
Prancis sering membuat kebijakan yang menguatkan Islamofobia, seperti pelarangan hijab, kasus kartun yang menghina Nabi Muhammad saw., dll.
Oleh. Reni Rosmawati
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)
NarasiLiterasi.Id-Presiden Prancis Emmanuel Macron didampingi Ibu Negara Brigitte Macron telah melakukan lawatan resmi ke Indonesia pada 27-29 Mei lalu. Kedatangan mereka disambut hangat oleh Presiden Prabowo Subianto dalam upacara kenegaraan di Istana Merdeka, Jakarta, lengkap dengan penghormatan 21 tembakan meriam dan bendera merah putih biru berkibar sepanjang jalur protokol. Kunjungan tersebut menghasilkan banyak perjanjian kerja sama, ada 21 perjanjian yang ditandatangani kedua negara, termasuk solusi untuk Palestina-Israel. (www.presidenri.go.id, 28-5-2025)
Tidak lama setelah lawatan itu, Presiden Prabowo menyatakan kesiapannya mengakui Israel sebagai negara dan siap melakukan hubungan diplomatik dengannya jika Israel mau mengakui kemerdekaan Palestina. Prabowo memandang jalan satu-satunya untuk menyelesaikan konflik Palestina-Israel adalah solusi dua negara. Ia pun mendukung rencana penyelenggaraan KTT (Konferensi Tingkat Tinggi) yang akan diadakan PBB pada 17-20 Juni mendatang untuk mewujudkan hal tersebut. (Tempo.co, 31-05-2025)
Pengusung Islamofobia
Prancis merupakan salah satu negara anti-Islam. Prancis sering membuat kebijakan yang menguatkan Islamofobia, seperti pelarangan hijab, kasus kartun yang menghina Nabi Muhammad saw., dan diskriminasi lainnya terhadap umat Islam yang hidup di sana. Negara ini pun termasuk negara yang telah mengakomodasi genosida yang dilakukan Zionis terhadap warga Palestina. Persenjataan Israel sebagian besar didatangkan dari Prancis. Berdasarkan laporan yang diterbitkan media Prancis Disclose, sebanyak 100.000 peluru gatling dikirimkan Prancis untuk digunakan Israel pada perang 7 Oktober 2023. (aa.com.tr 22-11-2024)
Indonesia sebagai negeri yang mayoritas berpenduduk muslim, rasanya tidak pantas memberikan sambutan meriah kepada negara yang jelas-jelas membenci Islam dan umatnya. Kaum muslim tidak boleh lupa terhadap negara-negara yang membuat kebijakan yang memusuhi Islam dan umatnya, salah satunya adalah Prancis. Merekalah yang selama ini menjadi biang kerok kerusakan dan kekacauan yang terjadi di Palestina, juga dunia pada umumnya.
Kaum muslim tidak boleh berbangga diri dengan kedatangan pemimpin tertinggi Prancis tersebut. Tentu lawatan itu membawa misi besar demi menjaga ideologi kapitalisme sekuler yang diusungnya agar tetap diemban negara-negara muslim seperti Indonesia. Di sisi lain, bisa jadi lawatan itu merupakan strategi agar Indonesia mengakui kedaulatan Zionis Israel. Ini terbukti dari ucapan Presiden Prabowo yang siap mengakui Israel sebagai negara setelah kedatangan Emmanuel Macron.
Indonesia semestinya bisa bersikap tegas dan menunjukkan pembelaan terhadap Islam dan kaum muslim. Bukannya malah memberikan karpet merah kepada negara yang jelas-jelas membenci Islam. Apalagi sampai mengakui keberadaan negara penjajah Israel, sungguh ini suatu pengkhianatan terhadap Islam dan umatnya.
Sikap manis yang ditunjukkan Presiden Prabowo maupun penguasa negeri muslim lainnya ini adalah akibat cara pandang yang lahir dari akidah sekuler kapitalisme. Seharusnya penguasa negeri-negeri muslim memiliki sikap tegas dan tidak mau berkompromi, apalagi menjalin perjanjian kerja sama dengan negara penjajah yang memperlihatkan permusuhannya terhadap Islam, umatnya, dan ajarannya.
Perlakuan Islam terhadap Negara Penjajah
Islam memiliki tuntunan cara bersikap terhadap negara yang memusuhi agama Allah. Terlebih apabila negara tersebut mengidap Islamofobia sehingga membuat banyak peraturan yang menyengsarakan umat Islam.
Islam menetapkan negara-negara di dunia hanya ada dua, yaitu negara Islam dan negara kufur. Islam juga menentukan bagaimana bersikap terhadap negara kafir sesuai posisi negara tersebut kepada negara Islam. Terhadap negara kafir harbi (kafir yang sedang memusuhi Islam) maka umat Islam dilarang berkompromi, terlebih menjalin kerja sama dengannya. Firman Allah Swt., “Sungguh Allah telah melarang kalian menjadikan teman orang-orang yang mengusir kalian dari negeri kalian. Siapa saja yang menjadikannya sebagai teman maka ia termasuk golongan yang zalim.” (QS. Al-Mumtahanah: 9)
Seyogianya ayat ini menjadi pedoman bagi setiap muslim, terlebih penguasa, agar bersikap tegas kepada negara kafir harbi. Apalagi di tengah penjajahan Palestina yang dilakukan Israel dengan dukungan dari penguasa Barat (AS dkk.).
Para khalifah pada masa lalu telah memberikan banyak contoh bagaimana bersikap tegas terhadap negara kafir penjajah yang memusuhi Islam. Di antaranya seperti yang dilakukan Khalifah Abdul Hamid ll. Beliau pernah geram dan marah besar dengan perbuatan pemerintah Prancis yang memuat surat kabar berisikan pertunjukan teater yang menghina Rasulullah. Beliau menegaskan siap berperang jika penghinaan terhadap Islam terus berlanjut. Bahkan ketika wilayah Palestina hendak diminta dan dibeli oleh seorang Yahudi (Theodor Herzl) beliau berada di garda terdepan menjaganya.
Khatimah
Untuk memiliki pemimpin tegas seperti para khalifah ini, umat harus memiliki negara yang kuat, yakni negara yang menerapkan syariat Islam secara sempurna. Negara ini akan memiliki pengaruh kuat dalam konstelasi politik internasional sebagaimana negara Islam Madinah sejak Perang Tabuk pada masa Rasulullah hingga era Khilafah Utsmaniyah.
Oleh karenanya, umat harus berjuang agar Islam yang menjadi negara adidaya dan disegani negara-negara di dunia ini kembali terwujud. Perjuangan ini bisa dimulai dengan mengikuti kajian Islam kafah secara rutin, kemudian bergabung bersama jemaah dakwah Ideologis, dan selanjutnya bersama-sama menyuarakan Islam ke tengah umat. Dengan demikian agar terbangun kesadaran dan kerinduan di sisi umat akan tegaknya negara Khilafah Islam yang mengikuti metode kenabian.
Wallahu a'lam bishawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
