Taaruf

Taaruf itu harus ada perantara sehingga perempuan dan laki-laki tidak boleh bertemu secara berduaan karena itu melanggar syariat Islam.

Oleh. Rastias
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Dalam Islam, manusia dianjurkan untuk menikah. Pernikahan merupakan salah satu tujuan syariat Islam untuk menjaga nasab. Pernikahan juga merupakan sunah nabi, sebagaimana Rasulullah hidup sama seperti manusia lainnya, yaitu menikah. Banyak hikmah yang akan didapatkan oleh manusia dari menikah, salah satunya adalah dapat menjaga kehormatan diri dari perbuatan maksiat.

Oleh karena itu, jika dirasa sudah pantas dan mampu untuk menikah, tahap selanjutnya adalah mencari pasangan. Dalam Islam, mencari atau memilih pasangan ada caranya, yaitu dengan cara taaruf.

Apa Itu Taaruf?

Istilah taaruf sudah sangat familier di kalangan kaum muslim. Seseorang yang ingin mencari pasangan hidup sesuai dengan syariat Islam, taaruf merupakan pilihan yang tepat. Taaruf berasal dari bahasa Arab, yaitu ta’arafa-yata’arafu-ta’arufan, artinya saling mengenal.

Istilah taaruf tercantum di dalam Al-Qur’an surah Al-Hujurat ayat 13, "Hai manusia, sesungguhnya Kami telah menciptakan kamu dari seorang laki-laki dan perempuan. Kemudian, menjadikannya berbangsa-bangsa dan bersuku-suku agar saling mengenal. Sesungguhnya di antara kamu yang paling mulia di sisi Allah adalah orang yang paling bertakwa, Allah Maha Mengetahui lagi Maha Teliti."

Sedangkan berdasarkan Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), taaruf merupakan perkenalan. Proses taaruf ini diketahui sebagai sarana perkenalan antara laki-laki dan perempuan yang berniat menikah.

Taaruf Bukan Pacaran

Harus dipahami bahwa proses saling mengenal tersebut berbeda dengan pacaran, ya. Taaruf itu harus ada perantara sehingga perempuan dan laki-laki tidak boleh bertemu secara berduaan karena itu melanggar syariat Islam. Waktu taaruf juga tidak boleh terlalu lama dan berbelit-belit. Proses taaruf minimal paling cepat berlangsung selama satu bulan dan maksimal tiga bulan. Setelah proses taaruf selesai, khitbah dilaksanakan, kemudian menuju pernikahan.

Oleh karena itu, jika seseorang sudah memilih jalan taaruf, artinya sudah melangkah ke arah yang lebih baik. Namun, tentunya harus mempersiapkan mental untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi, seperti kegagalan.

Sebagaimana kisah seorang pemuda yang bernama Fattah, saat berusia 19 tahun ia meminta izin kepada abah dan uminya untuk menikah. Dia merasa sangat membutuhkan pendamping saat itu. Kemudian dia menghubungi murabbi atau pengajar mengajinya untuk mencarikan akhwat (perempuan) yang siap menikah.

Waktu terus berjalan dan berulang kali Fattah menjalani proses taaruf dengan akhwat (perempuan) dan semuanya gagal. Selalu ada halangan yang menggagalkan proses taarufnya. Pernah ada akhwat yang dia sukai, si akhwat juga memberikan sinyal yang sama, tetapi orang tua Fattah tidak menyetujui. Giliran orang tua Fattah setuju, Fattah yang tidak mau. Ada lagi Fattah mau, orang tua setuju, akhwatnya yang menolak.

Baca: denting-nasihat-kehidupan/

Dalam setahun, Fattah terus saja mencari pendamping hidupnya. Dia membagikan CV biodatanya ke beberapa akhwat lain, tetapi bernasib sama. Hilal masih belum terlihat juga. Allah masih ingin dia sendiri dahulu dan memperbaiki diri.

Selayaknya manusia normal lainnya, ketika seorang laki-laki datang melamar seorang perempuan dan dia menolaknya, bagaimana rasanya? Apalagi ini bukan hanya 1—2 perempuan yang menolaknya. Namun, 16 perempuan.

Sekuat-kuatnya lelaki, Fattah tetap manusia biasa. Ketika sesuatu hal yang diinginkan tidak didapat, pasti ada rasa kecewa, frustrasi, putus asa, dan berbagai macam hal lain yang seolah makin pelik dirasakan.

Takdir Allah

Setelah mengalami kisah yang panjang, Fattah terlihat muram dan sering melamun. Kemudian, sosok umi dengan lembut merangkul mencoba menenangkan dan terus memotivasi agar menerima dengan lapang setiap takdir yang diterimanya.

“Nak, ada sesuatu hal yang dengan mudah kita dapat begitu saja tanpa kita meminta. Namun, ada saatnya juga Allah akan menguji dengan menahan keinginan kita dan memberikan di waktu yang tepat. Yakin saja Allah sedang menyiapkan yang terbaik untuk kamu, Mas. Insyaallah.” Begitu nasihat lembut umi padanya.

Fattah mencoba mencerna setiap kata-kata yang diucapkan uminya. Ya. Umi benar. Segala sesuatu di dunia ini sudah digariskan dan tentunya sudah pasti terbaik dari Allah. Bukankah dari awal sudah diperingatkan? Kuatkan mental untuk menghadapi segala kemungkinan yang akan terjadi saat taaruf.

Rida Ketetapan Allah

Kalau dipikir-pikir, bukankah ini yang selalu aku minta saat salat istikharah? Setiap selesai salat aku berdoa “Ya Allah, jika dia yang terbaik, mudahkanlah prosesnya. Namun, jika bukan, palingkanlah aku darinya dan palingkanlah dia dariku. Kemudian gantikanlah yang terbaik menurutmu dan buatlah aku rida ketetapan-Mu.”

Akhirnya Fattan merasa menyesal dan malu pada Allah, mengapa harus sedih dan kecewa. Padahal bisa jadi ada keburukan yang coba Allah hindarkan dengan gagalkan proses taaruf, sudah ada yang terbaik dan telah ditetapkannya.

Dalam hal ini Allah telah menjelaskan di dalam Al-Qur’an surah An-Nur ayat 26, "Perempuan-perempuan yang jahat untuk laki-laki yang jahat, laki-laki jahat untuk perempuan-perempuan jahat, sementara perempuan-perempuan yang baik untuk laki-laki yang baik, laki-laki yang baik untuk perempuan-perempuan baik. Mereka yang baik itu bersih dari apa yang dituduhkan orang. Mereka memperoleh ampunan dan rezeki yang mulia bagi mereka."

Ayat ini menegaskan bahwa setiap perempuan yang tidak baik ucapan dan perbuatannya akan cocok dengan laki-laki yang ucapan dan perbuatannya tidak baik juga. Begitu sebaliknya, setiap perempuan yang baik ucapannya dan perbuatannya akan cocok dengan laki-laki yang baik ucapannya dan perbuatannya; mereka adalah orang-orang yang jauh dari kekejian dan selamat dari tuduhan dusta orang-orang. Mereka akan mendapat ampunan atas dosa-dosa mereka dan mendapat rezeki yang luas di surga.
Wallahualam bissawab.[]

Luka Pengasuhan dan Perjuangan untuk Pulih

Mengakui adanya luka pengasuhan di masa silam menjadi titik awal bagi seseorang untuk bangkit menjadi manusia yang baru.

Oleh. Mahyra Senja
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Setiap orang pasti ingin bisa pulih dari trauma masa kecil dan luka pengasuhan. Tidak ada satu pun manusia yang hidupnya sempurna di dunia ini. Mungkin di antara kita pernah terluka dan pernah merasakan trauma di masa silam. Tanpa dimungkiri, saat itulah kita terserang inner child. Hal ini disebabkan buruknya pengasuhan dari orang tua dan hubungan yang tidak harmonis sehingga luka tersebut terbawa sampai seseorang dewasa.

Inner child merupakan pengalaman masa lalu yang belum mendapatkan penyelesaian yang baik sehingga saat dewasa mengakibatkan seseorang mempunyai emosi yang buruk. Misalnya ketika seseorang mendapatkan pengalaman menyakitkan seperti menjadi korban kekerasan selama masa anak-anak, baik fisik maupun psikis. Hal ini tidak bisa kita biarkan karena lambat laun akan berakibat fatal.

Ada sisi anak kecil yang ada di dalam diri orang dewasa dan masih terluka oleh masa silam. Mungkin kita tidak sadar pernah menyimpan pengalaman emosi yang dialami saat masih kecil. Oleh karenanya, kita merasakan penderitaan dan merasa diri tidak punya harga diri. Hal ini akan menyebabkan seseorang kesulitan dalam berinteraksi di lingkungan sosialnya serta dapat memengaruhi interaksi dan hubungan dengan orang lain.

Dampak Fatal Luka Pengasuhan

Ada luka pengasuhan yang pernah kita rasakan dari orang tua sehingga masih dibayangi oleh luka itu dan belum berdamai dengan keadaan ketika dewasa. Orang-orang yang terjerat oleh luka tersebut sangat rentan mewariskan luka pengasuhan pada buah hatinya. Bukankah ini akan membahayakan mental generasi selanjutnya? Masalah mental ini semestinya ditangani sejak dini agar tidak berdampak pada orang-orang terdekat di sekitar kita karena memengaruhi diri kita sendiri.

Contohnya, kita tidak sadar telah memperlakukan buah hati dengan kasar, temperamental, dan tidak bisa mengontrol diri sendiri. Bahkan, kita merasa tidak percaya diri dan overthinking dengan apa yang terjadi dalam kehidupan sehari-hari. Apakah kita lantas berdiam diri? Tentu tidak, bukan? Mengakui dengan jujur adalah titik awal perjalanan hidup kita agar bisa menerima takdir dan memahami diri lebih dalam. Dengan demikian, kita akan bertumbuh dengan kekuatan yang baru.

Dari laman kalimprov.go.id, Psikolog Klinis dan Forensik Amerika Stephen A. Diamond mengatakan, “Kita membutuhkan waktu untuk memahami dan mendengarkan inner child dalam diri kita karena kita membutuhkan cinta, kasih sayang, penerimaan, pengasuhan serta merasa dipahami oleh orang lain. Semua itu adalah bagian inner child yang harus tercukupi bagi setiap orang, tentunya dengan kadar yang berbeda-beda.”

Setiap orang tentu punya masa lalu yang berbeda-beda. Ada yang mempunyai pengalaman positif dan ada juga yang negatif. Pola asuh yang kita terima dari orang tua membentuk siapa kita hari ini. Karena itu, kita harus memutus mata rantai pola asuh yang buruk dan menyembuhkan diri sendiri demi generasi yang lebih baik. Jangan biarkan anak-anak kita mengalami luka yang sama. Kita tidak boleh mengabaikan inner child dalam diri karena akan menjadi rantai derita yang tidak berujung hingga lahir generasi berikutnya.

Bangkit untuk Pulih

Tentu kita tidak ingin hal ini terjadi, bukan? Jadi, cukupkan rantai derita ini hanya pada diri sendiri dan putuskan mata rantai inner child ini dengan menyayangi dan mengasuhnya. Ya, kita harus menyelesaikan masalah mental yang ada di dalam diri agar menjadi pribadi yang berakhlak mulia dan muslim yang taat pada Allah Swt. Bagaimana agar kita bisa bangkit untuk pulih dari luka pengasuhan ini? Salah satu caranya yaitu dengan menerima sepenuhnya bahwa di dalam diri kita ada inner child yang terluka, kemudian kita rangkul dan kita cintai.

Terkadang kita sering kali kecewa dengan keadaan ketika ada luka yang bersemayam dalam batin. Namun, ingatlah bahwa apa yang kita miliki saat ini, suatu saat akan diambil oleh Sang Pemilik Kehidupan. Lantas, apakah kita sudah ikhlas melepaskan? Emosi yang bergejolak tidak bisa kita tutupi, tentu rasa sedih juga kita rasakan. Namun, pernahkah kita berpikir apa yang telah terjadi semua atas kehendak Sang Kuasa? Siap atau tidak kita harus terima dengan keadaan yang terjadi.

Baca: lepaskanlah/

Tidak ada hidup yang sempurna, kadang kala kita harus lapang dada dengan realitas yang ada. Berdamai dengan keadaan atau terjerembap dalam lubang luka. Pasti ada rasa kecewa dan marah menerima realitas di masa kecil dahulu. Apakah kita mampu mengendalikan semua itu? Tentu tidak! Meskipun kita sudah berupaya dengan sekuat tenaga, semua itu akan terjadi. Sekarang bukan saatnya menangisi keadaan, tetapi berdamai dengan cara menerima segala ujian.

Keadaan tidak akan berubah, kecuali kita mengubahnya sendiri. Artinya, usaha dan doa diperlukan untuk mencapai kebahagiaan. Allah tidak menguji hamba-Nya di luar batas kemampuan. Allah memberikan kemampuan berpikir pada manusia agar bisa memaknai setiap peristiwa dalam kehidupan dengan positif. Yakinlah akan selalu ada harapan positif terhadap masalah yang kita lalui. Jadi, kita harus semangat berjuang untuk pulih.

Memaafkan, Kunci Berdamai dengan Luka

Tidak ada kata terlambat untuk mengakui dan berdamai dengan keadaan. Selain itu, kita harus tetap berbakti pada orang tua meskipun kita pernah terluka. Dengan demikian, memaafkan mereka dan diri sendiri sangat penting agar bisa pulih. Seperti yang diajarkan dalam agama kita untuk menghormati orang tua dan berbuat baik pada mereka. Dalam Al-Qur'an surah Al-Isra ayat 23 Allah Swt. berfirman yang artinya: "Dan Tuhanmu telah memerintahkan agar kamu jangan menyembah selain Dia dan hendaklah berbuat baik kepada kedua orang tua."

Memaafkan kunci dari akar masalah yang kita hadapi. Mungkin butuh proses dan waktu, tetapi perjalanan hidup kita masih panjang. Saat ini lakukanlah upaya untuk berbuat baik pada orang tua dan berbelas kasih pada diri sendiri untuk merangkul inner child yang ada di dalam diri kita. Bulatkan tekad untuk beramal saleh selagi kita masih bernapas. Jangan biarkan diri kita larut dalam luka terlalu lama, tetapi selamatkan diri kita agar bisa menjadi muslim yang tangguh. Perbanyak zikir pada pagi dan petang serta doa. Semoga Allah menjaga kita semua, amin.
Wallahualam bissawab.[]

Men-challenge Diri dalam Dunia Literasi

Seharusnya anak bukanlah menjadi alasan untuk tidak berkarya. Justru harus mampu men-challenge diri untuk menjadi penulis ideologis yang tangguh.

Oleh. Rastias
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Pada bulan kemarin, tepatnya tanggal 3 Agustus 2024, Mbak Sulastri share info di grup Tim TOS Wangon tentang NarasiPost.Com yang akan mengadakan bedah buku My Story bersama penulisnya, Mom Andrea. Lantaran aku penasaran banget dengan isi buku tersebut, akhirnya memutuskan untuk menghubungi Mbak Dia selaku narahubung acara. Apalagi aku juga melihat story WhatsApp Mbak Sulastri yang mengunggah gambar buku My Story dengan caption, "The Best Mom Andrea" sehingga bertambah rasa penasaranku.

Hari itu juga aku langsung hubungi Mbak Dia. Dalam percakapan, beliau meminta aku untuk list di Konapost. Aku bingung dong, Konapost itu apa? Kemudian Mbak Dia tanya kembali, apakah aku sudah tergabung dalam grup Konapost. Aku jawab, "belum".

Akhirnya beliau menjelaskan untuk tergabung di grup Konapost harus kirim naskah ke NarasiPost.Com dahulu. Aku yang masih dalam kebingungan dengan Konapost, layaknya anak yang patuh sama ibunya. Aku akhirnya mengirim link naskah yang pernah publish di NarasiPost.Com.

Beberapa menit kemudian aku dimasukkan grup Konapost. Untuk mencari jawaban kebingunganku, akhirnya memutuskan untuk bertanya kepada Mbak Sulastri karena beliau juga tergabung di grup yang sama.

Bahagia dan Kekhawatiranku

Terjawab sudah kebingunganku tentang Konapost. Jujur aku bahagia banget bisa masuk grup tersebut, disandingkan dengan penulis-penulis hebat, bisa belajar banyak melalui sharing-sharing ilmu kepenulisan, dan ada ujian yang diadakan tiap pekannya di grup Konapost untuk men-challenge diri.

