Buddy, penting banget bagi kita membuang rasa malas itu, lo! Sebab, malas adalah sumber malapetaka. Biang hilangnya semangat untuk berpikir
Oleh. Bunga Padi
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Halo, Buddy, pernah enggak sih kamu punya perasaan malas. Maunya rebahan di kamar saja. Bahkan mandi pagi saja malas maunya agak siang. Waduh, bisa gawat, nih!
Iya, rasa malas pasti pernah menghinggapi siapa saja. So, enggak ada di dunia ini orang yang enggak punya rasa malas. Hanya saja gimana caranya kita membuang dan mengendalikannya, serta enggak malas pada sesuatu yang dapat merugikan diri kita.
Menikmati hidup itu memang asyik, sih. Seperti berleha-leha ke sana ke mari, menghabiskan waktu untuk menyenangkan diri bareng kawan-kawan. Seharian jalan di Mall City atau duduk berjam-jam di kafe meski sekadar minum kopi.
Aduh, Buddy, stop deh, apa enggak sayang waktunya disia-siakan? Bukankah masih banyak yang harus dikerjakan? Membuang kemalasan itu wajib, lo!
Membuang Rasa Malas
Duh, Buddy, rugi banget, deh, jika benar kamu begitu. Waktu kamu terbuang percuma. Padahal, nih, waktu yang sudah kita temui dan jalani enggak bakal akan berulang kedua kali. Percaya, deh, waktu yang enggak kita pergunakan dengan sebaik-baiknya semasa hidup, pasti bakalan menyesal di kemudian hari.
Nah, Buddy, sebelum terlambat, selagi masih ada kesempatan kita kudu memaksimalkan waktu yang tersisa. Buang semua kemalasan, melakukan perubahan demi perubahan ke arah yang lebih baik.
Ketika Allah menciptakan perputaran waktu siang dan malam, pasti ada tujuan. Selain menunjukkan kebesaran-Nya, hendaklah manusia menjadikan siang hari sebagai ladang mencari rezeki dan malam hari untuk melepas penat.
Yuk, sejenak kita renungkan firman Allah Swt. dalam surah Al-Qasas ayat 37 sebagai berikut,
وَمِنۡ رَّحۡمَتِهٖ جَعَلَ لَـكُمُ الَّيۡلَ وَالنَّهَارَ لِتَسۡكُنُوۡا فِيۡهِ وَلِتَبۡتَغُوۡا مِنۡ فَضۡلِهٖ وَلَعَلَّكُمۡ تَشۡكُرُوۡنَ
Artinya: “Dan adalah rahmat-Nya, Dia jadikan untukmu malam dan siang, agar kamu beristirahat pada malam hari dan agar kamu mencari sebagian karunia-Nya agar kamu bersyukur kepada-Nya.”
Memanfaatkan Waktu dan Membuang Kemalasan
Buddy, penting banget bagi kita membuang rasa malas itu, lo! Sebab, malas adalah sumber malapetaka. Biang hilangnya semangat untuk berpikir dan berbuat bagi kemajuan dirinya dan memperjuangkan segala sesuatu yang penting.
Parahnya lagi, ketika ada persoalan yang menimpa dirinya atau agamanya. Orang semacam ini juga malas menghadapi atau menyelesaikan alias bersikap apatis. Maunya lari dari masalah dan kabur dari tanggung jawab. Wah, tambah ruwet.
Padahal nih ya, Khalifah Ali bin Abi Thalib pernah menasihati kita, lo. Begini tuturnya, “Janganlah kalian malas, sebab orang yang malas tidak akan menunaikan suatu hak pun untuk Allah.”
Namun, Buddy, sebenarnya boleh kok kamu bermalas-malasan sesekali waktu. Biasanya, tuh, kalau lagi kurang enak badan. Pasti, deh, maunya rebahan di kamar. Enggak masalah, justru sinyal tubuh itu agar kamu istirahat. Yang enggak boleh itu malas-malasan yang menjadi rutinitas setiap hari dengan pola yang sama.
Kalau bermalas-malasan sudah menjadi kebiasaan. Masa iya kita mau hidup sukses di dunia lalu bahagia di akhirat?
Anyway, untuk mewujudkan keinginan, kita harus rajin ikhtiar, doa, dan tawakal. Enggak boleh bermalas-malasan. Bahkan nih, Rasulullah saw. pun senantiasa berdoa agar dijauhkan dari sifat malas, lo, begini doanya,
”Ya Allah, aku berlindung kepada-Mu dari kelemahan, dari rasa malas, rasa takut, kejelekan di waktu tua, dan sifat kikir. Dan aku berlindung kepada-Mu dari siksa kubur serta bencana kehidupan dan kematian.” (HR. Bukhari dan Muslim)
Becermin kepada Ulama
Nah, Buddy, kalian pasti masih ingat ‘kan ulama yang terkenal ini. Iya, betul, beliau adalah Imam Syafi’i. Oh ya, nasab beliau masih tersambung ke Al-Muththalib yang merupakan saudara Hasyim, Kakek Rasulullah saw.
Sejak kecil telah menjadi yatim dan hidup dalam serba kekurangan. Namun demikian, kepahitan hidup yang dialami tidak menjadi alasan beliau untuk bermalas-malasan dari menuntut ilmu agama. Sebaliknya, kondisi hidup dalam kesusahan tersebut menjadi cambuk dan dorongan kuat bagi Syaf’i kecil untuk pergi merantau mencari guru yang ia bisa mereguk ilmu darinya.
Berbekal support dan doa ibundanya, Syafi’i kecil terus menempa diri memperdalam Al-Qur’an, ilmu agama, dan tsaqafah lainnya. Hingga suatu ketika, ia tampil menjadi seorang hafiz Al-Qur’an di usianya yang terbilang sangat muda, yakni tujuh tahun. Meski demikian, tidak lantas membuat Syafi’i berpuas diri dengan ilmu yang ia kuasai. Ia terus berkelana ke daerah yang jauh, mencari ilmu dari satu ulama ke ulama lain.
Walhasil, dari pengembaraan tersebut banyak bidang ilmu telah direngkuhnya, di antaranya menguasai bahasa dan sastra. Kerap kita menjumpai syair dan nasihat indah telah ditorehkan ke dalam kitab. Ternyata, enggak hanya mahir menulis, beliau juga telah mendirikan mazhab fikih Syafi’i dan menjadi mufti besar dari kalangan Sunni. Masyaallah.
Wow keren ‘kan, Buddy, pencapaian-pencapaian yang diperoleh oleh Imam Syafi’i. Semua dilakukannya dengan tekad yang kuat, kerja keras, kerja cerdas, dan tujuan yang jelas. Keaktifan beliau mencerminkan pemuda yang jauh dari kata malas.
Imam Syafi’i menyadari betul bahwa dunia bukan tempat bersantai atau berpangku tangan, tetapi wadah untuk meraup sebanyak-banyaknya kebajikan. Dan menjadi manusia yang bermanfaat bagi orang lain. (Muslimahnews)
Bawa Perubahan (Baper)
Oke, Buddy, setelah kita membaca catatan sejarah ulama di atas, apa yang ada di benakmu sekarang?
Apakah kamu masih mau melanjutkan kemalasan-kemalasanmu atau bangkit meninggalkannya lalu melakukan perbaikan di sisa umur yang ada? So, Buddy, wakey-wakey!
Buddy, open your eyes, atau mungkin kamu bingung memulainya dari mana? I get it and hear you.
Ingat enggak sih, pesan Rasulullah agar kita selalu memperhatikan atas apa-apa yang kita perbuat hari kemarin, hari ini, dan esok. Jika mengalami perubahan lebih baik dari hari sebelumnya maka termasuk orang yang beruntung. Bila keadaannya enggak ada perubahan ia terbilang merugi. Parahnya lagi, nih, bila hari ini lebih buruk dari hari kemarin maka dia tergolong orang yang celaka. Subhanallah.
Cukuplah pesan Rasulullah menjadi peringatan dan motivasi bagi kita untuk meninggalkan perbuatan yang enggak diridai Allah Swt. dan tetaplah menjadi insan yang membawa perubahan (baper) kepada ketaatan-Nya.
Baca: Forgiven not Forgotten
By the way, agar bisa istikamah berubah dari malas menuju rajin, kita mesti punya komitmen yang kuat untuk membuang rasa kemalasan, menerapkan kedisiplinan, dan pandai memanajemeni waktu. In other word, beri kesempatan kepada diri sendiri untuk mengubah kebiasaan malas menjadi rajin.
Komitmen Kuat
Well, mungkin beberapa kiat berikut bisa jadi panduan agar kita lebih rajin:
Pertama, menyadari bahwa alam semesta, kehidupan, dan diri kita ada yang memiliki dan mengaturnya yaitu Allah Swt. Jadi, sebagai hamba Allah tunduk pada perintah-Nya dan meninggalkan larangan-Nya.
Ayat di atas tegas mengabarkan, bahwa keberadaan manusia di muka bumi untuk beribadah dalam perkara yang Allah perintahkan. Bila kita memelihara sikap bermalas-malasan tentu enggak sesuai dengan perintah Allah. Jadi, kita kudu menemukan dan menentukan tujuan hidup kita.
Ketika kita paham keberadaan di dunia untuk beribadah kepada Allah Swt. Maka, berusaha seoptimal mungkin mengambil peran terbaik selama hidup. Meyakini bahwa perbuatan baik yang dilakukan bernilai pahala dan berbuah surga.
Demikian pula dengan sikap bermalasan-malasan kudu wajib dibuang jauh-jauh dari daftar kehidupan kita. Jangan sampai memelihara sikap malas. Seperti malas untuk belajar Islam secara kaffah, malas mengerjakan salat, malas menutup aurat secara sempurna, malas memahami politik Islam, malas bersedekah, dan sebagainya.
Kedua, mempunyai motivasi untuk membuang jauh-jauh rasa malas. Sebab kemalasan bisa datang dari diri sendiri. Maka diri sendiri harus melawannya. Memahami bahwa sifat malas adalah perbuatan dosa yang dibenci oleh Allah dan pelakunya dilemparkan ke neraka.
Ketiga, membuat target yang hendak dicapai dan buatlah jadwal agenda. Karena memulai suatu pekerjaan dengan perencanaan yang matang akan memudahkan dalam meraihnya dan sesuai rencana yang hendak dicapai. Selain itu, waktu akan lebih efisien.
Keempat, menanamkan kedisiplinan dalam diri, konsistensi dan kontinu. Kita harus tahu dengan jelas kegiatan apa yang lebih dahulu harus diselesaikan. Dengan kedisiplinan akan membantu kita mendahulukan skala prioritas dan memfokuskan pada tujuan tersebut.
Kelima, menyediakan waktu berolah raga minimal 30 menit. Sebab tubuh yang kurang sehat bisa memengaruhi kualitas hidup.
Wallahu a’lam bishawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Jazakillah khairan Bu NaLi. Semoga bermanfaat
Rasa malas memang harus dilawan dan dibuang jauh-jauh agar kita punya semangat untuk mengerjakan amal kebaikan.
Barakallah mba @Bunga Padi
Waa fiik barakallah kakaku Atin tersayang. Jazakillah khairan telah komen sukses untukmu
Rasa malas, masalah generasi rebahan hr ini. Dan memang harus dibuang jauh2.. jazakillah khoir naskah cakepnya, bunda...
Mengerikan memang rasa malas itu ya. Bisa menyerang siapa saja. Faktanya terindikasi paling banyak menjangkiti generasi zaman now. Kasihan.
Jazakillah khairan Dik Arum telah komen yah, sukses selalu utkmu
[…] Baca juga: membuang-kemalasan/ […]