalai. Meski demikian, masih ada satu keyakinan yang muncul di hati bahwa suatu saat nanti pasti bisa. Keyakinan seperti itu terinspirasi oleh penulis Harry Potter, J.K. Rowling yang terkenal di usia 40 tahun. Gara-gara kisah petualangan Harry Potter yang ditulisnya dan dibukukan, bahkan sampai diterjemahkan ke dalam beberapa bahasa.

Allah Sesuai Prasangka Hamba-Nya

Benarlah bahwa Allah sesuai prasangka hambanya. Cita-cita yang tak pernah sirna ini akhirnya terwujud sekarang. Namun, bukan lagi menjadi seorang cerpenis, melainkan baru menjadi penulis opini islami. Setelah melewati masa kesibukan mengurus dan membesarkan anak-anak, kini tiba saatnya aku menyibukkan diri dengan hobiku.

Berawal dari kurangnya personel untuk menulis opini daerah, aku yang merasa punya bakat, 'kepedean ya, hehe...', menawarkan diri. Selain itu, aku merasa inilah saatnya aku berbuat untuk agama ini sesuai kemampuanku. Alhamdulillah Allah memudahkan. Aku dipertemukan dengan orang-orang yang memiliki tujuan sama, menyebarkan Islam lewat tulisan. Lebih bersyukur lagi akhirnya ketika bisa bergabung di komunitas menulis Kuntum Cahaya yang membawaku bergabung ke grup penulis Narasiliterasi.id ketika ada webinar tentang cara publish naskah yang dibimbing oleh Mom Andrea.

Tiada kata yang lebih pantas aku ucapkan terutama untuk Mom Andrea yang telah memberikan ilmunya tanpa minta bayaran sepeser pun, selain ucapan “Jazakillah khairan,” semoga menjadi pahala investasi yang terus mengalir. Karena berkat bimbingannya, alhamdulillah semakin terasah bakatku yang pernah terpendam. Selanjutnya aku semakin semangat menulis karena mengharap rida Allah dan semoga ini menjadi pahala investasi juga untukku. Tak lupa juga terima kasih buat teman-teman yang sudah membantuku mewujudkan cita-cita ini, jazakunallah ahsanal jaza.

Khatimah

Pesanku, jangan pernah berhenti belajar dan berusaha untuk mewujudkan cita-cita sampai tiba saatnya Allah memanggil kita. Aku berharap di tahun 2025 yang tinggal beberapa hari lagi, semakin produktif membuat tulisan untuk menyebarkan syiar agama Islam. Aku pun berharap semoga menjadi orang yang berguna seperti cita-citaku terdahulu, mengikuti sabda Rasulullah saw., “Sebaik-baik manusia adalah orang yang bermanfaat untuk sesamanya,” (HR. Qudha’i)

Baca : Hiduplah untuk Akhirat

Semoga Allah senantiasa memudahkan urusan kita semua. Wallahualam bissawab. []





Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Ni'matul Afiah Ummu Fatiya Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Subsidi dan Bansos Obat Sakit Kenaikan PPN?
Next
Peningkatan Kualitas Pendidikan dalam Sistem Islam
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram