Lansia Jepang Memilih Tinggal di Penjara

Lansia Jepang Memilih tinggal di Penjara

Banyaknya lansia yang lebih nyaman tinggal di penjara karena hidup kesepian menunjukkan adanya permasalahan yang kompleks.

Oleh. Siska Juliana
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.Id-Perempuan lansia di Jepang memilih untuk menghabiskan masa tuanya di penjara. Hal itu dilakukan untuk mengatasi rasa kesepian yang dirasakannya. Menurut sipir di Penjara Wanita Tochigi Takayoshi Shiranaga mengungkapkan bahwa meningkatnya jumlah lansia dan masalah kesepian yang melanda masyarakat Jepang membuat mereka lebih suka dipenjara.

Ia juga mengatakan bahwa ada yang rela membayar 20.000 yen (Rp2 juta) sampai 30.000 yen (Rp3 juta) per bulan agar dapat tinggal di penjara selamanya. Ada juga yang datang karena kelaparan atau kedinginan.

Mayoritas lansia perempuan melakukan tindakan pencurian. Hal ini senada dengan data pemerintah Jepang pada tahun 2022 bahwa 80 persen narapidana perempuan lansia dipenjara karena mencuri. Sebagian dari mereka berbuat demikian karena terpaksa demi bertahan hidup. Sekitar 20 persen dari kelompok usia di atas 65 tahun di Jepang hidup di bawah garis kemiskinan.

Para lansia di Penjara Tochigi hidup di dalam jeruji besi dan harus bekerja di pabrik-pabrik di penjara. Beberapa dari mereka merasa hal itu menyenangkan. Di sana mereka mendapatkan makanan rutin, layanan kesehatan gratis, perawatan orang tua, serta persahabatan yang tidak mereka dapatkan di luar. (cnnindonesia.com, 22-01-2025)

Ketakutan Lansia pada Lonely Death

Kodokushi dalam istilah bahasa Jepang yang berarti lonely death atau meninggal dalam kesepian merupakan fenomena yang umum terjadi di negara yang populasinya menua dengan cepat. Pada sebuah laporan yang diterbitkan oleh Institut Nasional Jepang terkait populasi dan keamanan sosial memproyeksikan bahwa di tahun 2050, jumlah lansia berusia 65 tahun ke atas yang tinggal sendiri di Jepang akan mencapai 10,83 juta orang, meningkat 1,5 kali lipat dibanding 2020.

Hal ini akan menimbulkan berbagai masalah kesehatan fisik dan mental. Alhasil, akan menambah tekanan pada sistem perawatan kesehatan.

Kesehatan Fisik dan Mental Lansia

Para lansia ini mengalami banyak tantangan. Mereka mengalami isolasi sosial ketika anak-anaknya tidak tinggal di dekat mereka. Mereka juga berpeluang mengalami kesulitan finansial, terutama ketika kondisinya telah menurun.

Di samping itu, mereka juga memiliki kekhawatiran dengan adanya kelompok kriminal terorganisir yang mengincarnya saat tinggal sendiri. Deretan kasus pembobolan rumah di Jepang telah sering terjadi, korbannya terluka bahkan meregang nyawa.

Lansia yang tinggal sendiri dan menderita kesepian, kesehatannya akan memburuk dan harga dirinya jatuh. Oleh karena itu, harus dilakukan upaya agar mereka tidak menghabiskan hari-hari terakhirnya dalam kesepian dan penderitaan.

Watak Kapitalisme

Banyaknya lansia yang lebih nyaman tinggal di penjara karena hidup kesepian menunjukkan adanya permasalahan yang kompleks. Secara sosiologis, lansia adalah kelompok yang tidak produktif dan terpinggirkan secara sosial dan ekonomi di masyarakat. Hal itu yang menjadi penyebab mereka tidak mempunyai kesempatan atau ruang untuk bersosialisasi dengan lingkungan sekitar.

Minimnya peran anak dalam mengurus orang tua menjadi salah satu faktor semakin terpuruknya kehidupan mereka. Tidak sedikit anak yang menganggap bahwa mengurus orang tua adalah suatu beban. Mereka tidak perlu berpikir panjang saat menitipkan orang tuanya ke panti jompo. Bahkan ada yang sengaja menelantarkan orang tuanya. Akhirnya, ada yang rela menyisihkan sebagian penghasilannya untuk membeli asuransi hari tua sebagai jaminan agar masa tuanya tidak terlantar.

Begitu rusaknya kondisi masyarakat saat ini. Akal sehat dan hati nurani telah tertutup oleh hawa nafsu. Aturan agama sebagai panduan hidup diabaikan begitu saja. Asas dalam kehidupan adalah manfaat sehingga lahirlah kebebasan yang menjadikan individu cinta dunia. Alhasil, anak-anak pun tidak merasa bersalah telah mengabaikan orang tuanya. Semua itu akibat sistem sekuler kapitalisme yang diterapkan saat ini.

Kondisi ini diperparah dengan abainya negara terhadap urusan rakyatnya. Watak kapitalisme yang diemban melahirkan berbagai kebijakan yang setengah hati. Kepedulian pada lansia sebatas formalitas belaka. Langkah riil dalam melindungi dan memberikan keamanan pada mereka sangatlah minim.

Di sisi lain, para kapitalis mengambil kesempatan untuk meraup keuntungan dari kondisi ini. Mereka menawarkan fasilitas jaminan hari tua dengan banyak pilihan harga. Dari sini terlihat jelas watak kapitalisme yang memberikan kesejahteraan hanya pada orang-orang yang memiliki harta saja. Sedangkan jumlah lansia yang memiliki harta sangatlah sedikit, mayoritas lainnya hidup tanpa kepastian nasib.

Baca juga: Penuaan Manusia Menurut Sains dan Al-Qur'an

Tanggung Jawab dalam Islam

Menyelesaikan permasalahan lansia membutuhkan solusi yang komprehensif, tidak hanya membebankan pada satu pihak saja. Islam sebagai agama sekaligus ideologi (mabda) memiliki seperangkat aturan yang sempurna dalam menyelesaikan seluruh permasalahan kehidupan.

Adapun dalam penanganan lansia, maka Islam memiliki aturan yang sangat rinci berkaitan dengan perannya masing-masing.

Pertama, keluarga. Islam mengajarkan untuk berbakti kepada orang tua (birrul walidain). Dengan landasan ini, setiap anggota keluarga terutama anak-anaknya memiliki kewajiban untuk mengurus orang tua. Setiap anak wajib bersikap lemah lembut kepada orang tuanya dan mengurusi mereka pada hari tua.

Dalam QS. Al-Isra ayat 23, kedudukan berbakti pada orang tua diperintahkan setelah taat kepada Allah dan Rasul-Nya. Amal ini menempati derajat mulia di hadapan Allah. Sebagaimana sabda Rasulullah saw., “Celaka, sekali lagi celaka, dan sekali lagi celaka orang yang mendapatkan kedua orang tuanya berusia lanjut, salah satunya atau keduanya, tetapi (dengan itu) dia tidak masuk surga.” (HR. Muslim)

Dengan demikian, dalam Islam kewajiban pertama mengurus lansia dibebankan kepada anak dan keluarganya. Tentu saja hal ini tidak mudah, perlu kesabaran dan ketakwaan untuk memenuhi kewajiban dari Allah Swt.

Kedua, kontrol masyarakat. Kontrol masyarakat sangat dibutuhkan untuk menguatkan hal yang dilakukan individu dan keluarga. Adanya sikap saling mengingatkan dan menasihati dalam masyarakat sangat diperlukan untuk menjaga hak lansia agar tidak diabaikan.

Ketiga, peran negara. Lansia bukan hanya tanggung jawab anak dan keluarganya, tetapi juga negara. Islam memosisikan negara sebagai penanggung jawab seluruh urusan rakyat, termasuk dalam mengurus dan melindunginya.

Negara memastikan setiap kepala keluarga mendapatkan pekerjaan yang layak dan penghasilan yang cukup untuk menafkahi keluarganya. Negara juga memastikan kebutuhan pokok lansia terpenuhi secara layak. Jika keluarganya tidak mampu, maka negara akan menanggungnya dengan dana yang berasal dari baitulmal. Pelayanan kesehatan bagi mereka diberikan secara gratis. Negara menciptakan lingkungan kondusif sehingga mereka bisa hidup bahagia sampai akhir hayatnya.

Khatimah

Peradaban Islam telah membuktikan hal tersebut. Saat kepemimpinan Khalifah Abu Bakar Ash-Shiddiq, beliau menafkahi dan membantu warga lanjut usia, terutama para janda. Beliau pun memerahkan susu kambing milik mereka untuk diantarkan pada pemiliknya.

Begitu sempurnanya pengaturan Islam dalam mengatasi seluruh permasalahan manusia. Islam mengatur secara rinci agar para lansia terpenuhi seluruh kebutuhannya. Di masa tuanya, mereka akan diarahkan untuk senantiasa beribadah kepada Allah. Di dunia sejahtera, di akhirat pun mendapat keselamatan. Kehidupan ini akan tercipta saat Khilafah Islam tegak kembali. Wallahu a’lam bisshawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Siska Juliana
Siska Juliana Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Gen Z sebagai Agen Perubahan Hakiki
Next
Hipertrofi Konka Pemicu Sulit Bernapas
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram