
Inflasi membuat pekerja di Australia harus mencari tambahan penghasilan agar dapat memenuhi kebutuhan.
Oleh. Mariyah Zawawi
(Kontributor Narasiliterasi.Id)
Narasiliterasi.Id-Biro Statistik Australia melaporkan bahwa jumlah pekerja Australia yang memiliki pekerjaan sampingan mengalami peningkatan. Jumlahnya mencapai 986.400 orang atau 6,6% dari total pekerja di Australia. Angela Knox yang menjadi profesor di Sydney University of Business School mengatakan bahwa para pekerja melakukan hal itu karena inflasi yang terus meningkat menyebabkan biaya hidup makin berat. Akibatnya, pertumbuhan upah lebih rendah dibandingkan pertumbuhan inflasi.
Selain inflasi, penyebab banyaknya pekerja yang memiliki pekerjaan sampingan adalah pengangguran. Maksudnya, banyak orang yang bekerja dalam waktu yang lebih sedikit dari yang mereka inginkan. Mereka kemudian berusaha untuk menambah jam kerja sehingga menjadi pekerjaan penuh waktu. (kumparan.com, 14-01-2025)
Inflasi sepertinya telah menyerang semua negara. Negara maju dan kaya pun tak luput dari serangannya. Mengapa hal ini terjadi?
Sekilas Australia
Persemakmuran Australia (Commonwealth of Australia) merupakan negara yang terletak di belahan bumi bagian selatan. Negara ini terdiri dari Benua Australia, Pulau Tasmania, serta beberapa pulau kecil di Samudra Hindia dan Samudra Pasifik. Wilayahnya yang luas membuat Australia menjadi negara terluas di Oseania dan terbesar keenam di dunia. Negara yang beribu kota di Canberra ini berbatasan dengan Indonesia, Papua Nugini, dan Timor Leste di bagian utara. Sementara itu, di timur laut berbatasan dengan Kaledonia Baru dan Kepulauan Solomon, sedangkan di tenggara berbatasan dengan Selandia Baru. (wikipedia.org)
Jauh sebelum kedatangan bangsa Eropa, Australia telah dihuni oleh orang-orang Aborigin. Mereka telah menetap di sana sekitar 40.000 tahun sebelum pendudukan Eropa. Namun, di akhir abad ke-18, tepatnya pada 1788, Inggris menduduki benua ini. Inggris mendirikan koloni penjara di New South Wales pada 7 Februari 1788. Seiring dengan berjalannya waktu, keturunan Eropa pun makin banyak hingga berdirilah lima koloni Britania pada 1850-an.
Persemakmuran Australia
Persemakmuran Australia berdiri pada 1 Januari 1901. Sejak itu, Australia pun menjadi bagian dari Negara-Negara Persemakmuran (Commonwealth of Nations). Negara itu kemudian menganut sistem politik demokrasi liberal.
Pada 2018, populasi Australia mencapai 26 juta. Sekitar 60% dari mereka tinggal di kota atau dekat dengan pusat pemerintahan. Kota terpadat sekaligus menjadi pusat keuangan adalah Sydney. Jumlah imigran di negara ini sangat besar, yaitu mencapai 30% dari populasinya. Selain itu, hampir separuh penduduk Australia mempunyai setidaknya satu orang tua yang lahir di luar negeri.
Australia termasuk negara maju dan berpendapatan tinggi. Pada 2022, Australia menjadi negara dengan ekonomi terbesar ke-14 di dunia, sedangkan pendapatan per kapitanya berada di peringkat ke-9 dunia. Semua kota besarnya juga termasuk kota yang layak huni.
Sementara itu, pada 2021, Indeks Pembangunan Manusianya berada di posisi ke-5 dunia. Negara ini memiliki peringkat tinggi dalam beberapa aspek, seperti demokrasi, kebebasan ekonomi, kualitas hidup, pendidikan, dan kesehatan. Angka kemiskinan di negara ini termasuk rendah.
Imbas Inflasi di Australia
Australia memang termasuk negara maju dan memiliki ekonomi yang kuat. Namun, sebagai negara yang menerapkan sistem ekonomi kapitalisme, Australia juga tidak bebas dari inflasi. Angka inflasi di negara itu pun naik turun. Pada Juli 2024, inflasi tahunan di Negara Kanguru itu mencapai 3,5%. (antaranews.com, 29-08-2024)
Hal ini tentu berimbas pada perekonomian masyarakat. Harga barang dan jasa mengalami kenaikan menyebabkan naiknya biaya hidup. Untuk meringankan beban masyarakat, Fair Work Commission (FWC) atau Fair Work Australia (FWA) pun menaikkan upah minimum nasional.
FWC atau FWA merupakan lembaga independen yang bertanggung jawab mengatur kebijakan ketenagakerjaan di Australia. Lembaga tersebut menetapkan kenaikan upah minimum sebesar 3,75% sejak 1 Juli 2024. Berdasarkan keputusan ini, upah minimum yang awalnya 23,23 dolar Australia per jam naik menjadi 24,10 dolar Australia. (goodstats.id, 07-06-2024)
Kebijakan ini diharapkan dapat membantu para pekerja, terutama yang berpenghasilan rendah agar dapat memenuhi kebutuhan hidup mereka. Dengan upah yang lebih tinggi, mereka dapat memenuhi kebutuhan dasar, seperti makanan, tempat tinggal, maupun transportasi. Selain itu, kenaikan upah ini juga diharapkan akan menaikkan daya beli masyarakat sehingga dapat mendukung pertumbuhan ekonomi.
Sayangnya, kenaikan upah minimum itu tidak mampu mengimbangi naiknya harga barang dan jasa. Itulah sebabnya, para pekerja berupaya mencari tambahan penghasilan dengan mencari pekerjaan sampingan. Namun, Australian Taxation Office (ATO) menjelaskan bahwa adanya pekerjaan tambahan akan berpotensi memunculkan kewajiban pajak tambahan pula.
Sistem Ekonomi Kapitalisme Meniscayakan Inflasi
Inflasi merupakan satu hal yang tak terelakkan dalam sistem kapitalisme. Penyebabnya adalah diterapkannya sistem fiat money pada mata uang yang digunakan saat ini. Dengan sistem ini, uang yang dicetak tidak berbasis pada emas dan perak. Artinya, uang tersebut tidak dijamin dengan emas atau perak.
Baca juga: Perbedaan Pajak Antara Dua Ideologi
Berdasarkan sistem ini, negara dapat mencetak uang berapa pun yang diinginkan. Negara bahkan harus terus mencetak uang untuk memenuhi kebutuhan pemerintah dan masyarakat. Keharusan mencetak uang secara terus-menerus ini juga dilandasi oleh besarnya kebutuhan sektor nonriil yang berbasis riba. Uang yang beredar lebih banyak diserap oleh sektor nonriil.
Transaksi ribawi ini menyebabkan terjadinya bubble economy atau penggelembungan uang. Uang bertambah banyak karena adanya bunga bank. Akibatnya, jumlah uang yang beredar akan melebihi produktivitas ekonomi dalam sektor riil.
Besarnya uang yang beredar membuat nilai uang terus mengalami penurunan. Akibatnya, harga barang dan jasa terus naik. Hal ini membuat hidup masyarakat makin hari makin berat karena biaya hidup makin besar.
Sistem Ekonomi Islam: Tak Kenal Inflasi
Berbeda dengan sistem ekonomi kapitalisme, Islam menggunakan sistem uang logam emas dan perak. Dengan menggunakan sistem ini, pencetakan uang tidak dapat dilakukan dengan mudah karena setiap uang yang dicetak harus dijamin dengan emas atau perak. Artinya, negara yang mencetak uang harus memiliki cadangan emas dan perak sesuai dengan jumlah uang yang dicetak.
Kondisi ini justru akan menjaga nilai uang tetap stabil. Oleh karena itu, tidak akan terjadi inflasi seperti yang terjadi saat ini. Nilai uang yang dimiliki akan tetap sehingga daya beli masyarakat pun tetap tinggi.
Islam juga akan melarang praktik riba di tengah-tengah masyarakat karena riba diharamkan. Allah Swt. telah menyatakan hal ini dalam QS. Al-Baqarah [2]: 275.
وَأحَلَّ اللّٰهُ الْبَيْعَ وَحَرَّمَ الرِّبَى
Artinya: “Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba.”
Hal ini diperkuat dengan hadis Rasulullah saw. Beliau saw. melaknat mereka yang melakukan praktik riba melalui HR. Al-Hakim.
الرِّبَا ثَلَاثَةٌ وَسَبْعُوْنَ بَابًا أيْسَرُهَا مِثْلُ أنْ يَنْكِحَ الرَّجُلُ أُمَّهُ وَإنَّ أرْبَى الرِّبَا عِرْضُ الرَّجُلُ الْمُسْلِمُ
Artinya: “Riba itu ada 73 pintu. Yang paling ringan seperti orang yang berzina dengan ibunya, sedangkan yang paling besar adalah merusak kehormatan kaum muslim.”
Demikianlah, sistem ekonomi Islam akan menjaga nilai uang tetap stabil sehingga daya beli masyarakat pun terjaga. Jika daya beli mereka terjaga, kemampuan mereka dalam memenuhi pun dapat terjaga. Dengan demikian, mereka dapat mewujudkan kesejahteraan bagi diri dan keluarga.
Khatimah
Sistem ekonomi kapitalisme telah menunjukkan keburukannya. Sistem yang dipaksakan penerapannya di dunia ini telah menyebabkan kesengsaraan bagi manusia. Sebaliknya, sistem ekonomi Islam terbukti telah memberikan kebaikan dan kesejahteraan bagi umat manusia.
Wallaahu a’lam bi ash-shawaab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

[…] Baca juga: Australia Dilanda Inflasi, Pekerja Kelimpungan […]