Di sisi lain, aku khawatir apakah bisa menetaskan tulisan-tulisan tiap harinya atau mungkin tiap pekannya. Apalagi aku terbilang masih amatir dalam dunia literasi sehingga rasa kurang percaya diri itu terus menggerogoti.

Dahulu sebelum aku mengenal NarasiPost.Com, lebih tepatnya ketika masih awal banget belajar Islam secara kaffah, bisa dibilang girah menulis lagi bagus-bagusnya. Setiap ada TOR dari musrifahku langsung dieksekusi dan disetorkan ke musrifahku. Beliaulah yang mengirim naskahku ke media. Jadi, bisa dibilang aku terima beres sehingga aku tidak tahu media-media mana yang sudah menerima naskah tersebut.

Semenjak aku melahirkan, girah menulis itu terbang bagai ditiup angin. Banyak adaptasi yang harus aku lewati. Mulai dari adaptasi dengan peran baru, amanah baru, dan adaptasi dengan kondisi LDR dengan suami. Setelah sebulan melahirkan, suami kembali lagi ke Ponorogo untuk bekerja, sedangkan aku tetap di Banyumas.

Sibuk Bukan Alasan Malas Men-challenge Diri

Aku melahirkan secara caesar, inilah salah satu alasan kenapa aku tinggal di Banyumas dahulu. Apalagi kondisiku waktu itu bisa dibilang perlu ada orang yang membersamai setiap waktu, sedangkan suami harus bekerja. Setelah operasi caesar, aku merasakan pusing bahkan bumi ini rasanya seperti berputar. Untuk tidur pun harus dengan duduk, ketika berbaring bumi terasa berputar-putar. Semua ini berlangsung kurang lebih dua minggu. Saat aku konsultasi ke bidan, katanya karena darah rendah, kurang tidur, dan keletihan.

Kurang tidur dan keletihan merupakan hal wajar ketika mempunyai seorang anak apalagi masih bayi. Harus bangun malam memberi ASI, mengganti popok, mengayun, dan sebagainya. Bukankah itu kewajiban seorang ibu? Dalam Islam, ibu tugas utamanya adalah ummun wa rabbat al-bayt (ibu dan pengatur rumah suaminya).

Jelaslah seorang ibu tidak hanya bertugas mengurus dan mendidik anak, tetapi mengurus semua pekerjaan rumah seperti memasak, mencuci, menyapu, dan masih banyak lagi. Karena itu, sebagai ibu harus strong dan mampu mengerjakan semua kewajibannya dengan baik.

Baca: denting-nasihat-kehidupan/

Akhirnya menulis pun belum terealisasi optimal seperti dahulu. Sekarang anak udah usia 18 bulan, tetapi masih saja menjadi alasan untuk tidak menulis. Anak menangis minta ponsel ketika melihat ibunya memegang benda itu. Dikasih pun, bukannya anteng malah tambah rewel. Akhirnya aku tidak bisa menulis karena kesulitan pegang ponsel. Bisa pegang ponsel hanya saat anak sedang tidur, sedangkan kalau siang hari anak disuruh tidur susah banget.

Seharusnya anak bukanlah menjadi alasan untuk tidak berkarya. Justru harus mampu men-challenge diri untuk menjadi penulis ideologis yang tangguh. Sekaligus memberi contoh bahwa sebagai seorang muslim, poros kehidupannya adalah dakwah. Aku sadari inilah kekhilafanku melupakan visi yang sudah ditentukan.

Saatnya Men-challenge Diri

Challenge Milad ke-4 NP akhirnya tiba. Bismillah aku niatkan untuk menaklukkannya. Seperti tahun sebelumnya, NarasiPost.Com mengadakan challenge buat sobat Konapost dan sobat literasi lainnya. Namun, kali ini lebih istimewa. Pasalnya, setiap peserta yang ikut challenge akan dibagi menjadi tiga kelompok agar yang menang tidak hanya dia, dia, dan dia saja. Wah, bakalan seru nih.

Reward yang ditawarkan dalam challenge ini banyak dan tentunya sangat menarik, salah satunya 1 gram emas. Siapa coba yang tidak tertarik? Semuanya pasti ingin, termasuk aku. Itu merupakan hal wajar karena sudah menjadi fitrah manusia yang mempunyai naluri (gharizah baqa’) yang sama, yaitu mempertahankan diri, rasa ingin memiliki, diakui, dihargai, dan ingin menang.

Dalam sebuah perlombaan, menang dan kalah itu sudah biasa. Sebaiknya kita kembalikan lagi pada tujuan awal menulis. Luruskan niat untuk mendapat rida Allah sehingga saat kalah tidak kecewa, menang pun tidak jemawa.

Ini pertama kali aku ikut challenge di NarasiPost.Com. Ada rasa senang, takut, dan khawatir. Bagaimana tidak, ternyata oh ternyata salah satu kriterianya juga sama dengan challenge publish naskah, yakni menulis minimal lima naskah dalam sebulan. Kemarin tidak jadi ikut karena alasan tersebut dan takut tidak bisa pegang ponsel, tetapi nyatanya kali ini ikut.

Namun, tidak masalah hitung-hitung untuk men-challenge diri sendiri agar kembali produktif dalam menggerakkan opini Islam. Bismillah tetap jalani, nikmati prosesnya, dan terus berdoa serta berprasangka baik kepada Allah. Bukankah Allah sesuai prasangka hamba-Nya?

Rasulullah bersabda yang artinya: "Allah berfirman sebagai berikut: ”Aku sesuai prasangka hamba-Ku terhadap-Ku, maka hendaknya ia memprasangkai Aku dengan apa pun yang ia mau". (Hadis sahih diriwayatkan oleh Hakim)
Wallahualam bissawab.[]

Pendidikan Gratis hingga SMA/SMK, Mungkinkah?

Pendidikan yang diklaim gratis ternyata tidak sepenuhnya benar, masih banyak biaya yang harus dibayar oleh orang tua siswa pada sekolah.

Oleh. Neni Nurlaelasari
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Melanjutkan sekolah ke jenjang yang lebih tinggi merupakan impian setiap siswa. Sayangnya, tidak sedikit siswa yang terpaksa putus sekolah lantaran orang tua tidak mampu membayar mahalnya biaya sekolah. Salah satu cara mengatasi permasalahan putus sekolah, khususnya di Jawa Timur, adalah program sekolah gratis. Program ini dijanjikan oleh Calon Gubernur Jawa Timur Tri Rismaharini untuk tingkat SMA/SMK. Program ini sudah dilakukan Tri Rismaharini ketika menjabat Wali Kota Surabaya (Detik.com, 20-09-2024).

Menanggapi hal itu, Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jawa Timur Aries Agung Paewai menyatakan bahwa SMA/SMK negeri di seluruh Jawa Timur tidak dipungut biaya SPP alias gratis. Program ini sudah berjalan lama sebab ada dana BOS dari pemerintah pusat serta tambahan BOPP. Program SMA/SMK negeri gratis ini masih dilanjutkan oleh Pj Gubernur Adhy Karyono (Detik.com, 20-09-2024). Upaya Pemda Jawa Timur yang menggratiskan SPP selama ini patut diapresiasi. Namun, biaya pendidikan tentu tidak hanya terkait SPP. Masih banyak keperluan sekolah yang tentu membutuhkan biaya yang tidak sedikit.

Kapitalisme Setengah Hati

Jika kita cermati, sekolah yang diklaim gratis ternyata tidak sepenuhnya benar. Pasalnya, masih terdapat biaya yang harus dibayar oleh orang tua siswa, seperti biaya seragam, study tour, LKS, dan lainnya. Berbagai biaya di atas tentu masih memberatkan para orang tua siswa. Sulitnya merealisasikan pendidikan gratis ini disebabkan beberapa faktor seperti minimnya anggaran, budaya korupsi yang mengakar di kalangan pejabat, hingga cara pandang sistem kapitalisme.

Minimnya anggaran mengakibatkan program sekolah gratis belum bisa terwujud sepenuhnya. Keterbatasan anggaran akan menghambat berbagai program. Mirisnya, ada wacana untuk mengalihkan anggaran pendidikan yang biasanya diambil dari APBN, ke depan akan diambil dari pendapatan negara di luar APBN. Anggaran pendidikan yang tidak stabil akan mengganggu program yang seharusnya dijalankan. Ini terjadi akibat sumber daya alam yang ada dikuasai swasta maupun asing. Alhasil, negara tidak memiliki dana yang cukup untuk sektor pendidikan.

Baca: Sekolah Gratis di Kapitalisme, Mimpi!

Di sisi lain, budaya korupsi yang seolah mengakar menjadi potret buruk bagi dunia pendidikan saat ini. Oknum-oknum serakah tega memangkas dana pendidikan untuk kepentingan pribadinya. Seperti kasus korupsi dana BOS yang terjadi di Bengkulu. Dua pelaku korupsi dana BOS 2020-2021 yang merugikan negara sebesar Rp1,2 miliar merupakan mantan Kepala Sekolah dan Bendahara SMPN 17 Kota Bengkulu (CNNIndonesia.com, 13-09-2024). Ini terjadi akibat tidak amanahnya para pejabat yang seharusnya melayani rakyat. Perilaku pejabat yang tidak amanah ini disebabkan penerapan sistem sekularisme yang memisahkan agama dari kehidupan. Individu yang diamanahi mengurus rakyat menjadi mudah tergiur materi akibat lemahnya iman.

Sementara itu, minimnya peran negara sangat memengaruhi proses pendidikan. Ini terjadi akibat penerapan sistem kapitalisme yang menjadikan materi sebagai tujuan utama. Dalam pandangan kapitalisme, pendidikan dipandang sebagai bisnis yang mampu menghasilkan materi sehingga negara hanya berperan sebagai fasilitator atau penyedia. Tidak heran jika anggaran pendidikan dianggap sebagai beban sehingga harus diminimalkan sebisa mungkin, termasuk wacana pengalihan dana anggaran yang berasal dari APBN, ke depan akan diambil dari pendapatan negara di luar APBN. Selain itu, berbagai biaya seperti pembelian seragam sekolah, LKS, dan study tour merupakan bukti setengah hatinya sistem kapitalisme melayani pendidikan untuk rakyat.

Sistem Islam Menjamin Pendidikan Rakyat

Berbeda dengan sistem kapitalisme yang setengah hati, negara dalam sistem Islam sangat memperhatikan sektor pendidikan. Dalam Islam, pendidikan merupakan kebutuhan pokok bagi setiap individu. Negara wajib menyediakan pendidikan yang berkualitas, gratis, dan merata untuk seluruh rakyat. Melalui pendidikan, negara mampu mencetak generasi penerus yang beriman, berkepribadian Islam, dan memiliki keilmuan yang mumpuni. Generasi ini kelak akan mampu membangun peradaban Islam menjadi kuat. Dengan demikian, anggaran pendidikan menjadi prioritas utama negara dalam sistem Islam.

Berbagai sarana dan fasilitas pendidikan dibangun secara merata agar setiap warga negara bisa merasakan pendidikan yang berkualitas. Negara dalam sistem Islam tidak akan mengalami kesulitan dalam hal anggaran sebab sumber daya alam dalam sistem Islam haram dikuasai oleh swasta maupun asing. Negara wajib mengelola sumber daya alam, kemudian hasilnya digunakan untuk kesejahteraan rakyat, salah satunya berupa sekolah gratis. Selain dari hasil pengelolaan SDA, masih banyak sumber pemasukan negara dalam sistem Islam, seperti jizyah, ganimah, fai, zakat, dan sebagainya. Peran negara merupakan bentuk tanggung jawab dalam melayani rakyat. Ini sebagaimana hadis Rasulullah saw.,

"Imam/khalifah itu laksana penggembala dan hanya dialah yang bertanggung jawab terhadap gembalaannya." (HR. Bukhari dan Muslim).

Dengan demikian, sudah semestinya kita meninggalkan sistem kapitalisme yang terbukti setengah hati dalam melayani rakyat. Kemudian beralih menerapkan sistem Islam secara menyeluruh (kaffah) agar sekolah gratis benar-benar mampu diwujudkan. Wallahualam bissawab. []

Penyanderaan Pilot dan Separatisme Papua

Motif penyanderaan yang dilakukan TPNPB-OPM terhadap pilot Susi Air adalah tuntutan untuk kemerdekaan Papua.

Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Penyanderaan terhadap pilot Susi Air Philip Mark Mehrtens telah mencapai babak akhir. Setelah hampir 20 bulan terkungkung dalam penyanderaan, Philip akhirnya dibebaskan oleh Tentara Pembebasan Nasional Papua Barat-Organisasi Papua Merdeka (TPNPB-OPM) pada Sabtu, 21 September lalu. Upaya pembebasan Philip sebenarnya sudah berlangsung sejak lama, tetapi belum pernah membuahkan hasil. Juru Bicara TPNPB-OPM Sebby Sambom bahkan sempat menyindir pemerintah Indonesia tidak mampu membebaskan sandera. Sebby pun pernah berjanji pihaknya akan membebaskan Philip dengan cara mereka sendiri.

Sebulan sebelum pembebasan Philip, tepatnya Agustus lalu, Sebby mengatakan bahwa pihaknya tengah menyiapkan proposal berisi mekanisme pembebasan Philip dari penyanderaan serta beberapa syarat yang harus dipenuhi pemerintah Indonesia dan Selandia Baru. TPNPB-OPM pun menunjuk fasilitator untuk pembebasan Philip. (nasional.okezone.com, 18-9-2024)

Dalam operasi pembebasan Philip dari penyanderaan, pemerintah mengakui adanya keterlibatan aktivis HAM dari Finlandia bernama Juha Christensen yang berperan sebagai kolaborator. Sebby pun membenarkan pernyataan tersebut dengan menunjukkan sejumlah foto Juha bersama Egianus Kogoya yang merupakan milisi TPNPB Komando Pertahanan Daerah III. Namun, Sebby mencurigai adanya pengkhianatan yang dilakukan oleh Egianus.

Kecurigaan Pengkhianatan dalam Penyanderaan

Sebby mengaku berang atas pembebasan pilot Susi Air berkebangsaan Selandia Baru itu. Pasalnya, pembebasan Philip dari penyanderaan sama sekali tidak sesuai skenario yang ditulis Komnas TPNPB di dalam proposal yang diajukan ke pemerintah Indonesia. Sebby pun menuduh bahwa Egianus dan kelompoknya telah mengkhianati TPNPB di 35 Komando Wilayah Pertahanan lain serta menerima sejumlah uang dari TNI dan Polri.

Mereka adalah kelompok kriminal yang sandera pilot hanya demi uang. Itu sangat kurang ajar. Jadi, mereka tidak jauh beda dengan pengecut. Egianus menyerahkan diri saja kepada pemerintah Indonesia daripada mengotori nama TPNPB,” ujar Sebby. Meskipun dikhianati, Sebby menegaskan bahwa perjuangan kemerdekaan Papua akan terus dilanjutkan. “Kami masih punya 35 komando pertahanan. Satu komando jadi pengkhianat itu tidak masalah. Kami akan lanjutkan perang,” ujarnya lagi kepada media. (papua60detik.id, 22-9-2024)

Namun, Kepala Satgas Humas Operasi Damai Cartenz Bayu Suseno menampik hal tersebut. Bayu justru menuduh Sebby telah melakukan propaganda karena pemerintah berhasil membebaskan Philip tanpa harus menyetujui isi proposal dari TPNPB. Bayu pun berani menjamin bahwa tidak ada syarat ataupun uang tebusan yang dikeluarkan untuk membebaskan Philip dari penyanderaan.

Kronologi Penyanderaan Pilot Susi Air

Penyanderaan Philip terjadi pada 7 Februari 2023. Pesawat Susi Air yang berjenis pilatus porter itu dilaporkan telah hilang kontak. Burung besi dengan nomor penerbangan SI 9368 yang dipiloti Philip itu seharusnya tiba di Timika pada jam 07.40 WIT. Kemudian, perusahaan menerima emergency locator transmitter (ELT) atau sinyal tanda keadaan darurat jam 09.12 WIT. Pihak Susi Air langsung merespons sinyal darurat dan mengirim pesawat lain untuk memeriksa posisi dan kondisi. Burung besi itu pun ditemukan dalam kondisi terbakar di landasan Lapangan Terbang Distrik Paro.

Baca juga : demokrasi-kian-ringkih-inilah-kondisi-darurat-negeri/

Pesawat yang membawa lima penumpang dan beberapa barang itu diduga dirusak oleh kelompok TPNPB-OPM pimpinan Egianus Kogoya. Dugaan ini timbul setelah Sebby mengaku akan bertanggung jawab terhadap sabotase pesawat Susi Air. Sebby juga mengeklaim telah melakukan penyanderaan terhadap sang pilot dan tidak akan membebaskannya sebelum pemerintah Selandia Baru, Australia, Amerika Serikat, dan Eropa bertanggung jawab. Sebby menuding negara-negara itu telah membantu TNI dan Polri melawan rakyat Papua selama 60 tahun ini.

Sebby pun menegaskan bahwa penyanderaan dilakukan untuk mendesak PBB, Amerika, Eropa, dan Australia untuk bersuara. Penyanderaan juga dilakukan sebagai jaminan untuk tuntutan kemerdekaan Papua dan meminta militer Indonesia angkat kaki dari Bumi Cenderawasih itu.

Penyanderaan dan Tuntutan Papua Merdeka

Motif penyanderaan yang dilakukan TPNPB terhadap pilot Susi Air adalah tuntutan untuk kemerdekaan Papua. Semangat separatisme Papua memang telah bergejolak sejak lama, yakni sejak 1963. OPM sendiri dibentuk oleh opsir Belanda yang terus menanamkan ide pada rakyat Papua untuk melepaskan diri dari Indonesia.

Semangat separatisme ini sebenarnya juga didukung oleh Inggris dan Amerika. Sejak 2013, kantor perwakilan OPM di Oxford, Inggris telah resmi berdiri. Selanjutnya, Amerika Serikat juga mengeluarkan rancangan UU Foreign Relation Authoeization Act (FRAA) yang berisi referensi khusus untuk Papua. UU FRAA ini akan menjadi pintu awal bagi Amerika untuk memuluskan langkah diplomasi dan operasi politik guna meyakinkan Indonesia agar mau melepas Papua atau paling tidak memberikan otonomi khusus bagi Papua untuk mengurus wilayahnya sendiri.

Keterlibatan Asing dalam Gerakan Separatisme

Dalam teori intelijen, kerusuhan yang ditimbulkan oleh OPM bertujuan untuk menciptakan suasana chaos serta memantik perseteruan dengan TNI dan Polri. Selanjutnya pemberitaan media pun akan diarahkan kepada skenario pelanggaran HAM. Skenario ini sebenarnya pernah dilakukan Amerika kepada gerakan Kosovo merdeka agar lepas dari Serbia. Ya, isu-isu HAM memang menjadi “jualan politik” Amerika untuk mendukung gerakan separatisme di berbagai belahan dunia.

Sejatinya, dukungan asing terhadap kemerdekaan Papua sudah berlangsung lama. Asing pun terus mendorong Papua untuk lepas dari Indonesia. Kondisi ini akan terus berlanjut hingga para penjajah Barat berhasil mendapatkan apa yang mereka inginkan dari Papua.

Kemiskinan di Papua

Ada hal yang cukup mengiris hati dari tragedi penyanderaan Philip. Sebelum dibebaskan, Philip sempat meminta dua hal kepada pemerintah, yakni kelengkapan dokumen dan pengiriman bahan makanan karena orang-orang di tempat itu sulit untuk mendapatkan makanan. Permintaan Philip ini harusnya menjadi tamparan keras bagi pemerintah Indonesia. Bagaimana bisa Papua yang merupakan pulau terkaya di Indonesia, justru menjadi wilayah dengan kemiskinan ekstrem hingga warganya pun kesulitan untuk mendapat bahan makanan.

Potret kemiskinan yang sangat parah di Papua adalah masalah krusial yang terus memicu terjadinya konflik. Kondisi ini yang memantik kemarahan rakyat Papua dan menumbuhkan semangat separatisme di tengah-tengah mereka. Ide kemerdekaan Papua seolah menjadi solusi final atas keteledoran pemerintah Indonesia dalam mengurusi mereka. Rakyat Papua merasa sanggup untuk membangun wilayahnya tanpa campur tangan dari pemerintah Indonesia.

Kapitalisme Biang Kemiskinan di Papua

Sayangnya, masyarakat Papua belum menyadari bahwa keterpurukan yang mereka alami disebabkan penerapan sistem kapitalisme. Sistem ini telah melegalkan perampokan SDA dengan dalih investasi. Berbagai SDA yang ada di Papua, mulai dari emas, bauksit, batu bara, besi, tembaga, nikel, hasil hutan, minyak, dan gas bumi semuanya dikuasai oleh asing dan swasta secara legal. Rakyat Papua bahkan tidak bisa menikmati kekayaan alamnya, padahal semua itu adalah milik mereka.

Jika Papua menuntut melepaskan diri dari Indonesia, sungguh tidak akan ada perubahan yang didapatkan selama masih menjadikan kapitalisme sebagai sistem hidup. Mirisnya lagi, jika Papua benar-benar terpisah dari Indonesia, hal itu justru menjadi jalan tol bagi asing untuk makin menguatkan cengkeramannya. Asing justru akan makin leluasa mengobok-obok setiap jengkal wilayah Papua. Selama ini, Papua memang dikenal sebagai negeri yang menjadi tanah rebutan bangsa-bangsa di dunia karena kekayaan alamnya yang luar biasa. Papua tetap akan menjadi negeri terjajah berbalut kemerdekaan semu di bawah kapitalisme.

Islam Solusi Hakiki untuk Papua

Islam memiliki solusi hakiki untuk menyelesaikan konflik di Papua, yakni dengan menerapkan sistem Islam dalam seluruh lini kehidupan. Dengan penerapan hukum syarak, kesejahteraan akan terwujud. Islam menetapkan bahwa segala bentuk kekayaan alam adalah milik umat dan tidak boleh diprivatisasi.

Hadis dari Abyadh  bin Hammal:

Dari Abdyadh bin Hammal, ia pernah mendatangi Rasulullah dan meminta beliau agar memberikan tambang garam kepadanya. Rasulullah pun memberikan tambang tersebut kepada Abyadh bin Hammal. Ketika Abyadh pergi, ada seseorang di majelis itu berkata, ‘Tahukah apa yang telah Anda berikan kepada dia? Sungguh Anda telah memberi dia sesuatu yang seperti air mengalir.’ Ibnu Mutawakkil berkata, ‘Lalu Rasulullah menarik kembali pemberian tambang garam itu dari dirinya.’” (HR. Abu Dawud)

Dari hadis di atas, jelaslah bahwa segala sesuatu yang zatnya seperti air mengalir mustahil dan tidak boleh dimiliki seorang individu. Oleh karena itu, Khilafah akan mengelola berbagai SDA dan memaksimalkan hasilnya untuk kemaslahatan umat. Hasil pengelolaan SDA akan dikembalikan kepada umat dalam bentuk sarana dan prasarana yang dapat menunjang aktivitas masyarakat, seperti sekolah, rumah sakit, pembangunan jalan, pembangunan gedung yang menjadi kebutuhan umat, perpustakaan, laboratorium, dan lain-lain.

Khilafah Menjamin Kesejahteraan

Khilafah akan menjamin kebutuhan primer seluruh warganya, yakni kebutuhan yang berkaitan dengan pangan, pakaian, perumahan, kesehatan, dan pendidikan. Rakyat tidak perlu bersusah payah untuk sekadar memenuhi kebutuhan perutnya. Para pencari nafkah akan didorong untuk melaksanakan kewajibannya. Negara pun akan menciptakan iklim ekonomi yang kondusif untuk mereka, menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai, atau bahkan memberikan modal usaha kepada rakyatnya yang ingin berwirausaha.

Di lain sisi, gerakan separatisme tidak akan tumbuh subur dalam Islam. Seluruh negeri justru akan bersatu untuk menerapkan Islam serta merasakan kemakmuran dan kesejahteraan. Ini adalah kondisi yang sangat mustahil diwujudkan oleh kapitalisme.

Khatimah

Tragedi penyanderaan yang dialami pilot Susi Air adalah upaya TPNPB untuk menuntut kemerdekaan Papua. Konflik berkepanjangan yang terjadi di Papua terjadi karena penerapan sistem kapitalisme. Kapitalisme telah menyebabkan kondisi Papua sangat parah karena kekayaan alam mereka habis dikeruk serta dikuasai oleh asing dan swasta.

Berbeda dengan kapitalisme, Islam akan menetapkan bahwa SDA adalah milik umat. Hasil pengelolaannya akan dikembalikan sepenuhnya kepada umat. Islam juga meniscayakan kesatuan seluruh negeri di bawah panji Islam dan hanya akan berhukum kepada hukum yang satu serta menetapkan aturan yang satu, yakni syariat Islam.

Wallahua'lam bishawab. []

Repatriasi Artefak, Menghapus Jejak Penjajahan?

Repatriasi artefak Indonesia yang dilakukan Belanda sejatinya merupakan salah satu upaya Belanda untuk memperbaiki citra dan relasi publik dalam hal kolonialisme.

Oleh. Siti Komariah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Belanda akan tetap melanjutkan proses repatriasi benda seni rampasannya ke Indonesia di bawah pemerintahan baru. Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Menteri Pendidikan, Kebudayaan, dan Ilmu Pengetahuan Belanda Eppo Bruins pada acara penandatanganan pengembalian 288 benda cagar budaya asal Indonesia yang digelar di lantai dua Gedung Wereldmuseum Amsterdam pada 20 September 2024. Bruins menyatakan bahwa Belanda berjanji melanjutkan proses repatriasi benda seni jarahan Belanda ke Indonesia.

Awalnya, beberapa orang dari Belanda dan Indonesia yang terlibat dalam masalah ini sempat khawatir jika pergantian pemerintahan akan memengaruhi jalannya repatriasi. Namun, kekhawatiran tersebut tidak terbukti sebab Belanda pada pemerintah baru ini tetap melangsungkan kebijakan repatriasi tersebut. Lantas, bagaimana sejarah repatriasi benda jarahan Belanda ke Indonesia?

Sejarah Repatriasi Artefak Indonesia

Sejatinya, repatriasi artefak dari Belanda ke Indonesia sudah terjadi sejak 1970. Kala itu, Ratu Juliana secara simbolis mengembalikan naskah Negarakertagama ke Indonesia yang diwakili oleh mantan Presiden Soeharto. Selanjutnya, pada 1977 dan 2015 Belanda mengembalikan sejumlah barang seni jarahan ke Indonesia.

Setelah itu, gerakan repatriasi benda bersejarah kembali mencuat keras ke permukaan yang dimulai di Prancis. Pada 2018, Prancis mengembalikan beberapa benda seni jarahannya pada era penjajahan ke negara-negara di Afrika. Presiden Prancis Emmanuel Macron setahun sebelumnya mengatakan bahwa Prancis akan mengembalikan barang jarahan yang diperolehnya secara ilegal ke negara-negara Afrika dalam kurun waktu lima tahun.

Pada 2018, Prancis mengembalikan barang bersejarah ke Senegal. Setelah aktivitas itu, menurut Dirjen Kebudayaan Kementerian Pendidikan dan Kebudayaan Hilmar Farid, diskusi tentang repatriasi benda bersejarah terus bergulir di negara-negara Eropa, termasuk Belanda. Dengan dorongan dari masyarakat Belanda, terkhusus para pemuda untuk memperbaiki masa lalu Belanda dan Indonesia yang menginginkan agar benda-benda jarahan dikembalikan, pada 2019 dan 2020 Belanda mengembalikan sejumlah benda bersejarah Indonesia (bbcnews.com, 13-03-2020).

Selanjutnya, pada 2022 Belanda membentuk Komisi Repatriasi Belanda yang bekerja sama dengan Komite Repatriasi Koleksi Indonesia di Belanda dalam usaha mengembalikan benda jarahan Indonesia yang dirampas Belanda pada masa kolonial. Pada 2023, Belanda resmi mengembalikan 472 artefak Indonesia, kemudian pada 2024, Eppo Bruins dan Hilmar Farid kembali menandatangani surat pengembalian artefak yang meliputi arca Ganesha, arca Brahma, dua arca Candi Singasari, dan 284 benda koleksi Perang Puputan Badung (tempo.co, 22-09-2024).

Repatriasi yang dilakukan Belanda sejatinya bukan sekadar untuk pengembalian harta jarahan, tetapi ini merupakan salah satu upaya Belanda untuk memperbaiki citra dan relasi publik dalam hal penjajahan dan restorasi warisan budaya asli. Lantas, cukupkah repatriasi artefak untuk menghapus jejak penjajahan Belanda terhadap Indonesia?

Tidak Cukup Repatriasi Artefak

Repatriasi artefak yang dilakukan Belanda sejatinya tidak cukup untuk memperbaiki  citra buruk yang dilakukan Belanda kepada Indonesia pada masa kolonial dahulu sebab apa yang dilakukan Belanda kepada Indonesia lebih kejam dan kekayaan alam Indonesia yang dijarah luar biasa besar. Belanda sudah bertahun-tahun menjajah Indonesia. Menurut beberapa sumber, Belanda menjajah Indonesia selama 350 tahun dan sumber lain mengungkapkan sekitar 142 tahun.

Selama bertahun-tahun, Belanda mengeruk sumber daya alam milik Indonesia, terkhusus rempah-rempah seperti lada, cengkeh, dan lainnya. Belanda juga mengeruk kekayaan alam lainnya seperti emas, minyak bumi, batu bara, dan lainnya untuk dijadikan sebagai pemasukan negerinya. Untuk mencapai tujuannya tersebut masyarakat Indonesia harus menderita karena Belanda menerapkan sistem tanam paksa atau dikenal dengan cultuurstelsel.

Rakyat Indonesia terkungkung dalam kejamnya masa penjajahan Belanda. Mereka harus kerja rodi, yaitu bekerja sangat berat dengan upah yang tidak layak, bahkan sering kali tidak mendapatkan upah sama sekali. Mereka juga diharuskan untuk melakukan sistem tanam paksa untuk kesejahteraan kolonialis. Belanda menerapkan berbagai kebijakan yang hanya menguntungkan kolonialis.

Tidak hanya itu, rakyat Indonesia juga sering kali mendapatkan penyiksaan, pembunuhan, pembantaian, bahkan pemerkosaan. Hukuman berat yang tidak manusiawi diberikan kepada rakyat Indonesia yang menolak bekerja atau mencoba melarikan diri. Kerusakan lingkungan yang ditimbulkan akibat industri yang dijalankan Belanda pun tidak terhindarkan. Sungguh rakyat Indonesia sangat terpuruk dan menderita di bawah kepemimpinan kolonialis kala itu. Bahkan sampai saat ini penderitaan rakyat Indonesia masih terus berlanjut, padahal pada 1945 Indonesia telah memperoleh kemerdekaan.

Sayangnya, kemerdekaan tersebut semu sebab sampai detik ini Indonesia masih terkungkung oleh penjajahan nonfisik. Sebagai bukti nyata, SDA yang melimpah di negeri ini tidak bisa dinikmati dan tidak mampu untuk menyejahterakan masyarakat. SDA yang melimpah ini justru dinikmati oleh para oligarki lokal maupun asing. Penjajahan yang sangat kejam ini merupakan akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalisme.

Kapitalisme Menyuburkan Penjajahan

Kejamnya penjajahan yang dilakukan oleh Belanda merupakan akibat dari penerapan sistem sekuler kapitalisme. Sistem ini merupakan sistem yang telah menghapuskan sistem Islam (Khilafah) dan membawa manusia pada kesengsaraan. Kapitalisme merupakan sistem yang berasas pada sekularisme (pemisahan agama dari kehidupan).

Penjajahan merupakan metode sistem kapitalisme untuk mempertahankan eksistensi dan pengaruhnya di dunia. Dengan melakukan penjajahan, baik fisik maupun nonfisik, negara-negara adidaya akan terus menekan dan menjajah negara-negara berkembang dan lemah, seperti Indonesia. Apalagi dengan penerapan sistem ekonomi kapitalisme, negara-negara asing bisa dengan bebas mengeksploitasi sumber daya alam milik negara ketiga di dunia. 

Sistem ekonomi kapitalisme menekankan bahwa swasta, para oligarki, dan negara-negara besar memiliki kebebasan untuk mengendalikan perekonomian dan mengambil keuntungan dari aktivitas tersebut. Selain itu, mereka juga mempunyai kebebasan untuk memiliki sumber daya alam, baik itu tambang emas, nikel, batu bara, dan lainnya di negara-negara lain. Alhasil, sumber daya yang melimpah terus dikuasai oleh para penjajah, sedangkan rakyat tetap dalam penderitaan dan jauh dari kata sejahtera.

Kapitalisme telah menyuburkan penjajahan di negeri ini. Misalnya, Belanda yang bisa dikatakan telah hengkang dari Indonesia secara fisik pada 1945 lalu nyatanya masih memiliki pengaruh di negeri ini. Hanya saja, penjajahan Belanda bukan lagi secara fisik, tetapi secara nonfisik.  Dengan dalih investasi, Belanda beserta negara-negara lainnya, seperti Amerika Serikat, menjajah Indonesia dari beberapa sisi, seperti dari sisi pertanian, kesehatan, energi, dan lainnya.

Di sisi lain, penjajahan sistem kapitalisme juga menjauhkan kaum muslim dari agama mereka. Akibat penjajahan pemikiran ini kaum muslim makin jauh dari Islam kaffah. Walhasil penjajahan tidak akan pernah hengkang dari negeri ini jika Indonesia masih menerapkan sistem kapitalisme.

Solusi Islam

Islam menganggap bahwa penjajahan yang dilakukan oleh Barat merupakan bentuk kezaliman kepada manusia dan ini sangat bertentangan dengan prinsip Islam, yaitu melindungi nyawa dan menyejahterakan manusia. Dengan demikian, Islam sangat anti terhadap penjajahan dan perbudakan serta memerintahkan kaum muslim untuk melawan dan mengusirnya. Allah berfirman,  "Dan perangilah di jalan Allah orang-orang yang memerangi kamu, (tetapi) janganlah kamu melampaui batas karena sesungguhnya Allah tidak menyukai orang-orang yang melampaui batas." (QS. Al-Baqarah: 190).

Islam merupakan ideologi satu-satunya yang  mampu menghapus penjajahan di muka bumi ini sebab Khilafah memiliki tentara perang yang sangat kuat dan para panglima perangnya memiliki strategi perang yang luar biasa. Dorongan untuk berjihad di jalan Allah adalah untuk mendapatkan surga sehingga mereka tidak takut syahid di medan perang.

Baca: amanah-kapten-diplomasi-indonesia-telah-usai/

Hal tersebut terlihat ketika Rasulullah mendirikan Daulah Islamiah di Madinah dan mampu membawa masyarakat pada kesejahteraan. Kemudian di bawah kepemimpinannya, Makkah mampu terbebas dari cengkeraman orang-orang Yahudi dan menjadikan Ka'bah sebagai kiblat bagi orang-orang muslim. Selanjutnya, di bawah kepemimpinan Rasulullah dan khulafaurasyidin, Islam mampu menaklukkan dan membebaskan Jazirah Arab dan memerdekakan para budak.

Begitu pula pembebasan Baitulmaqdis pada bulan Rajab oleh Shalahuddin al-Ayyubi dari tangan tentara Salib. Baitulmaqdis awalnya telah dibebaskan oleh Khalifah Umar bin Khaththab dari Kekaisaran Romawi Timur (Bizantium) dengan perjanjian Umariyah. Hanya saja, selang beberapa abad, Yerusalem sempat direbut kembali oleh tentara Salib karena seruan provokatif dari Paus Urbanus II demi kepentingan penjajahan Prancis. Namun, Yerusalem dibebaskan kembali oleh Shalahuddin al-Ayyubi dan penduduknya hidup damai. Sampai akhirnya Daulah Khilafah Islamiah sebagai pelindung dan penjaga kaum muslim dihancurkan Inggris dan para penjajah mulai mendominasi dan membawa manusia pada kesengsaraan.

Khatimah

Dengan demikian, selama sistem Islam tidak diterapkan secara kaffah sebagai aturan kehidupan maka penjajahan akan tetap subur dan menggurita di seluruh negeri-negeri muslim, termasuk Indonesia. Sudah saatnya Islam memimpin dunia dan menghapuskan penjajahan. Wallahualam bissawab. []

Ilusi Sekolah Gratis di Alam Kapitalisme

Pendidikan gratis di era kapitalisme hanya lip service untuk melambungkan dan menjatuhkan harapan rakyat dalam waktu yang sama.

Oleh. Netty al Kayyisa
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Janji kampanye semanis madu kembali terlontar. Bacagub Jatim Tri Rismaharini berjanji akan menggratiskan biaya sekolah tingkat SMA/SMK. Hal ini seperti yang pernah dilakukannya saat menjabat menjadi Wali Kota Surabaya. Risma mengatakan hal ini akan terwujud kembali jika ia menjadi Gubernur Jawa Timur.

Sayangnya janji ini ternyata bukan sesuatu yang baru. Menurut Kepala Dinas Pendidikan (Kadindik) Jawa Timur Aries Agung Paewai sebagaimana dilansir detikjatim.com (20-9-2024), SMA/SMK Negeri seluruh Jawa Timur gratis alias tidak dipungut biaya SPP. Program sekolah gratis ini sudah lama dilakukan pada masa Gubernur Khofifah. Biaya gratis SPP karena sekolah mendapat dana BOS dari pusat juga BOPP dari Gubernur Jatim.

Sekolah Gratis di Era Kapitalis Hanya Lip Service

Sekolah gratis bukan sesuatu hal yang baru di negeri ini. Program wajib belajar 9 tahun dicanangkan di era Soeharto tepatnya 2 Mei 1984, disusul pada tahun ajaran baru 2015/2016 dalam Nawacita diamanatkan program wajib belajar 12 tahun. Dengan wajib belajar 12 tahun ini diharapkan warga negara Indonesia dapat mengenyam pendidikan sampai tingkat menengah umum sehingga dapat menjadi bekal untuk bekerja pada kehidupannya kelak. Sayangnya setelah hampir 9 tahun berjalan, program ini tak menuai hasil maksimal.

Masalah pendidikan kian bertambah. Sekolah gratis yang didengungkan nyatanya jauh dari harapan. Anak-anak mendapatkan gratis biaya pendidikan atau SPP tetapi untuk biaya yang lain tetap dikenakan tarif yang tak sedikit. Dana BOS yang digadang-gadang bisa membiayai pendidikan hingga jenjang menengah umum, ternyata penggunaannya sudah ditentukan.

Penggunaan Dana Bos

Penggunaan dana BOS diatur untuk 12 komponen, yaitu PPDB, pengembangan perpustakaan, pelaksanaan kegiatan pembelajaran dan ekstrakurikuler, pelaksanaan asesmen dan evaluasi pembelajaran, pelaksanaan administrasi kegiatan sekolah, pengembangan profesi guru dan tenaga kependidikan, pembiayaan langganan dan jasa, pemeliharaan sarana dan prasarana sekolah, penyediaan alat multimedia pembelajaran, penyelenggaraan kegiatan peningkatan kompetensi keahlian, pelaksanaan kegiatan mendukung keterserapan lulusan, dan pembayaran honor. Dengan besarnya dana BOS berkisar Rp900 ribu sampai Rp1,9 juta per siswa, mampukah memenuhi keduabelas komponen pembiayaan tersebut?

Nyatanya untuk media belajar semacam LKS, kegiatan luar sekolah seperti study tour, rekreasi berkedok belajar di luar kelas dan sebagainya, orang tua harus merogoh kocek yang dalam. Begitu juga untuk prosesi kelulusan semisal wisuda dan pernak perniknya. Maka tetap saja menjadi beban bagi orang tua yang menyekolahkan anak-anaknya.

Pendidikan gratis di era kapitalisme hanya lip service untuk melambungkan harapan rakyat, meski pada akhirnya harus menelan semua kecewa. Pemerintah yang berorientasi materi tak akan dengan suka hati memberikan layanan pendidikan gratis untuk rakyatnya. Kendala dana selalu menjadi alasan utama. Padahal, pemerintah bisa memberikan pendidikan gratis bahkan hingga level pendidikan tinggi dengan pengelolaan SDA di Indonesia.

Sekolah Gratis Hanya Ada di Sistem Islam

Berharap sekolah gratis di era kapitalisme ibarat pungguk merindukan bulan. Karena sistem pendidikan erat kaitannya dengan sistem ekonomi dan politik. Islam mampu mewujudkan pendidikan gratis pada semua tingkatan hingga level sekolah tinggi dan universitas. Hal ini karena Islam memandang pendidikan warga negaranya adalah kebutuhan primer yang harus dipenuhi dan akan menentukan nasib negara Islam kelak. Penguasaan tsaqofah Islam, ilmu-ilmu teknologi dan terapan di masyarakat akan membentuk masyarakat mandiri tanpa bergantung pada negara lain, terdepan dalam ilmu pengetahuan dan teknologi, dan menjadi negara maju dengan tingkat pendidikan yang tinggi.

Sebagaimana yang terdapat dalam Kitab Muqadimah Dustur karangan Syekh Taqiyuddin An-Nabhani sebagai rancangan Undang-Undang Dasar Daulah Islam di masa mendatang, disebutkan pada pasal 173 negara wajib menyelenggarakan pendidikan berdasarkan apa yang dibutuhkan masyarakat di kancah kehidupan. Negara wajib menyelenggarakan pendidikan secara cuma-cuma dan memberikan kesempatan seluas-luasnya untuk melanjutkan ke pendidikan tinggi dengan gratis pula. Inilah salah satu faktor yang menjadikan warga negara Daulah Islam bersemangat dalam menuntut ilmu karena ilmu untuk amal. Sebagaimana firman Allah dalam surah Al-Qashash ayat 77 :

وَابۡتَغِ فِيۡمَاۤ اٰتٰٮكَ اللّٰهُ الدَّارَ الۡاٰخِرَةَ‌ وَلَا تَنۡسَ نَصِيۡبَكَ مِنَ الدُّنۡيَا‌ وَاَحۡسِنۡ كَمَاۤ اَحۡسَنَ اللّٰهُ اِلَيۡكَ‌ وَلَا تَبۡغِ الۡـفَسَادَ فِى الۡاَرۡضِ‌ؕ اِنَّ اللّٰهَ لَا يُحِبُّ الۡمُفۡسِدِيۡنَ

“Dan carilah pada apa yang telah dianugerahkan Allah kepadamu (kebahagiaan) negeri akhirat dan janganlah kamu melupakan bagianmu dari (kenikmatan) duniawi. Dan berbuat baiklah (kepada orang lain) sebagaimana Allah telah berbuat baik kepadamu, dan janganlah kamu berbuat kerusakan di bumi. Sungguh, Allah tidak menyukai orang yang berbuat kerusakan.”

Kenikmatan duniawi bisa kita rasakan jika kita memiliki kemampuan untuk memenuhi seluruh kebutuhan dengan mudah dan ini tergantung pada ilmu yang kita miliki.

Sistem pendidikan Islam ini akan ditopang dengan sistem ekonomi Islam. Pemasukan negara Islam dari berbagai pos seperti jizyah, fai, kharaj, dan sawafi, yang lainnya akan mampu memenuhi pembiayaan warga negara. Pemasukan dari SDA yang merupakan milik rakyat, dikelola oleh negara, dan dikembalikan kepada rakyat dalam bentuk pelayanan pendidikan dan kesehatan juga akan mampu memenuhi biaya pendidikan yang diperlukan.

Tidak heran, pada masa kejayaan Islam ilmu pengetahuan berkembang pesat, sekolah-sekolah negeri dan swasta dengan fasilitas sama baiknya bertebaran di penjuru negara hingga ke pelosok-pelosok desa.

Jejak Peradaban Islam di Bidang Pendidikan

Ketika Islam berkuasa selama 1400 tahun, jejak-jejak dunia pendidikan tampak nyata. Negara Islam begitu memperhatikan pendidikan warga negaranya. Sebagaimana di masa Daulah Abasiyyah Khalifah Harun Ar-Rasyid membangun Baitul Hikmah sebagai pusat pendidikan negara Islam saat itu. Pada masa Khalifah Mahmud II tahun 1830, beliau mendirikan sekolah kebidanan Tibhane-i Amire Mektebi agar para wanita mendapatkan kemudahan dalam persalinan hingga sekarang.

Berbagai sekolah tinggi dan universitas terkemuka juga berkembang di sejumlah wilayah seperti Gundishapur, Baghdad, Kufah, Isfahan, Cordoba, Alexandrea, Kairo, dan Damaskus. Masyarakat yang memiliki kemampuan mendirikan sekolah, berlomba-lomba mendedikasikan hidup dan hartanya untuk mengembangkan pendidikan di Daulah Islam.

Fatimah al Fihri seorang muslimah kaya raya yang mewarisi harta dari orang tuanya membangun universitas pertama di dunia yang dikenal dengan Universitas Al-Qarawiyyin di Maroko. Universitas ini tercatat dalam Guinness Book of World Records sebagai lembaga tertua yang memberi gelar akademik dan mengenalkan toga pada masyarakat. Universitas ini menggratiskan seluruh pembiayaannya hingga asrama bagi mahasiwa yang belaajr di universitas tersebut.

Khatimah

Selama negara menerapkan sistem kapitalisme dalam mengatur rakyatnya, maka sekolah gratis tak akan terwujud nyata. Karena setiap kebijakan akan diukur dengan besar keuntungan yang akan diraih. Negara juga tidak benar-benar berfungsi sebagai pengurus rakyat tetapi lebih pada fasilitator saja. Kendala dana selalu menjadi alasan utama. Berbeda dengan sistem Islam yang mampu mewujudkan sekolah gratis hingga level universitas karena ditopang dengan sistem ekonomi dan sistem politik. Hanya Islam satu-satunya yang mampu mewujudkan sekolah gratis dan berkualitas untuk rakyatnya.

Wallahu a'lam bish-shawaab. []

Kala Kurenta

Kala kurenta, indahnya dunia terasa sulit kunikmati dan kulihat karena pandanganku mulai kabur. Netraku makin menyempit dan linangan tetes mata mudah bergelayut. Menampilkan onak fatamorgana semu.

Oleh. Andrea Aussie
(Pemred Narasiliterasi.id)

NarasiPost.Com-Kucoba membuka netraku yang terasa berat untuk menyapa dunia. Hawa dingin yang belum beranjak seolah memanjakan tubuhku agar tetap berselimut menikmati keheningan dini hari.Terlebih rasa sakit tulang rusukku yang pernah patah akibat jatuh beberapa tahun lalu terasa menusuk punggungku.

Perlahan kucoba bangkit dari empuknya tempat tidur. Langkah kaki yang terasa berat dan rasa pening luar biasa tetap memaksaku untuk segera bersuci dan menghadap Mihrab-Nya. Menyapa dan memohon ampunan-Nya dalam heningnya sepertiga malam.

Kunyalakan macbook-ku seraya kuembuskan napasku pelan-pelan. Banyak amanah yang harus segera kubenahi dan beberapa masalah yang harus ditangani dengan cepat.. Aih.. terkadang aku merasa lelah saat memikirkannya.

Tangan kananku meraih salah satu iphone-ku. Kucari namanya dan secara perlahan kubaca kembali message yang kuterima kemarin sore.

Mommy, bisakah memilih salah satu gaun kebaya untuk wisudaku? Apakah boleh sekalian untuk acara tunangan?” pesannya.

Deg..!
Ada rasa sembilu menusuk jiwaku. Bulir-bulir kristal bening mulai menetes di pipiku seolah menguak kembali kenangan tentangnya.
Putriku yang terlahir prematur dan hampir terlepas, kini menjelma menjadi seorang sarjana.

Gadis kecilku yang menapak kehidupan penuh kelam dan terjal. Namun, kini berdiri tegak meraih impiannya menjadi seorang peneliti ilmiah.

Nak, model kebaya mana pun yang engkau suka pasti mommy menyukainya. Tapi pilihlah kebaya yang syari. Kebaya yang tidak melukiskan lekuk tubuhmu !” kataku saat dia memaksaku memilih model kebaya yang disodorkan

Sebenarnya banyak model kebaya yang terlihat ribet dan menerawang lekuk badan. Nde nggak suka lho , Mommy ! Nde ingin kebaya yang polos, sederhana, dan anggun!”

Kenapa nggak beli bahannya dan kirim ke tukang jahit sesuai model kebaya yang  ingin kau pakai?

Wah itu. bisa lebih mahal harganya dibandingkan beli dari Shopee.Tahu sendiri kan tukang jahitnya suka getok harga kalau tahu siapa Mommy. Harga satu kebaya bisa lebih dari 1,5 juta!”

“Nak, wisuda itu momen sekali seumur hidupmu setelah kamu lulus kuliah. Jangan pikirkan masalah harganya tapi pikirkanlah mencari busana yang syar’i di acara wisudamu kelak. Coba diskusi dengan Uwa Nena! Beliau pintar sekali memilih berbagai kain!” kataku bijak.

Diam sejenak…
Keheningan menyeruak. Kuurai kembali helai demi helai tentang mimpinya, tangisannya serta kala dia kecewa.

Anakku..
Berulang kali kukatakan betapa bangganya diriku dengan apa yang engkau capai sampai detik ini. Terkadang hati ini tidak percaya. Dua puluh dua tahun bukan waktu yang sebentar. Mengitari titian waktu dan memaknai hitam putihnya hakikat kehidupan.

Putriku..
Jika saja engkau tahu betapa rapuhnya hati ini, Nak! Rasa tercabik perih relung hati, sembilu menusuk nurani. Sebuah kegelisahan dan ketakutanku. Mengingat semua impianmu dan masa depanmu. Aku takut engkau makin jauh dariku, Nak!

Kutahu dan sadar bahwa setiap anak akan tumbuh berkembang hingga suatu saat dia mampu berdiri pada kakinya sendiri. Bahkan, aku harus siap melepasmu kala engkau akan  membangun istanamu sendiri.

Ya.. Pernikahan!
Sebuah mahligai pernikahan yang menuntut kita untuk mempersiapkannya dengan matang. Mahligai yang akan membawamu makin jauh dariku. Mengikuti sang imammu demi meraih cahaya surga-Nya. Apalagi impianmu ingin tinggal di kota besar.

Dan diriku..
Berdiam diri di kota kelahiranmu. Di rumah yang penuh kenangan pahit sebuah kezaliman dalam hidup kita. Menikmati masa-masa tua seorang diri tanpamu. Ah.. rasanya ada luka menganga kalau membayangkannya.

Duhai putriku..
Ketahuilah tubuh ini sudah tak sekuat dulu lagi.. 

Diri ini sudah renta Nak! Kulitku berkeriput bagaikan lukisan benang kusut dalam kanvas. Tangan dan kakiku sudah tidak sekokoh dulu lagi. Sering kali sendi tulang kakiku ngilu, sehingga terasa ringkih saat berjalan. Tubuh pun sering goyah menahan terpaan hidup walaupun semilir angin mencubitnya. Tanganku sudah tidak mampu lagi merengkuhmu. Punggung ini sudah tidak sanggup lagi menahan beban berat, tidak seperti dulu sanggup menggendongmu. Namun Nak, cinta dan hatiku selalu ingin merengkuh dirimu sampai ajalku menjemput

Kumohon Nak..
Kala kurenta, seringlah menengok diriku Nak. Carilah kabar tentangku.. Jangan biarkan diriku hidup sendirian dalam balutan rindu yang berkepanjangan.

Pahamilah Nak..
Kala kurenta, indahnya dunia terasa sulit kunikmati dan kulihat karena pandanganku mulai kabur. Netraku makin menyempit dan linangan tetes mata mudah bergelayut. Menampilkan onak fatamorgana semu.

Baca juga :kala hati harus memilih

Lihatlah diriku Nak.
Kala kurenta, rambut pun makin memutih. Satu persatu gigiku mulai menanggalkannya. Lidahku terasa kelu saat bicara layaknya bayi yang sedang belajar bicara. Tutur kata yang makin luntur seolah mengingatkanku bahwa semua mahluk-Nya akan kembali  luntur ke dalam tanah.

Kala kurenta, Nak..
Memori ingatanku mulai kabur. Ibarat kaset usang yang perlu dibenahi dan memintaku mencatat ulang segalanya. Gelisah hati yang tiada tara berharap rindu yang berujung.

Jangan biarkan diriku menua sendiri, Nak. Diriku takut seperti mereka yang pergi tanpa jejak. Diam sunyi dalam dunia rentanya.

Ingatlah Nak..
Kala diri ini sudah benar-benar pergi selamanya, tak akan ada lagi rengekan mengibamu. Meninggalkan rindu tiada bertepi untukmu. Kumohon, jangan biarkan diri ini sendiri kala kurenta, Nak!
Ingatlah Firman-Nya:

وَوَصَّيْنَا ٱلْإِنسَٰنَ بِوَٰلِدَيْهِ حَمَلَتْهُ أُمُّهُۥ وَهْنًا عَلَىٰ وَهْنٍ وَفِصَٰلُهُۥ فِى عَامَيْنِ أَنِ ٱشْكُرْ لِى وَلِوَٰلِدَيْكَإِلَىَّ ٱلْمَصِيرُ

Artinya: "Dan Kami perintahkan kepada manusia (berbuat baik) terhadap kedua orang tuanya; ibunya telah mengandungnya dalam keadaan lemah yang bertambah, bahkan menyusukan pula selama kurang lebih 2 tahun. Maka dari itu bersyukurlah kepada-Ku dan kepada kedua orang tuamu, hanya kepada-Ku sajalah tempat kamu kembali". (QS. Luqman [31]: 14)

Moderasi Beragama dan Generasi Muda

Rasa takut Barat akan kebangkitan Islam membuat segala macam cara dilakukan, termasuk menggaungkan moderasi beragama terhadap generasi muda.

Oleh. Ni’mah Fadeli
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Anak adalah generasi harapan dan penerus bangsa. Oleh karena itu, sudah semestinya anak tidak hanya menjadi tanggung jawab orang tua, tetapi juga menjadi amanah negara. Anak berhak mendapat perhatian penuh agar tumbuh menjadi pribadi dewasa yang siap meneruskan pembangunan negara menjadi lebih baik dan maju.

Dalam diri anak harus ditanamkan pendidikan agama yang kuat sebagai fondasi utama agar tidak mudah goyah ketika mengarungi bahtera kehidupan. Nilai-nilai yang baik dan benar harus diupayakan diberikan sejak usia dini, baik oleh orang tua, masyarakat maupun negara. Salah satu nilai yang menjadi fokus serta dianggap penting bagi negara adalah pemahaman moderasi beragama pada anak usia sekolah.

Hal ini sebagaimana disampaikan oleh istri presiden, Iriana Joko Widodo dan istri wakil presiden, Wury Ma’ruf Amin. Pesan tersebut disampaikan kepada 500 pelajar di Balikpapan dalam kegiatan bertajuk Sosialisasi Moderat Sejak Dini yang mengangkat tema, “Cinta Tuhan dengan Mencintai Indonesia”. Kegiatan ini turut dihadiri istri menteri Kabinet Indonesia Maju (KIM) yang tergabung dalam Organisasi Aksi Solidaritas Era (OASE) KIM.

Eny Retno Yaqut, istri Menteri Agama Yaqut Cholil Qoumas mengatakan bahwa ada empat pilar moderasi beragama yang perlu disosialisasikan kepada para pelajar, yaitu komitmen kebangsaan, antikekerasan, sikap toleransi, dan penerimaan terhadap tradisi lokal. (detik.com, 11-09-2024)

Moderasi Beragama, Proyek Barat

Cara pandang yang moderat terhadap agama adalah inti dari moderasi beragama. Hal ini diwujudkan dengan tidak berlebihan dalam memahami dan mengamalkan agama itu sendiri. Beberapa tahun terakhir moderasi beragama memang sangat nyata digaungkan oleh pemerintah hingga masuk ke kurikulum pendidikan dan disosialisasikan di berbagai kegiatan.

Sementara itu, berbagai problematika remaja yang saat ini makin marak terjadi, seperti perundungan, seks bebas, tawuran, pornografi, pinjaman online, judi online, dan seterusnya yang sedemikian serius, membutuhkan penanganan segera. Anehnya, yang menjadi fokus pemerintah justru memahamkan betapa pentingnya moderasi beragama untuk para pelajar.

Jika dicermati lebih dalam, segala problem remaja di atas sumbernya adalah karena jauh dari agama. Dengan pemahaman agama yang benar, maka seorang remaja tidak akan melakukan hal-hal yang dilarang agama seperti tersebut di atas.

Selain benteng pribadi, tentu harus ada negara yang menjadi perisai. Hal tersebut tentu sangat sulit terjadi jika negara membiarkan konten kekerasan, pornografi, praktik riba juga judi terus berkembang. Sayangnya, inilah yang terjadi sekarang ketika sistem sekuler kapitalisme menguasai dunia.

Sistem sekuler kapitalisme tak mengenal halal haram. Agama hanyalah sebuah ritual antara manusia pribadi dan Tuhan saja. Olehnya itu, tak patut segala urusan membawa aturan dari Sang Pencipta. Kehidupan harus dijauhkan dari agama karena merasa manusia memiliki kemampuan yang luar biasa.

Moderasi Beragama, Membentuk Toleransi Salah

Di sisi lain, keuntungan materi adalah poros hidup. Oleh karena itu, seberapa pun kerusakan yang ditimbulkan, jika itu menguntungkan dan menambah cuan akan terus dilestarikan. Gaya hidup liberal digencarkan sehingga membuat makin jauhnya manusia dari Sang Pencipta, Allah subhanahu wa ta'ala.

Begitulah, Barat dengan sistem kapitalismenya menguasai dunia saat ini. Rasa takut Barat akan kebangkitan Islam membuat segala macam cara dilakukan, termasuk menggaungkan moderasi beragama terhadap generasi muda. Hal ini agar muslim tetap lelap dan tak menyadari bahwa hanya Islam satu-satunya sistem yang benar untuk mengatur kehidupan.

Baca: bahaya-toleransi-kebablasan/

Pemahaman menjadi sosok moderat dalam beragama dan tak usah terlalu fanatik, menjadi sangat urgen ditanamkan sejak dini. Semuanya dilakukan demi dalih toleransi. Padahal memahami dan menjalankan Islam dengan benar, bukan berarti tidak toleransi. Hanya saja, ada batasan dari Allah sebagai Sang Pencipta dunia dan segala isinya. Manusia sebagai hamba tidak bisa melewatinya dengan menuruti hawa nafsunya saja.

Akidah Kuat Problematika Lewat

Islam memberi tuntunan yang benar kepada manusia dalam memaknai dan menjalani kehidupan karena hidup bukan hanya sekali. Akan ada pertanggungjawaban setelah manusia mati. Oleh karena itu, Allah memberi semua aturan untuk keselamatan manusia itu sendiri.

“Sungguh agama (yang diridai) di sisi Allah hanyalah Islam. Tidaklah berselisih orang-orang yang telah diberi Alkitab kecuali sesudah datang pengetahuan kepada mereka karena kedengkian (yang ada) di antara mereka. Siapa saja yang kafir terhadap ayat-ayat Allah, sungguh Allah sangat cepat hisab-Nya.” (QS. Ali Imran: 19)

Oleh karena itu, Islam menekankan pendidikan akidah bahwa tujuan manusia diciptakan hanya untuk beribadah pada Allah. Setiap perbuatan harus didasarkan pada halal haram yang telah Allah tetapkan.

Selain itu, kebebasan dibatasi oleh syariat, bukan kebebasan tanpa batas yang menuruti hawa nafsu. Tidak menjadikan keuntungan dunia sebagai tujuan, maka negara dengan sistem Islam akan membuat kebijakan sesuai syariat.

Tujuan pendidikan Islam adalah mencetak generasi yang memiliki pola pikir dan pola sikap Islam. Anak yang memiliki kepribadian Islam akan terjaga dari hal-hal yang terlarang dalam agama. Olehnya itu, dengan sendirinya berbagai problem yang berasal dari kemerosotan moral pun tidak akan terjadi.

Khatimah

Berislam secara benar artinya melakukan semua syariat Islam dalam setiap embusan napas yang telah Allah anugerahkan. Artinya, setiap perbuatan pribadi, pergaulan di masyarakat juga aturan negara hanya akan didasarkan untuk meraih rida Allah. Dengan demikian, Islam sebagai rahmatan lil-'alamin dapat dirasakan di seluruh penjuru bumi.
Walllahualam bissawab.[]

Menakar Keampuhan Gentle Parenting

Berbagai problem muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Gaya parenting pun terus up date untuk menjawab masalah kekinian, di antaranya yaitu gentle parenting.

Oleh. Novianti
(Kontributor NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Sebelumnya, parenting atau pola asuh umumnya mewarisi dari bagaimana seseorang dibesarkan oleh orang tuanya tanpa dilandaskan pada banyak teori. Orang tua mulai menyadari butuh ilmu dan skill yang mumpuni ketika mendidik anak makin tidak mudah.

Berbagai problem muncul seiring dengan perkembangan pengetahuan dan teknologi. Banyak persoalan baru yang tidak terjadi pada masa sebelumnya seperti kecanduan alat gadget. Mulailah parenting ramai dibicarakan dan mendapat perhatian. Gaya parenting pun terus up date untuk menjawab masalah kekinian, di antaranya yaitu gentle parenting.

Gentle Parenting

Dikutip dari tempo.co (15-09-2024), psikolog anak dan keluarga Samanta Elsener mengatakan bahwa gentle parenting membantu orang tua dalam mengembangkan kecerdasan emosional, menumbuhkan rasa percaya diri, dan ketahanan anak.

Menurut penemu metodenya, Sarah Ockwell-Smith, anak perlu diberi ruang untuk memilih apa yang akan dilakukan berdasarkan dorongan internal, bukan dari kemauan eksternal. Perilaku atas kesadaran diri membuat anak memaknai setiap keputusan dan tindakannya.

Ada empat pokok pendekatan gentle parenting yakni empati, rasa hormat, pengertian, dan batasan. Peran orang tua sebagai pelatih bukan orang yang menghakimi sehingga membuat anak tidak nyaman.

Empati ditempatkan sebagai aspek pertama dalam implementasi gentle parenting. Dalam membangun komunikasi dengan anak, orang tua harus mempertimbangkan perasaan anak agar bisa menyikapi perilakunya dengan tepat.

Rasa hormat adalah prinsip kedua, yakni orang tua harus menunjukkan sikap hormat dengan mau mendengarkan perasaan dan pikiran anak. Orang tua tidak boleh bersikap reaktif dalam merespons. Ajukan dulu pertanyaan agar orang tua memahami alasan di balik perilaku anak. Setiap keputusan anak harus dihargai dan orang tua tidak boleh memaksakan pendapat.

Prinsip ketiga yaitu pengertian, bermakna memahami bahwa anak berkembang secara bertahap dan memiliki tugas-tugas perkembangan yang meliputi semua aspek perkembangan. Anak dilihat secara utuh sehingga orang tua tidak over ekspektasi terhadap anak.

Prinsip terakhir adalah menegakkan batasan. Anak membutuhkan predictable condition yang dibangun lewat batasan atau aturan. Pada awalnya, biasanya anak menunjukkan pemberontakan tatkala dihadapkan pada aturan yang mengekang keinginan mereka. Akan tetapi, jika aturan disampaikan lewat komunikasi dan diterapkan secara konsisten, hidup anak akan terpola dan justru baik bagi perkembangan anak.

Bukan Solusi

Membesarkan anak saat ini memang menantang kesungguhan orang tua. Inovasi dan perubahan terjadi secara besar-besaran juga fundamental hingga memengaruhi tatanan sosial termasuk komunikasi serta interaksi dalam institusi keluarga.

Sebetulnya, empat prinsip dasar gentle parenting juga menjadi prinsip pendidikan Islam. Islam mengajarkan agar orang tua mendidik anak dengan lemah lembut dan penuh kasih sayang.

Banyak kasus yang berawal dari perlakuan kasar orang tua kepada anak. Ketika anak tidak memperoleh perhatian dan kasih sayang orang tua, mereka akan mencarinya di luar rumah termasuk di media sosial. Anak terlibat narkoba, pergaulan bebas, geng motor, atau kehidupan malam, adalah bentuk pelarian dari hubungan yang tidak harmonis di rumah.

Akan tetapi, kasih sayang bisa berlebihan dan menjerumuskan ketika tidak bersandar pada standar yang kokoh yaitu akidah Islam. Anak diberi ruang yang terlalu bebas, bahkan orang tua merasa bersalah ketika menasihati anak dengan alasan setiap orang memiliki hak asasi.

Anak boleh memilih agama, mau taat pada syariat atau tidak, hingga mencintai sesama jenis pun dianggap sebagai pilihan. Pemaksaan pendapat atau aturan Islam diartikan sebagai pengekangan dan bentuk pelanggaran hak asasi.

Semangat amar makruf nahi mungkar hilang karena orang tua memilih lebih baik damai daripada berkonflik dengan anak. Kepekaan orang tua terhadap alarm bahaya menjadi lemah. Misal, anak belum mau salat di usia 10 tahun, anak perempuan tidak mau berkerudung saat sudah balig. Kemaksiatan dibiarkan karena orang tua lebih mengutamakan kenyamanan anak.

Penerapan gentle parenting tidak didasarkan pada akidah Islam berpotensi melahirkan anak egois, fokus pada kebahagiaan dan kesenangan pribadi, bergaya hidup bebas, dan cenderung tidak mau diatur oleh agama. Ini bertolak belakang dengan doa yang sering orang tua panjatkan yaitu memohon untuk dikaruniai anak qurrotta ‘ayyun atau penyejuk mata.

Parenting Ala Rasulullah

Islam sudah memberikan panduan metode dan cara mendidik anak yang sudah Rasulullah contohkan. Islam memberikan batasan yang jelas tentang hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan. Kenyamanan anak bukan perkara yang diagung-agungkan, bahkan dalam Islam ada bab tentang memberi hukuman kepada anak dalam kondisi tertentu.

Tujuan pendidikan dalam Islam membentuk muslim berkepribadian, pola pikir dan pola sikapnya sesuai tuntunan Islam. Dalam prosesnya, bukan dengan doktrin yang tidak memberikan ruang dialog. Justru keimanan harus lewat proses berpikir agar menjadi iman yang menancap kuat.

Baca: metode-gentle-parenting-vs-parenting-islam

Anak dipahamkan, iman dan ketaatan bagaikan dua sisi mata uang yang tidak bisa dipisahkan. Jika iman, harus taat kepada Allah dengan melaksanakan perintah-Nya dan menjauhi larangan-Nya. Taat bukan beban berat ketika orientasi hidup untuk meraih rida Allah Swt.

Pelaksanaan syariat Islam bukan menjadi target di masa pra tamyiz, cukup sebatas pengenalan dan pembiasaan. Akan tetapi, saat memasuki masa mumayiz, anak harus diajak melaksanakan syariat Islam dalam keseharian terutama yang bersifat wajib dan diberi hukuman jika menolak.

Rasulullah saw. bersabda, “Perintahlah anak-anakmu agar mendirikan salat tatkala mereka telah berumur tujuh tahun. Pukullah karena (tidak mau salat) tatkala mereka telah berumur sepuluh tahun.”

Termasuk dilatih menutup aurat, menjaga pergaulan, berbakti kepada orang tua, dan menghiasi diri dengan akhlak karimah. Sebagai muslim, perbuatan anak terkait dengan ahkamul khamsah. Standar benar dan salah tidak bersifat relatif, tetapi mutlak berdasarkan pada hukum syarak.

Butuh Sistem Islam

Gaya parenting ala Barat yang datang silih berganti bisa membingungkan orang tua yang lemah dalam tsaqofah Islam. Sering kali mereka latah mengikuti dan uji coba model parenting terbaru ditambah fakta permasalahan anak makin bertumpuk dan kompleks.

Akan tetapi, banyak orang tua tidak paham bahwa beratnya mendidik anak saat ini karena kita hidup dalam sistem sekuler kapitalis. Inilah akar masalah yang membuat orang tua terus terengah-engah ketika mendidik anak.

Jika pun orang tua berupaya menerapkan parenting ala Rasulullah, hasilnya tidak bisa optimal. Pendidikan ideal dalam keluarga perlu dukungan negara yang berlandaskan akidah Islam.

Sistem Islam yang mengatur semua aspek bersumber dari hukum Allah, satu-satunya sistem yang mampu melindungi anak dari semua pemikiran yang merusak fitrah. Anak-anak akan tumbuh menjadi generasi terbaik. Pendidikan dalam keluarga sinergi dengan pendidikan oleh negara.

Daripada disibukkan dengan uji coba berbagai gaya parenting ala Barat, lebih baik orang tua kembali merujuk pada parenting Rasulullah. Tidak hanya itu, orang tua ikut berjuang mengganti sistem sekuler kapitalis dengan sistem Islam, solusi yang dijamin keampuhannya menyelesaikan persoalan anak dengan tuntas. []

Fufufafa dan Cacat Politik Demokrasi

Peristiwa akun Fufufafa niscaya terjadi dalam sistem demokrasi yang menjadikan kepentingan sebagai tujuan berpolitik.

Oleh. Arum Indah
(Tim Penulis Inti NarasiPost.Com)

NarasiPost.Com-Fufufafa mendadak trending di platform X beberapa waktu lalu. Fufufafa merupakan nama sebuah akun Kaskus yang banyak membuat status berisi hinaan kepada presiden terpilih Prabowo Subianto. Lucunya, akun ini dicurigai milik wakil presiden terpilih Gibran Rakabuming Raka yang notabene akan menjadi rekan Prabowo dalam menjalankan roda pemerintahan lima tahun ke depan. Wacana liar pun bergulir bebas di media sosial. Tanpa dikomando, netizen saling bekerja sama mengungkap siapa sosok di balik akun Fufufafa. Makin diselidiki, hasilnya makin mengerucut dan menguat pada sosok Gibran.

Bukan tanpa alasan netizen menuding akun Fufufafa adalah milik Gibran. Pasalnya, banyak unggahan status yang sama antara akun Fufufafa di Kaskus dengan akun @Chili_Pari di X. Chili Pari adalah nama usaha kuliner yang dimiliki Gibran. Tidak cukup sampai di situ, akun Telegram bernama Anonymous Indonesia pun turut mengunggah video mengenai upaya seseorang menembus akun Fufufafa dengan memasukkan sebuah nomor telepon. Ketika terbaca oleh Kaskus, tercantum data berupa email dan nomor telepon Chilli Pari di sana.

Nomor telepon yang digunakan untuk menembus akun Fufufafa pun tidak luput dari investigasi. Netizen menyelidiki nomor tersebut di aplikasi Get Contact, hasilnya sesuai dugaan, nama Gibran Rakabuming Raka tertera jelas sebagai pemilik nomor tersebut. Perlu diketahui bahwa aplikasi Get Contact bisa digunakan untuk mengetahui siapa pemilik suatu nomor telepon. Caranya adalah dengan memasukkan nomor telepon dan aplikasi Get Contact akan langsung menampilkan nama pemilik kontak tersebut sesuai dengan yang disimpan di ponsel orang lain.

Akan tetapi, Gibran sepertinya enggan berkomentar panjang. Ketika ditemui oleh awak media, ia justru meminta wartawan untuk bertanya kepada si pemilik akun Fufufafa, padahal pertanyaan wartawan memang ditujukan kepadanya untuk meminta klarifikasi benar tidaknya tudingan netizen.

Seolah ingin menghapus jejak dan meredam kericuhan yang terjadi. Akun Fufufafa malah ketahuan menghapus hampir 2.100 postingan dan akun Telegram Anonymous Indonesia pun sudah tidak bisa diakses karena dituding melanggar hukum yang berlaku di Indonesia. Agaknya ada pihak yang ingin menghapus rekam jejak digital yang ada. Sayangnya, kecanggihan teknologi hari ini membuat segala hal dalam dunia digital dapat ditelusuri dengan sangat mudah.

Di pihak lain, kader Partai Gerindra Sumi Dasco Ahmad ikut berkomentar dan meyakinkan publik bahwa tidak akan ada keretakan hubungan antara Prabowo dan Gibran karena viralnya berita ini. Pihaknya juga mengaku tidak ambil pusing terhadap pemberitaan dan berjanji akan mengungkap sosok asli pemilik akun Fufufafa. (Tempo.co, 14-9-2024)

Akun Fufufafa Penuh Cuitan Sarkasme

Screenshot status akun Fufufafa yang berisi hinaan untuk Prabowo masih beredar luas di media sosial hingga kini. Screenshot itu bahkan telah dibagikan ratusan kali oleh netizen.

Berbagai cuitan akun Fufufafa yang dinilai menghina Prabowo di antaranya tertulis, “Tentara pecatan, cerai, anak melambai, pendukungnya radikal, partai koalisi gak all out mendukung,” juga cuitan lain yang bernada “Istri cerai, anak homo, terus mau lebaran sama siapa?”, dan “Kasihan capres yang anaknya desainer homo”. Status-status ini diunggah pada rentang waktu 2017 dan 2018 lalu. (Liputan6.com, 11-9-2024)

Cuitan sarkasme ini mengarahkan asumsi publik kepada sosok Prabowo. Pasalnya, cuitan ini mengingatkan pada konstelasi politik yang cukup sengit yang terjadi antara Prabowo dan Jokowi pada 2019. Cuitan lainnya pun benar-benar menggambarkan sisi pribadi Prabowo yang memang seorang pensiunan TNI, bercerai dengan istrinya, dan memiliki anak yang merupakan seorang desainer. 

Dahulu Menghina, Sekarang Mesra

Saat ini publik tengah menyaksikan drama perpolitikan yang lucu sekaligus menyedihkan. Masyarakat dapat melihat langsung bagaimana para calon pemimpin saling berebut kepentingan. Mereka rela membuang rasa malu demi merealisasikan tujuan dan kekuasaan. Sedihnya, hampir tidak ada di antara mereka yang benar-benar ingat akan nasib rakyat.

Kita bisa menapak tilas sejarah perpolitikan yang telah terjadi di Indonesia. Pada 2009, Prabowo pernah berkoalisi menjadi pasangan Megawati melawan SBY-Boediono dan Jusuf Kalla-Wiranto. Selanjutnya pada 2014, Prabowo maju dan mengumumkan dirinya menjadi capres, ia pun menjadi rival bagi Jokowi-Jusuf Kalla yang saat itu diusung PDIP, partai yang dimotori Megawati. Pada 2019, perseteruan panas dan sengit terjadi antara Jokowi-Ma’ruf dan Prabowo-Sandiaga. Pilpres 2019 ini bahkan banyak menelan korban jiwa akibat kerusuhan massa.

Namun, siapa nyana, tidak lama setelah pilpres berlangsung, Prabowo justru bergabung dengan pemerintahan Jokowi dan mengambil jatah kursi sebagai Menteri Pertahanan. Publik pun merasa dikhianati dan kecewa dengan langkah Prabowo. Tidak kalah mengejutkan, pada Pilpres 2024 Prabowo justru makin mesra dengan Jokowi. Ia pun kembali melenggang maju menjadi capres dengan menggandeng Gibran sebagai wakilnya. Ya, panggung politik saat ini memang tidak lebih dari sekadar simbiosis mutualisme untuk memperoleh kekuasaan.

Fufufafa Bukti Cacat Politik Demokrasi

Kisah Fufufafa dan perjalanan pilpres di Indonesia hanya sedikit contoh dari sekian banyak peristiwa yang terjadi. Demokrasi telah menjadikan budaya menjilat ludah sendiri sebagai budaya yang lumrah dalam kancah perpolitikan. Yang dahulunya lawan, tidak menutup kemungkinan untuk menjadi kawan. Yang dahulunya musuh bebuyutan, sangat bisa menjadi rekan yang saling membutuhkan.

Demokrasi memang tidak seindah harapan rakyat. Sistem yang berasaskan manfaat ini telah tampak kecacatannya dari lahir. Selama sistem ini masih digunakan sebagai landasan perpolitikan, maka akan terus kita saksikan drama “pindah sana pindah sini” dan “tunggang sana tunggang sini” demi mengakomodasikan kepentingan para oligarki.

Apakah demokrasi akan berpihak kepada rakyat? Tidak. Demokrasi tidak lain dan tidak bukan merupakan alat para oligarki untuk memuluskan kepentingan mereka. Lihat saja perpolitikan Indonesia, lakon perpolitikannya hanya beberapa orang saja dan terus berputar-putar di lingkaran yang sama.  Rakyat hanya menjadi korban dari penerapan demokrasi. Suara rakyat hanya dibutuhkan saat pemilu, selebihnya para oligarki yang memegang kuasa.

Kesempurnaan Sistem Islam

Berbeda dengan demokrasi yang menjadikan manfaat sebagai tolok ukur dalam perbuatan, Islam menjadikan halal dan haram menjadi tolok ukur perbuatan. Dalam kancah politik Islam, kita tidak akan menjumpai fenomena sebagaimana yang terjadi dalam demokrasi hari ini. Para elite politik Islam hanya akan bekerja untuk kesejahteraan umat, bukan untuk konglomerat. Hukum yang akan diterapkan di tengah-tengah masyarakat hanya hukum Islam, bukan hukum buatan manusia.

Selain itu, Islam juga telah menetapkan standar calon pemimpin dan wajib dipenuhi bagi siapa saja yang ingin menjadi pemimpin. Tidak perlu ada cemoohan antara satu calon dengan calon yang lain. Tidak akan ada juga ujaran kebencian di antara pendukung para calon sebab apa pun latar belakang calon pemimpin, tujuan mereka nantinya hanya satu, yakni menerapkan Islam kaffah. Penerapan hukum syariat juga akan menihilkan politik kepentingan.

Syarat calon pemimpin yang telah ditetapkan hukum syariat juga menjadi garis batas yang tidak bisa diubah sesuka hati oleh pihak-pihak tertentu. Lebih dari itu, kedudukan pemimpin dalam Islam bukanlah sebatas prestise dan bukan pula ajang untuk menambah kekayaan. Akan tetapi, kepemimpinan dalam Islam adalah tanggung jawab. Seorang pemimpin harus siap mengemban amanah dan bertanggung jawab atas seluruh kondisi rakyatnya. Seorang pemimpin kelak akan dimintai pertanggungjawaban di hadapan Allah dalam hal apa pun.

Baca juga :isu-kebijakan-program-pemerintah-menuai-kontra/

Sistem Islam juga akan meniscayakan rakyat dan pemimpin yang saling mencintai, bukan saling mencaci. Allah memerintahkan kepada para pemimpin untuk memimpin rakyatnya dengan hukum Islam. Pada saat yang sama, Allah memerintahkan rakyat untuk taat kepada pemimpin yang berpegang teguh kepada hukum syarak. Rasulullah bersabda,

Sebaik-baik pemimpin adalah yang kamu cintai dan mencintai kamu, kamu berdoa untuk mereka dan mereka berdoa untuk kamu. Seburuk-buruk pemimpin adalah yang kamu benci dan membenci kamu, kamu melaknati mereka dan mereka melaknati kamu.” (HR. Muslim)

Khatimah

Peristiwa akun Fufufafa niscaya terjadi dalam sistem demokrasi yang menjadikan kepentingan sebagai tujuan berpolitik. Tidak mengherankan jika para elite politik yang awalnya saling sikut untuk menjatuhkan, bisa saling berangkulan dan bergandengan di kemudian hari.

Peristiwa akun Fufufafa juga tidak akan ditemui dalam sistem politik Islam sebab Islam menihilkan konflik kepentingan dan tidak akan ada lobi-lobi para pejabat. Saat Islam diterapkan dalam bingkai Khilafah Islamiah, para pemimpin hanya akan fokus untuk menciptakan kesejahteraan rakyat.

Wallahua'lam bishawab. []

Membangun Rumah Sendiri, Apakah Kena Pajak?

Di saat rakyat berjuang untuk membangun rumah sendiri, pemerintah malah menambah beban rakyat dengan menarik pajaknya.

Oleh. Dewi Putri Lestari
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Membangun rumah sendiri sering kali dianggap sebagai solusi yang lebih hemat dibandingkan membeli rumah jadi. Namun, muncul pertanyaan: Apakah membangun rumah sendiri dikenakan pajak?

Undang-Undang Nomor 7 Tahun 2021 tentang Harmonisasi Peraturan Perpajakan (UU HPP) tidak hanya mengatur kenaikan Pajak Pertambahan Nilai (PPN) menjadi 12 persen pada tahun 2025, tetapi juga mencakup kenaikan tarif PPN atas kegiatan Membangun Rumah Sendiri (KMS), dari yang sebelumnya 2,2 persen menjadi 2,4 persen, berlaku mulai 1 Januari 2025 (tirto.id, 13/9/2024).

Dalam undang-undang tersebut diamanatkan bahwa tarif PPN naik menjadi 12 persen selambat-lambatnya pada 1 Januari 2025. Pasal 7 Ayat (1) menyatakan: “Tarif Pajak Pertambahan Nilai yaitu: a. sebesar 11 persen yang mulai berlaku pada tanggal 1 April 2022, b. sebesar 12 persen yang mulai berlaku paling lambat pada tanggal 1 Januari 2025.” Ketentuan ini termasuk untuk pembelian rumah serta membangun rumah sendiri tanpa menggunakan jasa kontraktor.

Beberapa syarat harus dipenuhi agar pembangunan rumah dikenakan PPN, di antaranya: konstruksi utamanya terdiri dari kayu, beton, pasangan batu bata atau bahan sejenis, dan/atau baja; diperuntukkan bagi tempat tinggal atau kegiatan usaha; serta luas bangunan yang dibangun minimal 200 meter persegi (CNN Indonesia, 15/9/2024).

Rumah adalah kebutuhan dasar yang harus dimiliki masyarakat. Banyak orang yang tidak memiliki rumah atau memiliki rumah tetapi tidak layak huni. Bagi mereka, membeli rumah memerlukan biaya besar, sementara harga material bangunan terus meningkat. Sayangnya, tidak ada kebijakan negara yang benar-benar meringankan beban rakyat, termasuk melalui penerapan pajak.

Membangun Rumah Sendiri Kena Pajak

Sistem ekonomi kapitalisme dianggap gagal dalam menyediakan lapangan pekerjaan dan upah yang layak bagi rakyat. Upah yang didapat tidak memungkinkan rakyat untuk membangun rumah. Pemerintah terlihat berlepas tangan dalam menjamin kebutuhan perumahan, dan penerapan pajak dipandang sebagai keharusan karena sumber pendapatan utama negara kapitalis berasal dari pajak.

Alih-alih mendukung rakyatnya untuk memiliki rumah, di saat rakyat berjuang sendiri untuk membangun tempat tinggal nyaman, pemerintah malah menambah beban rakyat dengan membebani pajak. Sungguh terlalu, pelayanan seharusnya menjadi napas dalam pengurusan urusan umat. Faktanya, mereka menjadikan untung-rugi sebagai landasannya.

Solusi dalam Sistem Islam

Dalam sistem ekonomi Islam, kesejahteraan rakyat dijamin secara adil. Negara bertanggung jawab menyediakan lapangan pekerjaan dengan gaji layak sehingga rakyat bisa hidup sejahtera. Negara juga menjamin ketersediaan rumah melalui kebijakan yang memudahkan rakyat untuk memiliki rumah, misalnya dengan menjaga stabilitas harga rumah, tanah, dan material bangunan sehingga biaya pembangunan rumah menjadi terjangkau.

Dalam sistem Islam, negara (Khilafah) menyediakan rumah subsidi bagi rakyat melalui dua mekanisme. Pertama, agar rakyat memiliki rumah maka kewajiban negaralah yang menyediakan rumah murah atau bahkan gratis. Kedua, negara mensubsidi biaya pembangunan rumah sehingga rakyat yang memiliki tanah tidak kesulitan membangun rumah.

Kepemilikan Tanah

Mengenai kepemilikan tanah, rakyat tidak harus membeli tanah untuk memilikinya. Hal ini karena Khilafah memudahkan rakyat memiliki tanah dengan menerapkan beberapa kebijakan:

Pertama, tanah yang tidak digarap lebih dari tiga tahun akan disita negara dan diberikan kepada yang membutuhkan. Rasulullah saw. bersabda, “Siapa saja yang memiliki tanah, garaplah tanah itu atau berikan kepada orang lain. Jika tidak, sitalah tanahnya.” (HR. Bukhari)

Kedua, tanah dapat dimiliki melalui ihya (menghidupkan tanah mati). Rakyat tidak harus membeli tanah untuk dapat memilikinya. Mereka bisa memiliki tanah dengan cara menghidupkan tanah yang mati. Rakyat hanya perlu mengeluarkan tenaga untuk menghidupkan tanah yang mati tanpa harus mengeluarkan sejumlah uang. Dari situ mereka memperoleh tanah untuk membangun rumah dengan menggarap atau mendirikan bangunan di atasnya. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang menghidupkan tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR. Bukhari)

Ketiga, rakyat bisa memiliki tanah secara gratis dan legal dengan cara memagari tanah yang terlantar. Rasulullah saw. bersabda, “Barang siapa yang memagari tanah mati, maka tanah itu menjadi miliknya.” (HR. Ahmad)

Keempat, negara juga dapat memberikan tanah kepada rakyat melalui kebijakan iqtha’, yaitu pemberian tanah oleh negara untuk pembangunan rumah di atas tanah tersebut.

Jaminan bagi Rakyat

Negara dalam sistem Khilafah mampu menjamin kepemilikan rumah bagi rakyat karena baitulmal Khilafah memiliki sumber pendapatan dari kepemilikan umum, seperti tambang, hasil laut, hasil hutan dan sebagainya. Dengan adanya pemasukan negara yang besar, negara tidak membutuhkan pajak dan tidak akan membebani rakyat dengan pajak, kecuali dalam kondisi tertentu yang bersifat sementara, serta hanya dikenakan kepada orang kaya dari kalangan laki-laki saja.

Inilah jaminan kesejahteraan yang diberikan kepada rakyat agar bisa memiliki rumah tanpa harus mengeluarkan biaya besar. Sistem Khilafah adalah sistem yang berlandaskan ketakwaan kepada Allah Swt. dan berfokus pada kesejahteraan seluruh rakyat, bukan hanya golongan tertentu. Oleh karena itu sudah selayaknya sebagai muslim harus memperjuangkan agar sistem ini kembali ditegakkan.

Wallahu a’lam bish-shawab.

SK Pengangkatan Digadai ke Bank, Dianggap Lazim?

Gadai SK adalah sistem pembayaran yang menggunakan SK pengangkatan sebagai PNS, sebagai jaminan untuk memperoleh dana pinjaman.

Oleh. Tami Faid
(Kontributor Narasiliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Viral tentang adanya tindakan sejumlah anggota DPRD di Jawa Timur yang baru dilantik dua hari sudah melakukan pinjaman uang ke bank dengan menggadaikan SK Pengangkatan. Mereka bisa meminjam uang hingga sebesar 500 juta. Ada beberapa alasan mereka melakukan pinjaman uang ke bank yaitu, untuk menutupi biaya politik yang mahal setelah melakukan kampanye dalam pemilihan Legislatif 2024 dan untuk memenuhi kebutuhan hidup khususnya kehidupan hedonis atau kehidupan mewah. (detik.com, 7 September 2024)

Fenomena maraknya tradisi budaya gadai SK Pengangkatan yang dilakukan para anggota DPRD, merupakan kejadian yang berulang setiap tahunnya. Fenomena ini dianggap wajar oleh beberapa pihak. Namun, kondisi ini menimbulkan kekhawatiran tentang integritas wakil rakyat terhadap tugas dan tanggung jawab mereka. Ketua DPRD Jawa Timur Anik Maslachah, mengatakan bahwa menggadaikan SK adalah hak setiap masing-masing anggota dewan. Keputusan menggadaikan SK dan untuk keperluan apa adalah privasi dari setiap anggota dewan. (liputan6.com, 12 September 2024)

Situasi ini rawan korupsi dan justru akan terjadi penyalahgunaan wewenang. Mereka akan menganggap bahwa dengan adanya SK bisa melakukan kesenangan atau menyejahterakan dirinya sendiri dan keluarga tanpa ada rasa khawatir tentang keuangan. Mereka lupa dengan tanggung jawab yang diembannya untuk menuntaskan persoalan yang ada di masyarakat.

Apa itu Gadai SK PNS?

Gadai SK adalah sistem pembayaran yang menggunakan SK pengangkatan sebagai PNS, sebagai jaminan untuk memperoleh dana pinjaman.

Adapun persyaratan penggadaian SK bagi PNS sebagai berikut:

  1. Warga negara Indonesia dan berdomisili di Indonesia
  2. Minimal usia 21 tahun atau sudah menikah maksimal sebelum memasuki usia pensiun pada saat kredit lunas.
  3. Penghasilan tetap minimum tiga juta.
  4. Perusahaan atau instansi telah bekerja sama dengan bank yang bersangkutan.
  5. Dokumen formula aplikasi, salinan e-ktp, dan SK Pengangkatan.

Kebijakan Pemerintah Terhadap Penggadaian SK

Pemerintah dalam hal ini memfasilitasi para anggota dewan rakyat untuk bisa meminjam uang dengan mudah. Seharusnya pemerintah mengedepankan memakmurkan rakyat terlebih dahulu bukan malah memakmurkan para pejabat dengan kehidupan mewah. Pemerintah juga seharusnya membatasi para bawahannya untuk hidup hedonis.

Gadai SK Bobroknya Demokrasi

Fakta anggota DPRD melakukan penggadaian setelah pelantikan merupakan gambaran bobroknya sistem demokrasi. Seusai pelantikan, seharusnya anggota dewan rakyat memikirkan persoalan rakyat bukan malah memikirkan bagaimana mendapatkan uang untuk membayar utang setelah melakukan kampanye legislatif. Sedangkan kampanye itu sendiri berbiaya mahal untuk mendapatkan kursi legislatif. Bahkan untuk mengembalikan uang kampanye anggota dewan rakyat bisa melakukan korupsi.

Demokrasi Adalah Sistem Kufur

Sistem demokrasi yang berasal dari buah pemikiran manusia adalah sistem kufur. Sistem ini lebih cenderung menguntungkan pihak yang pengusaha dan penguasa. Bahkan, sistem ini juga membuat orang berpikiran liberal dan pragmatis.

Demokrasi merupakan sistem yang memisahkan agama dari kehidupan sehingga tidak ada pengaturan yang berhubungan dengan syariat, seperti meminjam uang di bank dengan jaminan surat SK merupakan suatu utang riba. Penggadaian SK pengangkatan memiliki bunga yang tinggi. Sedangkan Islam melarang pinjaman yang ada unsur riba.

Allah berfirman dalam surah Ali Imran ayat 130 yang artinya,

”Wahai orang-orang yang beriman janganlah kamu memakan riba dengan berlipat ganda dan bertakwalah kepada Allah agar kamu beruntung.”

Bagaimana para wakil rakyat tersebut bisa melakukan perubahan, jika diawali dengan sesuatu yang dilarang atau melanggar aturan Allah? Bagaimana mereka memimpin rakyat dan menyejahterakan rakyat jika para bawahan atau para wakil rakyatnya tidak amanah dan terlibat utang riba?

Rasulullah bersabda,
”Imam itu adalah laksana penggembala, dan dia akan dimintai pertanggungjawaban akan rakyat.” (HR Imam Al Bukhari dan Imam Ahmad dan sahabat Abdullah bin Umar ra.)

Inilah sistem demokrasi yang membuka lebar jalan bagi negara ini untuk makin sekuler dan liberal, serta tidak bersandarkan pada halal-haram. Cepat atau lambat akan tampak kerusakan akibat sistem demokrasi. Kehidupan tentunya semakin sulit dan persoalan semakin kompleks.

Baca: Gadai SK, Tradisi Miris Abdi Negara

Pandangan Islam

Dalam sistem Islam, pemimpin adalah orang yang amanah dan dapat meriayah umatnya beserta para bawahannya. Sistem ini dalam mengatur negara sesuai dengan hukum syarak atau menerapkan sistem Islam secara kaffah. Oleh karena itu, negara mengharamkan pinjaman yang berbunga. Negara menjamin kesejahteraan umatnya di mana tidak akan ada meminjam uang di bank yang ada unsur bunga karena negara menerapkan sistem ekonomi Islam.

Semua kebutuhan rakyat akan terpenuhi begitu juga dengan para pegawai pemerintah. Negara memiliki baitulmal untuk mencukupi kebutuhan umat. Pemasukan baitulmal berasal dari sumber daya alam, fai, jizyah, dan kharaj. Negara betul-betul memanfaatkan baitulmal untuk pembangunan negara dan menyejahterakan rakyat. Bagi rakyat yang ingin pinjam untuk modal usaha akan diberikan tanpa ada unsur bunga. Bagi yang belum bekerja akan diberikan lapangan pekerjaan dengan mendirikan pabrik.

Sistem Islam menjadikan pemimpin dan bawahannya amanah. Dengan kepemimpinan yang amanah dan menerapkan aturan-aturan sesuai syarak, maka akan segera terwujud kesejahteraan rakyat, makmur, dan negara aman sentosa.

Wallahualam bissawab. []

Maulid Nabi, Bukan Hanya Seremonial

Maulid Nabi penting untuk membuktikan cinta kita kepada Rasulullah dengan menggelorakan semangat untuk kembali pada syariat.

Oleh. Puput Ariantika, S.T.
(Kontributor Narasiliterasi.id).

NarasiLiterasi-Peristiwa maulid Nabi sangat penting bagi kaum muslim sebagai pengingat lahirnya seorang manusia mulia, yaitu Muhammad saw. Beliau lahir pada tahun ketika tentara bergajah menyerang untuk menghancurkan Ka'bah. Pasukan yang dipimpin oleh Abrahah itu mengalami kegagalan dan diluluhlantakkan oleh burung Ababil dengan batu panas. Kelahiran Nabi juga ditandai dengan padamnya api yang disembah kaum Majusi. Peristiwa ini menjadi tanda sinar fajar kehidupan dan kejayaan Islam akan datang.

Maulid Nabi Muhammad saw. memiliki nilai tersendiri di hati kaum muslim. Ada banyak cara untuk merayakan hari kelahiran Nabi tercinta. Terkhusus di Indonesia, perayaan ini dilakukan oleh berbagai lapisan masyarakat. Mulai dari pesantren, sekolah, dan masyarakat. Bahkan Indonesia telah menetapkan maulid Nabi, yaitu 12 Rabiulawal, sebagai hari libur nasional.

Ada banyak perbedaan pendapat di kalangan para ulama terkait kebolehan perayaan maulid Nabi Muhammad saw., mengingat bahwa perayaan ini tidak pernah dicontohkan oleh Rasulullah saw. Oleh sebab itu, sejarah tentang awal mula perayaan ini menjadi hal yang sangat menarik untuk diungkapkan. Bagaimana seharusnya sikap kaum muslim terhadap perayaan maulid Nabi saw.?

Perayaan Maulid Nabi pada Masa Abbasiyah

Perayaan maulid Nabi mulai dilakukan pada masa Kekhalifahan Abbasiyah. Dalam buku Sejarah Maulid Nabi karya Ahmad Tsauri yang isinya merujuk dari kitab Wafa'ul Wafa bi Akhbar Darül Mustafa karya Nuruddin Ali bahwa pada masa Kekhalifahan Abbasiyah terdapat tokoh perempuan yang sangat berpengaruh selama masa pemerintahan tiga khalifah. Beliau adalah Khaizuran, istri dari Khalifah Muhammad al-Mahdi bin al-Mansur sekaligus ibu dari Khalifah Musa al-Hadi dan Khalifah Harun ar-Rasyid.

Khaizuran datang ke Madinah dan memerintahkan seluruh penduduk Madinah untuk melakukan perayaan maulid Nabi di Masjid Nabawi. Ia kemudian bertolak ke Makkah untuk melakukan hal yang sama. Khusus penduduk Makkah, perayaan maulid Nabi dilakukan di rumah masing-masing. Perayaan maulid Nabi dilakukan agar ajaran, teladan, dan kepemimpinan Nabi Muhammad saw. bisa terus menginspirasi warga Arab dan kaum muslim. (nu.or.id)

Perayaan Maulid Nabi Masa Fathimiyah

Perayaan maulid Nabi juga dilakukan oleh Daulah Fathimiyah di Mesir. Al-Maqrizi dalam kitab Mawa'iz al-I'tibar fi Khitat Misr wa al-Amsar mengatakan bahwa perayaan maulid Nabi dilakukan oleh Daulah Fathimiyah yang diperintah oleh Syiah Ismailiyah. Perayaan dilakukan pada13 Rabiulawal oleh Sultan Al-Muzhafar dengan membagikan 6 ribu dirham, 40 piring kue, gula-gula, karamel, madu, minyak wijen, dan 400 liter manisan kepada seluruh masyarakat.

Selain perayaan maulid Nabi, penguasa Daulah Fathimiyah juga menggelar beberapa perayaan, seperti maulid Ali bin Abi Thalib, maulid Fathimah, maulid Hasan bin Ali, maulid Husain bin Ali, dan maulid sultan yang berkuasa saat itu. Bahkan banyak perayaan-perayaan lain yang dilakukan oleh Daulah Fathimiyah, seperti perayaan hari pertama bulan Rajab, Syakban, dan Ramadan. (Liputan6.com, 8-9-2024)

Perayaan Maulid Nabi Masa Ayyubiyah hingga Utsmani

Setelah Daulah Fathimiyah di Mesir runtuh, pemerintahan dipegang oleh Daulah Ayyubiyah yang dipimpin oleh Sultan Salahuddin al-Ayyubi. Pada masa pemerintahan Sultan Salahuddin, perayaan maulid Nabi tetap dilakukan dan menghapus perayaan-perayaan maulid yang lain. Pada masa itu kaum muslim juga sedang menghadapi perang melawan tentara Salib sehingga perayaan ini dinilai sangat penting untuk membangkitkan semangat jihad kaum muslim.

Perayaan maulid Nabi selanjutnya dilakukan oleh penguasa Mamluk di Mesir. Perayaan dilakukan dengan penuh kebesaran di pelataran benteng Kairo. Di situ juga didirikan tenda yang sangat besar dan dihiasi dengan sangat indah. Sultan membagikan pundi-pundi dan kue-kue pada masyarakat.

Masa kepemimpinan berlanjut hingga masuk pada era kekuasaan Kekhalifahan Utsmaniyah. Perayaan maulid Nabi pada masa Utsmaniyah dilakukan dengan berpuasa dan menghiasi masjid-masjid dengan berbagai lampu. Para sufi punya peran penting dalam menjadikan perayaan tersebut penuh warna. Tepat pada 1912, Khilafah Utsmaniyah menetapkan 12 Rabiulawal sebagai hari libur nasional. Hal ini diikuti oleh berbagai negara di dunia hingga sekarang.

Bukan Sekadar Seremonial

Perayaan maulid Nabi yang dilakukan oleh kaum muslim adalah wujud kerinduan kepada Baginda Rasulullah saw. dan ajarannya. Namun, saat ini kita hidup dalam sistem sekuler sehingga perayaan tersebut hanya sebatas seremonial. Bahkan hanya menghabiskan dana dan waktu saja tanpa berefek pada perbuatan kaum muslim.

Sesungguhnya maulid Nabi bukanlah merayakan hari ulang tahun, tetapi mengenang momentum kelahiran Beliau agar lebih memfokuskan mata hati kita terhadap sosok yang telah berjasa dalam kehidupan dan peradaban. Nabi Muhammad saw. adalah satu-satunya model dan teladan terbaik dalam kehidupan. Allah Swt. berfirman,

لَقَدْ كَانَ لَكُمْ فِيْ رَسُوْلِ اللّٰهِ اُسْوَةٌ حَسَنَةٌ لِّمَنْ كَانَ يَرْجُوا اللّٰهَ وَالْيَوْمَ الْاٰخِرَ وَذَكَرَ اللّٰهَ كَثِيْرًاۗ

"Telah ada pada (diri) Rasulullah itu suri teladan yang baik bagi kalian, (yaitu) bagi kalian yang mengharapkan (rahmat) Allah Swt. dan (kedatangan) Hari Akhir dan dia banyak menyebut nama Allah." (QS. Al-Ahzab: 21)

Rasulullah saw. adalah manusia dengan akhlak terbaik dan satu-satunya dalam sejarah yang berhasil dalam bidang agama dan dunia. Rasulullah telah menyampaikan ajaran agama dengan sempurna dan menerapkannya dalam sebuah negara. Beliau telah menyatukan berbagai suku dan bangsa dalam kehidupan di bawah naungan Islam. Bahkan Sir George Bernard Shaw, seorang tokoh Barat telah memuji Rasulullah saw. dengan mengatakan, “Saya yakin, Jika Muhammad saw. memegang kekuasaan tunggal di dunia modern saat ini, Dia akan berhasil mengatasi permasalahan yang sedemikian rupa sehingga membawa kedamaian dan kebahagiaan yang dibutuhkan dunia."

Sebagai kaum muslim, sudah sepatutnya ketika kita merayakan maulid Nabi, kita menyadari bahwa hidup kita harus sesuai dengan yang dicontohkan oleh Rasulullah saw., yaitu kehidupan yang diatur oleh syariat Islam, bukan sekadar perayaan tanpa arti.

Makna Mencintai Nabi

Maulid Nabi adalah momentum untuk mengungkapkan cinta kaum muslim kepada Nabi Muhammad saw. dengan berbagai acara perayaan. Namun, cinta itu sekarang hanya sebatas lisan tanpa disertai sikap dan perbuatan yang sesuai ajaran Rasulullah saw. Kalaupun ada, kita hanya mencontoh Rasulullah saw. sebatas hal-hal yang biasa dilakukan oleh manusia, seperti makan menggunakan tiga jari, tidur miring ke kanan, dan minum dengan posisi duduk. Semua itu adalah sunah, tetapi ada yang lebih penting dan wajib untuk dicontoh dari Rasulullah saw., yaitu perjuangannya dalam menyampaikan dakwah Islam hingga manusia hidup dalam tatanan syariat Islam.

Syariat Islam telah diterapkan selama 13 abad lebih dalam konstitusi kenegaraan dan dihapuskan pada 1924 sehingga kaum muslim hidup dalam sistem sekuler. Sekularisme telah menyingkirkan syariat Islam dari kehidupan. Oleh karena itu, ketika kita mengaku mencintai Nabi Muhammad saw., wujud cinta kita adalah dengan memperjuangkan kembali syariat dalam kehidupan. Namun, perlu disadari bahwa syariat Islam tidak bisa diterapkan dalam negara dengan bingkai sekuler, tetapi syariat Islam harus diterapkan dalam bingkai Daulah Islam (Khilafah).

Baca: Menyikapi Pesan Kunjungan Paus

Dalam mewujudkan Khilafah, kita harus mengerahkan segala daya dan upaya secara totalitas. Inilah yang disebut dengan dakwah untuk melanjutkan kehidupan Islam. Jalan yang ditempuh oleh Rasulullah dan para sahabat. Maka kita harus memberikan yang terbaik untuk perjuangan ini atas nama cinta kepada Rasulullah Muhammad saw. Abu Abdillah al-Quraisy dalam Risalah Qusyariyyah mengatakan, "Hakikat cinta adalah engkau memberikan semua yang ada pada dirimu kepada orang yang engkau cintai sehingga tidak tersisa sedikit pun untukmu."

Jelaslah bahwa momentum maulid Nabi sangat penting untuk mewujudkan semangat dan membuktikan cinta kita kepada Rasulullah dengan menggelorakan semangat untuk kembali pada syariat dalam bingkai Khilafah. Wallahua'lam bishawab.[]

Jakarta Jadi Kota Global, Mampukah?

Jakarta digadang-gadang akan menjadi pusat perekonomian di Asia Tenggara dan membawa kemajuan. Ini hanyalah omong kosong belaka ketika masih mengandalkan investasi.

Oleh. Siti Komariah
(Kontributor Narasliterasi.id)

Narasiliterasi.id-Jakarta merupakan ibu kota negara Indonesia, tetapi tidak lama lagi ia akan melepas statusnya tersebut disebabkan ibu kota negara akan berpindah ke Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur. Bahkan Jakarta akan dipersiapkan menjadi kota global yang siap bersaing di panggung internasional dan 20 tahun mendatang ia siap menjadi pusat pertumbuhan ekonomi di kawasan Asia Tenggara.

Hal ini sebagaimana diungkapkan oleh Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, Jakarta akan menjadi kota global setelah pemerintah pusat siap untuk memindahkan status ibu kota negara ke IKN. (tempo.co, 07-09-2024). Lantas, apa itu kota global? Menurut profesor sosiologi di Columbia University, New York City, AS Saskia Sassen, kota global adalah pusat perkotaan yang memiliki fungsi sebagai simpul utama (key node) dalam sistem perekonomian dunia.

Jakarta diyakini memiliki potensi untuk menjadi kota global. Hanya saja untuk mewujudkan ambisi tersebut memerlukan dana fantastis sebab untuk menjadi kota global harus memenuhi beberapa kriteria. Misalnya, infrastruktur transportasi yang terus berkembang, tempat huni yang nyaman, ekonomi mapan, lingkungan yang bersih, dan lainnya. Sedangkan Indonesia masih jauh dari kriteria tersebut. Lantas, dari mana sokongan dana untuk proyek tersebut?

Investasi, Sebuah Solusi?

Menurut Penjabat Gubernur DKI Jakarta Heru Budi Hartono, untuk mempersiapkan Jakarta sebagai kota global maka dibutuhkan anggaran jumbo, yaitu Rp600 triliun. Anggaran ini lebih besar daripada anggaran yang digunakan untuk membangun Ibu Kota Nusantara (IKN) di Kalimantan Timur, yaitu sebesar Rp466 triliun.

Heru juga menjelaskan, anggaran ini nantinya digunakan untuk mendukung percepatan pembangunan infrastruktur di Jakarta. Hanya saja, anggaran yang begitu fantastis ini tidak mampu ditopang oleh Anggaran Pendapatan dan Belanja Daerah (APBD). Hal ini dikarenakan APBD Jakarta hanya sekitar Rp80 triliun per tahunnya.

Menurut Heru, anggaran yang begitu fantastis ini akan ditopang dari dana investasi, baik dari dalam negeri maupun luar negeri. Oleh karena itu, kini mereka terus berusaha untuk merawat iklim investasi agar tetap berkembang dan ramah terhadap para investor sehingga mereka betah berinvestasi di negeri ini (ekonomi.bisnis.com, 06-09-2024).

Investasi dalam Kapitalisme

Investasi merupakan sebuah keniscayaan dalam pembangunan sebuah kota dan infrastruktur di negeri yang menerapkan sistem kapitalisme. Hal ini karena mereka beranggapan bahwa investasi merupakan faktor utama untuk membantu negeri ini mencapai tujuannya, yaitu kemajuan ekonomi bangsa yang ditandai dengan pesatnya perkembangan pembangunan infrastruktur. Dengan mengandeng para investor, mereka beranggapan akan mendapatkan keuntungan yang besar dan dapat memajukan Indonesia.

Hanya saja, anggapan tersebut merupakan sebuah tipu muslihat untuk mengelabui masyarakat atas rusaknya pengelolaan pembangunan dalam sistem kapitalisme. Investasi dalam sistem kapitalisme sejatinya hanya membawa malapetaka bagi masyarakat, bukan sebuah kemaslahatan. Lihat saja, besarnya investasi yang masuk dari tahun ke tahun dalam sebuah pembangunan di negeri, baik pembangunan jalan tol, pembangunan pariwisata, dan infrastruktur lainnya, atau pembangunan kota, seperti IKN tidak memberikan dampak positif bagi kemaslahatan masyarakat. Masyarakat justru menderita dan kehilangan mata pencahariannya akibat pembangunan infrastruktur tersebut.

baca: Indonesia jadi negara maju, mungkinkah?

Hal ini dikarenakan investasi dalam sistem kapitalisme dilakukan atas dasar untung dan rugi. Apa pun yang dilakukan para investor hanya untuk mendapatkan keuntungan bagi diri mereka sendiri dan para sekutunya. Oleh karenanya, mereka tidak akan ragu-ragu untuk menumbalkan masyarakat demi meraih keuntungan.

Di sisi lain, investasi dalam pembangunan infrastruktur maupun kota di negara kapitalis disebabkan mereka tidak memiliki pijakan pemasukan yang kukuh untuk membangun negerinya. Pemasukan APBN dari utang dan pajak tidak cukup kuat, bahkan cenderung defisit untuk menopang biaya pembangunan negeri ini dan menjalankan roda pemerintahan.

Dalih Pembangunan

Oleh karenanya, mereka senantiasa mengundang pihak lain untuk mengelola dan membangun negerinya tersebut dengan dalih investasi. Padahal investasi dari negara lain justru menggerogoti kedaulatan negara dan memandulkan tanggung jawab penguasa sebagai pengurus urusan rakyat. Mengapa demikian? Sebab pembangunan untuk kemaslahatan rakyat harusnya menjadi tanggung jawab negara, bukan pengusaha ataupun investor. Namun, dengan adanya investor, tanggung jawab tersebut berpindah ke tangan mereka dan menjadikan negara dan penguasa hanya berfungsi sebagai regulator.

Di sisi lain, dalam prinsip sistem kapitalisme tidak ada sesuatu yang gratis. Semua harus memberikan keuntungan kepada mereka, begitu juga investasi. Mereka mau berinvestasi, tetapi jelas ada sejumlah syarat yang wajib dipenuhi oleh negeri ini. Syarat itulah yang nantinya akan menghilangkan kedaulatan negara karena penguasa akan dikontrol oleh pemilik modal. Investasi ini juga membuat penguasa tidak mandiri dan terus bergantung kepada negeri lain untuk mengelola negerinya.

Pembangunan Infrastruktur dalam Islam

Kondisi di atas berbeda ketika Islam diterapkan dalam seluruh sendi kehidupan umat manusia. Dalam Islam, pembangunan infrastruktur dan sebuah kota juga merupakan aspek penting dalam pelaksanaan politik dalam Daulah Islam. Hanya saja, pembangunan infrastruktur dan kota ditujukan untuk menunjang kemaslahatan masyarakat secara menyeluruh. Hal ini merupakan wujud tanggung jawab penguasa sebagai pengurus urusan rakyat, Rasulullah bersabda, "Imam atau khalifah adalah ra'in (pengurus rakyat) dan dia memiliki tanggung jawab atas pengurusan urusan rakyatnya.” (HR. Al-Bukhari).

Khalifah Umar bin Khaththab pernah membangun sejumlah kota baru seperti Kufah, Bashrah, dan Fusthath. Kota ini dibangun dengan megah dan sesuai dengan konsep tata ruang kota yang dicontohkan oleh Rasulullah. Konsep tata ruang tersebut meliputi empat unsur utama, di antaranya pembangunan masjid jami di pusat kota, pembangunan kediaman pemimpin yang dekat dengan masjid tersebut, membangun pasar untuk pusat perekonomian, dan membangun permukiman penduduk yang dihuni oleh masyarakat.

Baca: Gurita Investasi Menjerat, Kedaulatan SDA Lenyap

Di sisi lain, untuk mengelola dan membangun sebuah negara menjadi kuat, berdaulat, serta mampu menyejahterakan rakyatnya, Khilafah memiliki sumber pemasukan tetap yang berasal dari harta milik umum, yaitu hasil pengelolaan sumber daya alam seperti tambang nikel, emas, batu bara, dan lainnya. Setelah itu, jizyah, kharaj, fai, dan lainnya. Selanjutnya, pemasukan dari zakat, harta waris yang tidak ada pewarisnya, dan lainnya.

Harta tersebut seluruhnya tersimpan di baitumal. Penyaluran harta tersebut sesuai dengan porsinya masing-masing yang telah ditentukan oleh syariat Islam. Misalnya untuk membangun sebuah kota dan infrastruktur, khalifah akan mengambil dana dari pos harta milik negara dan milik umum.

Dengan pemasukan tetap tersebut, negara tidak perlu mencari investasi ataupun utang ribawi yang justru merenggut kedaulatannya. Apalagi Indonesia merupakan negara yang terkenal dengan sumber daya alam yang melimpah. Semua potensi tersebut bisa dimanfaatkan untuk kemaslahatan rakyat.

Khatimah

Pembangunan kota Jakarta yang digadang-gadang akan menjadi pusat perekonomian di Asia Tenggara dan membawa perekonomian negara ini pada kemajuan hanyalah omong kosong belaka ketika masih mengandalkan investasi sebagai penopang pembangunannya. Negeri ini harus segera sadar bahwa investasi hanya membawa malapetaka bagi negeri ini, bukan kemaslahatan. Mereka harus mengambil Islam sebagai aturan agar pembangunan kota bisa berdampak pada kemaslahatan rakyat. Wallahualam bissawab.[]