Momen Istimewa dalam Hidup

momen istimewa dalam hidup

Makna hijrah bukan sekadar perubahan aktivitas atau penampilan. Ia adalah momen transformasi spiritual, saat seseorang sadar akan hakikat hidupnya dan memilih untuk meninggalkan kehidupan yang jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya.

Oleh. Maman El Hakiem
(Kontributor NarasiLiterasi.Id)

NarasiLiterasi.Id-Ketika Allah Swt. bersumpah dengan atas nama waktu (baca QS. Al-Ashr: 1). Itu tandanya ada perhatian khusus terhadap berjalannya waktu, masa, atau usia. Bisa juga bermakna momen atau episode tertentu dalam kehidupan manusia yang dianggap istimewa dan penuh makna.

Misalnya saja, pada momen yang dianggap penting dan bersejarah—seperti hari kelahiran atau hari pernikahan. Keduanya sering dirayakan dengan penuh suka cita. Padahal, ada satu hari yang sejatinya jauh lebih penting dari itu semua, yaitu hari ketika seseorang menemukan cahaya Islam, berhijrah, atau memilih untuk mengaji Islam secara kaffah dalam barisan dakwah berjemaah.

Kenapa hal ini sangat penting? Banyak orang mengira bahwa hidayah itu datang sendiri tanpa adanya perjuangan untuk memperolehnya. Memang benar, setiap manusia terlahir dalam keadaan suci, tetapi manusia setelah akal dan pikirannya berkembang dan bisa membedakan mana yang baik atau buruk, benar atau salah. Sejak itulah ia mengalami proses berpikir untuk mengambil sikap berdasarkan informasi apa yang pertama kali diterima oleh otaknya.

Dalam hal ini, tidak jarang manusia salah dalam mengambil keputusan karena akal dan pikirannya tidak dipandu oleh informasi yang berasal dari sumber hukum yang benar, yaitu hukum Allah Swt. Ia terjebak pada kehidupan yang gelap tanpa cahaya Islam. Oleh sebab itu, hijrah harusnya menjadi momen yang sangat penting dalam perjalanan kehidupan manusia.

Hijrah dari Gelap Menuju Cahaya

Makna hijrah bukan sekadar perubahan aktivitas atau penampilan. Ia adalah momen transformasi spiritual, saat seseorang sadar akan hakikat hidupnya dan memilih untuk meninggalkan kehidupan yang jauh dari tuntunan Allah dan Rasul-Nya, lalu berpindah ke jalan kebenaran: jalan dakwah, jalan Islam kaffah.

Di dalam Al-Qur'an surah Al-Baqarah: 257, Allah Swt. menyebutkan bahwa Dia-lah pelindung bagi orang-orang yang beriman. Dia mengeluarkan mereka dari kegelapan kepada cahaya.

Ayat tersebut menggambarkan secara gamblang bahwa hijrah bukan hanya pindah secara fisik atau sosial, tetapi perpindahan eksistensial. Berpindah dari kegelapan maksiat, kebodohan, dan kelalaian menuju cahaya iman, ilmu, dan perjuangan.

Hari di mana seseorang berhijrah lebih mulia dari hari kelahirannya secara fisik. Hari kelahiran hanyalah awal kehidupan duniawi. Berbeda halnya dengan hari hijrah sebagai penanda kelahiran baru secara spiritual. Pada hari itulah, seseorang benar-benar “lahir kembali”. Dalam pengertian ia menyadari tujuan hidupnya dan mulai menapaki jalan dakwah bersama jemaah yang menyerukan Islam secara total.

Amal Tergantung Niat

Dalam hal ini, Rasulullah saw. mengungkapkan di dalam sebuah hadis riwayat Bukhari dan Muslim, bahwa sesungguhnya setiap amal itu tergantung pada niat dan setiap orang (akan dibalas) berdasarkan apa yang diniatkannya. Oleh karena itu, mereka yang melakukan hijrah karena Allah dan Rasul-Nya, maka hijrahnya kepada Allah dan Rasul-Nya.

Hadis ini menunjukkan bahwa hijrah yang diniatkan karena Allah adalah bentuk pengabdian yang luhur dan menjadi dasar seluruh amal selanjutnya. Ketika seseorang berhijrah hanya untuk kepentingan materi atau syahwat dunia. Tentunya, ia telah menjadikan momen hijrah bukan sesuatu hal yang istimewa karena tidak menjadikannya tunduk dan patuh dengan aturan Allah Swt.

Padahal, hijrah sungguh lebih bernilai maknanya dari hari pernikahan. Sebagaimana diketahui bahwa pernikahan adalah sunah Rasul yang mulia. Namun, hijrah menuju jalan dakwah Islam kaffah merupakan fondasi kehidupan itu sendiri. Tanpa kesadaran akan Islam secara menyeluruh, pernikahan hanya akan menjadi pemenuhan kebutuhan biologis atau naluri berketurunan semata. Oleh sebab itu, jika hijrah sudah mendasari kehidupan, maka pernikahan pun akan menjadi bagian dari perjuangan dakwah.

Baca: Hikmah di Balik Peristiwa

Ingatlah apa yang Allah Swt. sampaikan di dalam Al-Qur'an, “Bagi mereka yang berhijrah di jalan Allah kemudian mereka dibunuh atau mati, pasti Allah akan memberikan kepada mereka rezeki yang baik. Maka sungguh Allah adalah sebaik-baik pemberi rezeki.” (QS. Al-Hajj: 58)

Hijrah di jalan Allah, termasuk meninggalkan kenyamanan hidup untuk menyambut perjuangan menegakkan Islam, dijanjikan balasan yang besar oleh Allah.

Momen Istimewa untuk Dikenang

Hari di mana manusia hijrah, baik hijrah itu dalam makna hakiki meninggalkan negeri yang sekuler menuju negeri yang menerapkan syariat Islam secara kaffah. Maupun hijrah dalam arti seseorang mulai belajar atau memahami Islam dalam jemaah dakwah yang memperjuangkan syariat Islam di dalam kehidupan masyarakat secara umum.

Apa pun itu, hijrah adalah hari istimewa, saat seseorang dengan sadar memutuskan untuk tidak lagi menjadi penonton dalam kehidupan, tetapi menjadi pelaku perubahan. Hari itu adalah momen istimewa, pintu menuju pahala jihad, menuju jalan para nabi, sahabat, dan pejuang Islam.

Sebagaimana kaum Muhajirin dahulu meninggalkan Makkah demi menyambut dakwah Islam di Madinah. Demikian pula setiap muslim hari ini yang meninggalkan kehidupan lama demi memperjuangkan tegaknya syariat Allah dalam kehidupan.

Dengan demikian, mengingat hari kelahiran atau hari pernikahan adalah hal yang lumrah, tetapi mengagungkan hari hijrah ke jalan Islam kaffah adalah bentuk syukur tertinggi kepada Allah. Karena pada hari itu, seseorang dipilih oleh Allah untuk meninggalkan kebatilan dan memasuki barisan pembela kebenaran.

Maka ingatlah selalu tanggal hijrahmu, kenang dan rayakan dengan semangat untuk terus istikamah di jalan dakwah, hingga kelak bertemu Allah dalam keadaan rida dan diridai. “Dan siapa yang berhijrah di jalan Allah, niscaya mereka akan mendapatkan di bumi ini tempat hijrah yang luas dan rezeki yang banyak…” (QS. An-Nisa’: 100)

Wallahualam bissawab. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Kontributor Narasiliterasi.id
Maman L Hakiem Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Mempersiapkan Kemenangan Palestina dengan Dakwah
Next
Evakuasi Bukan Solusi Hakiki Warga Gaza
5 1 vote
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram