
Menurut para ahli, badai hujan yang menyebabkan banjir di Maroko salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim.
Oleh. Mahganipatra
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Fenomena langka baru-baru ini terjadi di Gurun Sahara, tepatnya di dekat Richidia, Maroko Tenggara. Selama dua hari penuh terjadi badai dan curah hujan yang ekstrem hingga mengakibatkan beberapa daerah di Maroko mengalami banjir. Peristiwa ini sangat langka terjadi sejak dasawarsa hingga 50 tahun terakhir.
Selain itu, menurut beberapa kanal berita, Danau Iriqui yang telah mengalami kekeringan selama setengah abad, dikabarkan juga telah terisi kembali akibat hujan deras ini. Tentunya ini merupakan kabar baik yang patut disyukuri oleh penduduk setempat, sebab hal ini berarti ada sumber air tambahan karena waduk kembali terisi air.
Namun demikian, akibat dari peristiwa banjir ini juga telah menelan korban jiwa. Dikabarkan oleh cnnindonesia.com, 12 Oktober 2024, banjir ini telah menelan korban sebanyak 20 orang. Mereka tewas di Maroko dan Aljazair. Selain itu, bangunan dan infrastruktur berupa jalan-jalan yang tidak siap menghadapi curah hujan di beberapa wilayah lokal, juga mengalami kerusakan. Banyak jalan yang terputus hingga mempesulit mobilitas penduduk.
Bahkan di beberapa tempat, tanaman pangan pun banyak yang mengalami kerusakan. Belum lagi masalah kesehatan akibat peningkatan kelembapan udara dan berubahnya pasir menjadi lumpur telah berdampak pada timbulnya beragam penyakit seperti penyakit pernapasan.
Bencana Banjir di Maroko Akibat Pengaruh Pemanasan Global
Menurut para ahli, badai hujan yang menyebabkan banjir di Maroko salah satu penyebabnya adalah perubahan iklim. Perubahan iklim terjadi diawali dengan adanya proses pemanasan global, yaitu sebuah kondisi meningkatnya suhu rata-rata di permukaan bumi akibat dari peningkatan akumulasi dan konsentrasi gas rumah kaca di atmosfer.
Secara sederhana, ketika kita membahas perubahan iklim agar mudah dipahami adalah adanya perubahan yang signifikan dari unsur iklim. Di antara parameternya adalah suhu udara dan curah hujan dalam periode dasawarsa hingga jutaan tahun. Sebenarnya, keluhan atas perubahan iklim akibat faktor dari emisi gas rumah kaca bukan hal yang baru. Isu ini sudah mendapat perhatian dunia sejak tahun 1980-an dan terus dikampanyekan hingga hari ini. Akan tetapi, isu ini bagaikan anjing menggonggong kafilah berlalu.
Satu sisi, dunia terutama negara-negara Barat berteriak tentang bahaya pemanasan global terhadap manusia dan lingkungan hidupnya. Sementara pada sisi yang lain, justru mereka terus melakukan eksploitasi alam yang berdampak pada tingginya produksi emisi karbon dioksida (CO2), mentana (CH4), dan dinitrogen oksida (N2O) hampir di seluruh belahan dunia.
Mirisnya, dunia Barat terus cuci tangan dengan melemparkan semua kesalahan pada negara-negara berkembang, termasuk Indonesia. Dengan menuduh Indonesia sebagai biang kerok pemanasan global. Namun, fakta sesungguhnya, aktivitas industrialisasi dan penggundulan hutan di Indonesia justru terjadi demi menyokong kepentingan mereka (Barat). Semestinya mereka pula yang harus bertanggung jawab atas kondisi ini.
Bagaimanapun proses terjadinya pemanasan global, pangkalnya karena penerapan sistem kapitalisme sekuler. Sistem ini telah mencengkeram dunia dengan terus mengembangkan dan memfasilitasi sifat keserakahan manusia. Aktivitas eksploitasi sumber daya alam di seluruh dunia telah menjadi sumber masalah pemanasan global dan perubahan iklim. Realitas ini sebagai konsekuensi dari penerapan sistem kapitalisme sekuler di seluruh belahan dunia.
Eksploitasi Alam Berdampak pada Banjir, Perubahan Iklim, dan Kerusakan Ekosistem
Eksploitasi alam adalah beragam aktivitas industrialisasi yang sangat berlebihan, emisi kendaraan bermotor serta penambangan fosil terbarukan oleh para kapitalis oligarki. Kemudian aktivitas pembakaran dan penggundulan hutan demi alih fungsi lahan, baik untuk kepentingan pemukiman maupun kegiatan pertanian dan peternakan.
Baca juga: spanyol-alami-kekeringan-bagaimana-solusi-islam/
Aktivitas perusakan tersebut telah menghabiskan cadangan paru-paru dunia hingga 96% dari cadangan hutan dunia. Demikian juga dengan penggunaan aerosol dan CFC untuk kepentingan dan kebutuhan manusia.
Faktor-faktor ini menjadi sumber masalah dan penyebab terjadinya proses pemanasan global yang telah memengaruhi perubahan iklim di dunia. Itu artinya, perubahan iklim dunia yang terjadi saat ini akibat dari ulah tangan manusia yang ugal-ugalan dalam memproduksi sumber daya alam yang mereka butuhkan. Hanya demi memenuhi keserakahan para kapitalis, mereka telah bergantung pada investasi global berskala besar.
Melalui prinsip-prinsip sistem dan model liberalisasi ekonomi kapitalisme sekuler, investasi asing/swasta maupun investasi domestik telah merusak alam dan kelestarian lingkungan. Alasannya demi memenuhi kebutuhan manusia yang tanpa batas.
Akibat aktivitas ini, dalam jangka panjang justru akan berdampak munculnya berbagai bencana seperti maraknya wabah penyakit, banjir, dan kekeringan. Bencana ini bukan hanya merusak alam, tetapi berdampak pula kepada manusia sendiri.
Hal ini sesungguhnya telah Allah Swt. firmankan di dalam Al-Qur'an surah Ar-Rum ayat 41, "Telah tampak kerusakan di darat dan di laut disebabkan perbuatan tangan manusia; Allah menghendaki agar mereka merasakan sebagian dari (akibat) perbuatan mereka, agar mereka kembali (ke jalan yang benar)."
Solusi Islam Mengatasi Perubahan Iklim dan Pemanasan Global
Pada setiap zaman, krisis dan bencana nyaris tidak terelakkan. Demikian pula saat Islam diterapkan dalam sebuah sistem kehidupan bernegara, yakni Khilafah Islamiah. Ketika bencana datang menimpa manusia, hal pertama yang harus dilakukan adalah melakukan evaluasi. Evaluasi ini bisa dilakukan dalam tiga tahapan, yakni evaluasi sistem, masyarakat maupun individu.
Evaluasi sistem dilakukan ketika terjadi pelanggaran oleh para pejabat pemerintahan. Sistem Islam adalah sistem yang sempurna, tetapi para pelaksana sistem ini adalah manusia bukan malaikat. Artinya, dalam pelaksanaan sistem Islam ada banyak peluang terjadi pelanggaran dalam penerapannya. Karena itu, harus ada mekanisme kontrol dari masyarakat maupun individu terhadap para penyelenggara sistem ini.
Dalam Islam, negara (Khilafah) harus menerapkan sistem Islam secara kaffah. Penerapan sistem ini akan menjaga lingkungan serta ekosistem kehidupan manusia dan alam semesta dari kerusakan global. Dengan demikian, negara Khilafah akan menetapkan aturan berdasarkan syarak dan hukum yang bersifat ijra'i, yaitu hukum yang bersifat prosedural hasil dari ijtihad.
Contohnya tentang perubahan iklim dan pemanasan global akibat emisi rumah kaca. Negara akan meneliti sebab-sebab terjadinya bencana agar dapat terhindar dari bahaya bencana selanjutnya sebab menghindari bahaya ini hukumnya adalah wajib.
Walaupun bahaya tersebut tidak bisa sepenuhnya dihindari, akan tetapi sistem peringatan diri (early warning) serta analisis BMKG merupakan hukum ijra'i yang wajib diterapkan oleh negara. Termasuk dalam hal ini adalah prosedural terkait mekanisme dalam pelaksanaan pelestarian lingkungan hidup berupa ekosistem kehidupan setiap makhluk hidup dan alam semesta.
Contoh-Contoh Rasulullah dalam Menjaga Lingkungan Hidup
Dalam kehidupan sehari-hari Rasulullah saw. telah mengajarkan kepada setiap muslim untuk menjaga lingkungan, di antaranya adalah:
- Larangan mengeksplorasi dan eksploitasi alam dengan memonopoli sumber daya alam. Contohnya, Rasulullah ketika berwudu, beliau melarang menghambur-hamburkan air. Selain itu, beliau juga telah mencontohkan bagaimana pengelolaan sumber daya alam yang melimpah. SDA tersebut hanya boleh dikelola oleh negara dan tidak diserahkan kepada swasta/individu.
- Senantiasa menjaga kebersihan lingkungan hidup dengan memosisikan kebersihan sebagai bagian dari iman. Hal ini akan berdampak pada kesadaran terhadap pentingnya kebersihan lingkungan sebagai standardisasi kualitas keimanan seseorang.
- Larangan melakukan penggundulan hutan dan imbauan untuk melakukan penghijauan. Aktivitas penghijauan akan berdampak pada pengembalian fungsi tanah sebagai bagian dari upaya ekologi. Untuk mencegah tanah longsong, menjaga fungsinya tanah sebagai lahan endapan air, dan upaya dalam mitigasi bencana kekeringan maupun banjir.
- Larang melakukan pencemaran lingkungan, baik skala kecil maupun besar. Rasulullah saw. telah melarang para sahabat untuk kencing di tempat-tempat air yang tergenang karena khawatir air tersebut digunakan untuk mandi. Bahkan Rasul juga melarang kencing di tempat sembarangan karena khawatir akan menyebarkan bau yang tidak sedap. Hal ini menjadi indikasi larangan aktivitas yang akan menyebabkan pencemaran lingkungan.
- Memanfaatkan atau menghidupkan tanah yang terlantar (al ihyaul mawat).
- Menetapkan satu tempat untuk kegiatan konservasi lahan dengan mengenalkan konsep tanah hima. Hima yaitu satu wilayah atau kawasan yang tidak boleh dimiliki oleh individu. Kawasan ini menjadi kawasan yang dilindungi oleh hukum yang bisa dimanfaatkan untuk kepentingan bersama. Bisa pula menjadi kawasan yang dilindungi oleh negara dalam rangka melestarikan kehidupan makhluk hidup dan alam semesta.
Khatimah
Harus dipahami bahwa setiap bencana alam yang menimpa manusia adalah bagian dari takdir, qada, dan qadar Allah yang harus disikapi dengan tawakal, sabar, dan ikhlas. Namun demikian, jika bencana terjadi akibat pelanggaran dan kemaksiatan manusia maka bertobat dan mendekatkan diri merupakan jalan yang harus segera ditempuh. Tobat tersebut bukan hanya dilakukan oleh khalifah ataupun para penguasa. Namun, masyarakat maupun individu juga harus segera bertobat.
Oleh karena itu, wajib bagi negara, masyarakat, dan individu untuk sama-sama melakukan muhasabah. Menyadari kesalahan dan kembali kepada sistem aturan yang benar, yakni aturan dan sistem Islam kaffah.
Wallahualam bissawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

MasyaAllah.... sungguh Islam adalah sistem yang sangat sempurna. Oleh karena itu rugi bangets ketika umat Islam menolak menerapkan syariat Islam.
Bencana alam yang terjadi semoga menjadi pelajaran berharga untuk makin taat dengan aturan Allah SWT.