Global March to Gaza dan Diamnya Penguasa Muslim

Global March to Gaza

Global March to Gaza, yakni sebuah aksi kemanusiaan sebagai wujud kepedulian dunia terhadap derita rakyat Palestina.

Oleh. Riani Andriyantih, A.Md.
Kontributor Narasi literasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Masih bergetarkah hati kalian ketika mendengar nama Gaza Palestina?
Masih terdengarkah suara kalian menyuarakan derita saudara kita di Palestina?
Masih bersemangatkah kalian memperjuangkan kemerdekaan Palestina?
Sudah mulai bosankah kalian mendengar dan mengabarkan kondisi saudara kita di Palestina?

Sampai hari ini, Palestina masih di bombardir, digenosida penjajah Zionis Yahudi. Bahkan para wanita, Anak hingga bayi yang tak memiliki dosa tak luput dari kekejian Zionis Yahudi. Para bayi seolah berdosa karena terlahir dari orang tua muslim keturunan Palestina. Bayi-bayi tak bersalah ini turut menanggung derita pedih akibat perlakuan keji Zionis Yahudi yang menjadikan kelaparan sebagai senjata untuk membunuh secara perlahan.

Mereka tidak hanya dibombardir senjata, tetapi juga sengaja dibuat kelaparan demi melemahkan keimanan mereka.
Mirisnya, negara-negara besar dunia diam. Kita saksikan para penguasa muslim hanya sibuk beretorika tanpa adanya aksi nyata.

Kemunculan Global March to Gaza

Melihat situasi dan kondisi Gaza saat ini, membuat hati teriris dan darah mendidih. Memicu adanya reaksi masyarakat dunia , hingga terinisiasi aksi Global March to Gaza, yakni sebuah aksi kemanusiaan sebagai wujud kepedulian dunia terhadap derita rakyat Palestina. Aksi ini diikuti oleh ribuan orang dari berbagai negara di dunia dan dilaksanakan pada 15 Juni 2025.

Aksi yang diikuti oleh berbagai agama, bangsa, dan suku ini mendapatkan dukungan dari masyarakat dunia. Dilaporkan lebih dari 10.000 orang yang berasal lebih dari 50 negara, berkumpul dengan tujuan yang sama melakukan aksi jalan kaki dari Kairo, Mesir menuju gerbang Rafah yang diperkirakan jaraknya sejauh 50 km. Mereka datang dengan harapan, cinta, dan pengorbanan dengan tujuan agar bantuan yang tertahan dapat segera didistribusikan kepada warga Gaza, Palestina (liputan6.com, 15 Juni 2025).

Sejatinya, kemunculan aksi ini menjadi sinyal bahwa saat ini kita tidak bisa berharap kepada lembaga-lembaga internasional dan para penguasa dunia saat ini. Para penguasa dunia nyata hanya diam, tak terkecuali para penguasa negeri-negeri Muslim, turut bungkam bahkan turut serta menghalangi aksi tersebut dengan dalih keamanan nasional.

Penghianatan Penguasa Muslim

Sudah tiga bulan tembok perbatasan Rafah yang menjadi akses masuk ke Gaza, Palestina ditutup dan diblokade dari segala bentuk bantuan kemanusiaan. Kejinya, Zionis Yahudi tidak hanya memblokade jalur darat, tetapi juga menghalangi jalur udara dan laut. Akibatnya, bantuan dan pasokan makan tertahan sehingga tidak dapat masuk ke Gaza. Diketahui bersama tembok pembatasan Rafah berada diantara Jalur Gaza dan Mesir, Mesir yang merupakan salah satu negeri Muslim. Namun, penguasa nya tunduk takluk pada penjajah Zionis Yahudi.

Sikap Mesir jelas menjadi sebuah pengkhianat terhadap kaum Muslim Palestina yang membuat luka makin menganga. Sungguh ironis, alih-alih menjadi pelindung bagi kaum Muslim Palestina, para penguasa Muslim justru turut memuluskan aksi Zionis Yahudi dengan cara menjaga pintu perbatasan dan menutup akses pengiriman bantuan logistik ke Gaza.

Para Aktivis dan warga sipil yang turut serta mengikuti aksi Global March to Gaza mendapatkan berbagai upaya penjegalan oleh pemerintah Mesir. Mereka diancam dan dipersekusi hingga ada yang dideportasi. Salah satu pejabat Mesir menyatakan bahwa sudah ada sekitar 30 orang dideportasi dengan alasan tidak memiliki kelengkapan dokumen dan perizinan resmi. (Kompas.tv, 12 Juni 2025).

Gerakan Kemanusiaan

Hal ini menunjukan bahwa aksi kemanusiaan apa pun tanpa dimotori oleh kekuatan besar yang mendukungnya maka akan mengalami kegagalan. Global March to Gaza juga membuka mata dunia bahwa sesungguhnya Palestina adalah satu-satunya negara yang merdeka dan bebas dari intervensi Barat dan memiliki kedaulatan sendiri. Lalu, siapa sebenarnya yang terjajah? Ya, nyatanya saat ini umat tengah terjajah secara pemikiran, kedaulatan dan kemerdekaan akibat paham nasionalisme semu ala kapitalisme. Sehingga tidak ada satu pun penguasa dunia yang dengan sungguh-sungguh melakukan perlawanan dan mengirimkan bantuan militernya untuk membantu Palestina.

Gerakan demi gerakan kemanusiaan terus bermunculan, donasi terus dikumpulkan, kecaman terus diluncurkan, boikot masih dilakukan, tetapi semua tidak memberi efek jera bagi ZionisYahudi. Sebaliknya, Zionis Yahudi merasa sombong karena besarnya sokongan yang diberikan oleh negara kuat seperti Amerika Serikat. Berbagai aksi kemanusiaan hanya menjadi tontonan bagi para penguasa negeri-negeri muslim yang mengaku saudara satu tubuh. Tidak mampu menggerakkan nurani mereka untuk menolong saudaranya di Gaza. Alih-alih melakukan perlawanan, mereka justru enggan memutus hubungan diplomasi total dengan Zionis Yahudi. Semua itu karena adanya kepentingan, mereka terikat kontrak kerjasama dan lebih mengedepankan faktor ekonomi dan politik yang selama ini mendapat perlindungan dari negara adidaya yang menjadi tumpuan mereka, yakni Amerika Serikat.

Sekat Nasionalisme

Derita Palestina seolah hanya menjadi tanggung jawab negerinya sendiri. Para pemimpin dan umat menganggap persoalan Palestina hanya sekadar peperangan dua negara. Padahal sejatinya tanah Palestina seharusnya menjadi tanggung jawab kita semua, kaum Muslim seluruh dunia. Lantas, atas nama nasionalisme, para penguasa enggan mengambil sikap tegas karena khawatir akan kedaulatan negerinya sendiri. Matinya rasa kemanusiaan menunjukkan matinya sifat dasar manusia melawan fitrah naluri berkasih sayang yang dititipkan pada mereka.

Sistem kapitalisme yang mengagungkan nilai materi dan superioritas menyebabkan ketidakadilan, yang mengabaikan nilai-nilai kemanusiaan. Sehingga kekejaman yang tampak tidak sedikit pun mengusik nurani para Lembaga Internasional untuk 8memberikan keadilan, terutama para pemimpin Muslim, serta nasionalisme yang lahir dari Barat sukses menghalangi para pemimpin Muslim bersikap adil pada Muslim Palestina. Tak ada seorang penguasa negeri Muslim yang berani membebaskan Palestina dengan kekuatan senjata, meski kekejian terjadi di depan mata mereka. Mereka memilih menutup mata dan diam atas kezaliman yang mereka saksikan.

Permasalahan Palestina, membuat kita tersadar ada penghalang besar yang meredam terjadinya persatuan umat hari ini. Ketika umat terpecah belah di bawah sekat nasionalisme maka upaya mempersatukan umat akan mudah dipatahkan dengan dalih batas negara. Umat Islam yang seharusnya diibaratkan laksana satu tubuh seharusnya turut merasakan rasa sakit jika saudaranya yang lain dizalimi dan diperlakukan dengan keji.

Kini, masalah Palestina seolah hanya persoalan pribadi sebuah negara. Lantas, apakah ini pertanda kita berada pada akhir zaman, secara jumlah umat Islam itu banyak, tetapi laksana buih di lautan? Banyak jumlahnya, tetapi seolah tak berarti. Umat Islam tidak memiliki kekuatan menghadapi segala bentuk kezaliman dan kemungkaran yang ada.

Sekat nasionalisme ini jelas membahayakan baik dari sisi pemikiran maupun sejarahnya. Musuh-musuh Islam menjadikan paham nasionalisme sebagai senjata untuk memecah belah umat dan mencegah adanya persatuan. Bahkan sejarah mencatat paham rusak dan merusak ini berhasil meruntuhkan sistem pemerintahan Islam dan melanggengkan penjajahan di negeri- negeri Islam.

Solusi Permasalahan Palestina

Sudah selayaknya umat Islam bergerak untuk mencari solusi tuntas atas permasalahan Palestina. Solusi tersebut harus bersifat politik. Namun, bukan politik pragmatis yang syarat akan kepentingan dan balas budi, melainkan politik ideologis yang berjuang secara konsisten untuk memperjuangkan tegaknya kepemimpinan politik Islam di berbagai tempat tanpa mengenal paham nasionalisme. Seorang pemimpin Islamlah yang akan memberikan komando jihad kepada para tentara terbaiknya untuk melawan Zionis Yahudi dan melindungi kemuliaan umat Islam di muka Bumi. Di bawah kepemimpinan Islam, umat Islam akan bersatu dalam satu pemikiran, perasaan, dan peraturan yang sama demi tegaknya kemuliaan bagi seluruh umat dan alam semesta.

"Ya, Allah, muliakanlah Islam dan kaum Muslimin. Tolonglah kaum Muslimin dan Mujahidin di Palestina.Teguhkanlah Iman mereka dan turunkanlah ketenteraman di dalam hati mereka dan satukanlah barisan mereka. Ya, Allah, hancurkanlah kaum kuffar dan kaum musyrikin. Ya, Allah, binasakanlah kaum Yahudi dan pasukan Israel dan cerai-beraikanlah kesatuan mereka. Menangkanlah kaum Mujahidin atas musuh kami musuh agama dengan Rahmat-Mu. Wahai, Yang Maha Pengasih, sampaikanlah Selawat kami kepada Nabi Muhammad."

Saatnya kita membuka mata, malapetaka yang menimpa umat hari ini adalah buah diterapkannya sistem kapitalisme-sekularisme yang mencampakkan aturan syariat sebagai petunjuk yang membawa keadilan dan kemuliaan. Maka tidakkah kita menginginkan sistem hidup yang membawa kemuliaan itu kembali? Alhasil, tidak ada kemuliaan yang hakiki selain mengembalikan tegaknya Daulah Khilafah ala Minhajin Nubuwah di tengah umat saat ini. Mari kita sambut seruan ini dengan aksi nyata. Wallahu'alam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Riani Andriyantih Kontributor Narasiliterasi.Id
Previous
Raja Ampat Milik Rakyat, Atur Sesuai Syariat
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram