Palestina dan Fajar Kebangkitan Umat

Palestina dan fajar kebangkitan umat

Solusi bagi Palestina bukanlah kompromi dengan penjajah, melainkan penegakan Khilafah yang akan memobilisasi kekuatan militer dunia Islam untuk membebaskan Al-Aqsha dan seluruh tanah Palestina.

Oleh. Neni Maryani
Kontributor Narasi literasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Jumlah korban tewas di Jalur Gaza terus bertambah akibat agresi militer brutal Israel. Per Sabtu, 28 Juni 2025, laporan resmi dari Kementerian Kesehatan Gaza menunjukkan bahwa lebih dari 56.412 warga Palestina telah gugur sebagai syuhada, sementara 133.054 lainnya mengalami luka-luka, mencakup anak-anak, perempuan, dan lansia. Dalam kurun waktu 24 jam terakhir saja, serangan udara, artileri, dan blokade yang terus berlanjut telah merenggut 81 nyawa tambahan dan melukai lebih dari 400 orang. (cnbcindonesia.com 29 Juni 2025)

Apa yang terjadi di Gaza bukanlah semata konflik antar dua negara, dua agama, atau pembantaian sistematis terhadap umat Islam, sebuah genosida yang dilakukan secara terang-terangan dengan dukungan terbuka dari Amerika Serikat dan sekutunya. Dunia menyaksikan, tetapi tetap bungkam atau hanya menebar kecaman tanpa tindakan nyata.

Kemunafikan Para Penguasa Muslim

Ketika umat Islam di Gaza bersimbah darah, para penguasa negeri-negeri Islam justru memilih diam atau sekadar mengecam dengan bahasa diplomatis. Negara-negara Arab yang memiliki kekuatan militer dan kekayaan luar biasa justru lebih sibuk menjaga hubungan politik dan ekonomi dengan Barat daripada membela saudara seiman.

Mesir, misalnya, menutup perbatasan Rafah yang menjadi satu-satunya jalur keluar-masuk bantuan kemanusiaan. Arab Saudi dan UEA justru mempererat hubungan ekonomi dengan Israel dalam kerangka Abraham Accords. Bahkan Turki, yang selama ini vokal terhadap isu Palestina, tetap menjalin hubungan dagang aktif dengan rezim zionis.
Indonesia sebagai negara berpenduduk muslim terbesar di dunia juga terjebak dalam politik simbolik. Pemerintah memang menyuarakan penolakan, tetapi tidak menunjukkan keberanian untuk mengambil langkah strategis, apalagi mendobrak sistem global yang tidak berpihak pada Palestina. Sebaliknya, Indonesia justru ikut menggulirkan narasi solusi dua negara yang telah lama terbukti menjadi tipu daya Barat.

Solusi Dua Negara: Tipu Daya Lama yang Terus Diulang

Solusi dua negara, yang pertama kali dirumuskan dalam Resolusi PBB 181 tahun 1947, telah digembar-gemborkan selama lebih dari tujuh dekade. Namun faktanya, hingga hari ini Palestina belum pernah benar-benar merdeka. Wilayahnya makin menyempit, rakyatnya terusir, dan tempat sucinya dinodai.

Setiap upaya damai justru digunakan Israel untuk memperluas wilayah kekuasaannya. Lebih dari 700.000 pemukim ilegal Yahudi kini menempati Tepi Barat, dan ribuan rumah warga Palestina dihancurkan setiap tahun. Penjajah tidak memiliki niat untuk berdamai. Bagi mereka, seluruh tanah Palestina adalah "Tanah yang Dijanjikan", dan mereka akan terus melanjutkan proyek aneksasi sampai wilayah itu sepenuhnya berada di bawah kekuasaan mereka.
Di sisi lain, rakyat Palestina tidak pernah menyerah. Mereka menolak menyerahkan tanah warisan mereka meski harus berhadapan dengan tank dan rudal. Mereka tetap teguh dengan perjanjian Umariyah, menolak normalisasi, dan terus berjuang menjaga kesucian Al-Quds.

Kebangkitan Umat Adalah Keniscayaan

Kondisi ini semestinya menjadi tamparan keras bagi umat Islam. Bergantung pada PBB, Barat, atau solusi diplomatik telah terbukti gagal total. Umat harus kembali menatap masalah ini dengan kacamata aqidah dan bukan sekadar perasaan kemanusiaan yang semu.

Umat Islam adalah umat terbaik yang pernah memimpin dunia. Namun kini terpecah-belah dalam lebih dari 50 negara bangsa, lemah, terjajah secara politik, ekonomi, bahkan pemikiran. Kita kehilangan satu institusi yang dulu menjadi pelindung, penjaga dan pemersatu umat, Khilafah Islamiyyah.

Selama sistem sekuler-kapitalis tetap mendominasi dunia Islam, maka perpecahan, penjajahan, dan pembantaian seperti di Gaza akan terus terjadi. Sistem ini telah menjadikan para penguasa muslim sebagai antek-antek Barat, yang rela berkompromi demi kekuasaan sesaat.

Baca juga: Dilema Resolusi Palestina

Solusi Islam Kaffah: Tegaknya Khilafah dan Komando Jihad

Sejarah mencatat bahwa Khilafah Islamiyyah adalah institusi yang membebaskan Palestina dari tangan Salibis dan melindungi Baitul Maqdis selama berabad-abad. Ketika Al-Quds direbut oleh pasukan Salib dalam Perang Salib Pertama (1099 M), umat Islam menderita kekalahan yang pahit. Namun, di bawah komando Shalahuddin al-Ayyubi, umat bersatu dan berhasil merebut kembali Al-Quds pada 1187 M.

Khilafah adalah institusi politik Islam yang menyatukan umat, memimpin jihad, dan bertindak sesuai hukum Allah, bukan tekanan internasional. Di bawah Khilafah, jihad bukan sekadar aksi defensif, melainkan strategi pembebasan negeri-negeri tertindas.

Solusi bagi Palestina bukanlah kompromi dengan penjajah, melainkan penegakan Khilafah yang akan memobilisasi kekuatan militer dunia Islam untuk membebaskan Al-Aqsha dan seluruh tanah Palestina. Khilafah tidak membutuhkan restu Amerika atau pengakuan PBB, karena tujuannya adalah keridhaan Allah semata.
Tuduhan bahwa seruan Khilafah hanya wacana kosong adalah bentuk ketidaktahuan. Justru karena tidak adanya Khilafah-lah, kita melihat tragedi Gaza, Suriah, Yaman, Rohingya, Kashmir, dan lainnya. Tanpa institusi pelindung, umat terus menjadi korban persekongkolan global.

Saatnya Umat Bergerak dan Kembali pada Islam

Derita Gaza adalah panggilan untuk bangkit. Tidak cukup hanya berdonasi, tidak cukup hanya berdoa. Umat Islam harus bangkit dalam kesadaran ideologis, bahwa satu-satunya solusi hakiki adalah kembali kepada Islam secara kaffah dan menegakkan Khilafah 'ala minhaj an-nubuwwah.

Umat harus menolak solusi dua negara, melawan narasi normalisasi, dan mendukung perjuangan dakwah yang menyeru pada tegaknya Khilafah. Ini bukan utopia. Ini adalah janji Allah dan kabar gembira dari Rasulullah ﷺ:
Kemudian akan ada Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah…” (HR. Ahmad)

Inilah saatnya! Ketika dunia diliputi kegelapan dan kezaliman, Islam hadir sebagai cahaya yang menerangi jalan kebenaran. Palestina bukanlah akhir, melainkan awal dari kebangkitan umat Islam sedunia. Fajar itu telah menyingsing. Kita hanya perlu menyambutnya dengan iman, ilmu, dan perjuangan.
Wallahu’alam bishawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Neni Maryani Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
‎Perundungan Generasi dalam Pusaran Kapitalisme
Next
Otonomi Daerah Menimbulkan Potensi Disintegrasi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram