Penghinaan Agama Berulang Buah Busuk Demokrasi

Penghinaan Agama Berulang

Penghinaan terhadap Nabi ﷺ bukan sekadar masalah kebebasan berekspresi. Ini adalah buah busuk dari sistem demokrasi sekuler yang tidak mengenal batasan halal dan haram.

Oleh. Hanny N
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id-Penghinaan terhadap Nabi Muhammad ﷺ kembali mengoyak hati umat Islam. Kali ini datang dari majalah satir LeMan yang berbasis di Turki, yang menerbitkan kartun yang melecehkan sosok paling mulia di muka bumi. Aksi ini sontak memicu kemarahan masyarakat Turki. Meski pihak redaksi membantah bahwa kartun tersebut menggambarkan Nabi, dan pihak berwenang telah mengeluarkan surat perintah penangkapan, umat tetap tidak bisa menerima alasan apapun. Bagi umat Islam, kehormatan Nabi ﷺ adalah perkara prinsip dan harga mati.

Peristiwa ini bukan yang pertama. Umat Islam sudah berkali-kali menjadi saksi bagaimana sosok Nabi Muhammad ﷺ dilecehkan atas nama “kebebasan berekspresi.” Dari majalah Charlie Hebdo di Prancis, aksi pembakaran Al-Qur’an di Swedia, hingga pernyataan rasis tokoh-tokoh Barat, semuanya berlindung di balik tameng demokrasi yang diagung-agungkan.

Demokrasi: Sistem yang Merawat Permusuhan terhadap Islam

Dalam sistem demokrasi, kebebasan dijadikan asas utama. Kebebasan beragama, berpendapat, memiliki, dan bertingkah laku dijunjung tinggi tanpa batasan syar’i. Atas nama kebebasan berpendapat mereka menganggap sah-sah saja menggambar karikatur Nabi, mengolok-olok Al-Qur’an, bahkan menciptakan film yang melecehkan Islam.

Umat Islam harus sadar bahwa sistem demokrasi ini tidak netral. Demokrasi merupakan produk pemikiran sekuler Barat yang secara ideologis memisahkan agama dari kehidupan. Maka tidak heran jika penghinaan terhadap Islam, terutama Nabi ﷺ, terus muncul dan dianggap sebagai bagian dari ekspresi sah dalam sistem tersebut. Bahkan, aparat dan hukum mereka melindungi para pelaku dengan alasan hak sipil.

Namun, Allah Swt. dengan tegas berfirman:

وَلَتَسْمَعُنَّ مِنَ الَّذِينَ أُوتُوا الْكِتَابَ مِنْ قَبْلِكُمْ وَمِنَ الَّذِينَ أَشْرَكُوا أَذًى كَثِيرًا ۚ وَإِن تَصْبِرُوا وَتَتَّقُوا فَإِنَّ ذَٰلِكَ مِنْ عَزْمِ الْأُمُورِ

"Sungguh kamu pasti akan mendengar banyak hal yang menyakitkan dari orang-orang yang diberi Kitab sebelum kamu dan dari orang-orang musyrik. Tetapi jika kamu bersabar dan bertakwa, sesungguhnya itu termasuk perkara yang patut diutamakan.”
(QS. Ali Imran: 186)

Ayat ini menjadi bukti bahwa permusuhan terhadap Islam dan umatnya adalah keniscayaan dalam sistem kufur. Namun, Islam bukan hanya memerintahkan kesabaran, tetapi juga menetapkan mekanisme perlindungan yang nyata.

Islam Menjaga Kehormatan Rasul dengan Aturan Negara

Berbeda dengan sistem sekuler, peradaban Islam dibangun di atas akidah yang sahih dan syariat yang sempurna. Dalam Islam, kehormatan Nabi Muhammad ﷺ bukan hanya urusan individu, tapi juga menjadi urusan negara. Sebab, penghinaan terhadap Rasulullah bukan hanya serangan terhadap seorang tokoh, melainkan serangan terhadap Islam itu sendiri.

Negara Islam (Khilafah) memiliki sanksi tegas bagi siapa pun yang menghina Nabi, baik dari kalangan Muslim, kafir dzimmi, maupun kafir harbi. Dalam kitab As-Siyar Al-Kabir karya Imam Muhammad Asy-Syaibani, disebutkan bahwa siapa pun yang mencela Nabi ﷺ maka wajib dibunuh, tanpa dibedakan apakah ia Muslim atau kafir. Ini ditegaskan pula oleh Imam Malik, Imam Ahmad, dan Imam Ishaq.

عن علي رضي الله عنه قال: قال رسول الله ﷺ: “مَن سَبَّ نَبِيًّا فاقتلوه، ومَن سَبَّ أصحابي فاضربوه.”

"Barangsiapa yang mencaci seorang nabi, maka bunuhlah dia. Dan barangsiapa yang mencaci para sahabatku, maka pukullah dia." (HR. Thabarani)

Dengan sistem hukum seperti inilah, dalam sejarahnya, Daulah Khilafah mampu menjaga kehormatan Rasul ﷺ. Di masa Khilafah Abbasiyah, ketika Kaisar Romawi meminta agar menghentikan dakwah Islam ke wilayah mereka, Khalifah menjawab dengan mengirim pasukan. Bahkan, Khalifah Al-Mu’tashim mengirim tentara hanya karena satu wanita Muslimah dilecehkan oleh kafir. Lalu, bagaimana mungkin umat hari ini diam ketika Rasul mereka dihina terang-terangan?

Sejarah Membuktikan: Hanya Khilafah yang Bisa Melindungi Islam

Sejarah mencatat dengan jelas bagaimana Khilafah Islamiyyah menjadi tameng (junnah) bagi umat Islam. Di bawah kepemimpinan satu Khalifah, seluruh negeri-negeri Islam terikat dalam perlindungan dan kedaulatan yang kokoh. Tidak ada satu pun kafir harbi yang berani melecehkan Nabi ﷺ tanpa dibalas dengan tegas oleh negara.

Bahkan sejarawan Barat seperti Will Durant dan Thomas Arnold mengakui bahwa umat Islam memiliki peradaban yang luhur dan pemimpin yang adil. Tidak seperti hari ini, di mana umat tercerai-berai dan negara-negara muslim hanya bisa mengecam tanpa tindakan nyata.

Demokrasi hari ini hanya menyuburkan Islamofobia, melemahkan persatuan umat, dan membiarkan musuh-musuh Islam bersembunyi di balik jargon kebebasan. Padahal kebebasan semacam itu hanyalah alat untuk membunuh karakter Nabi dan menodai agama yang hak.

Solusi Nyata: Tegaknya Khilafah dan Syariat Islam

Sudah saatnya umat Islam berhenti berharap pada sistem yang terus menghina keyakinannya. Demokrasi bukanlah solusi, melainkan bagian dari masalah. Satu-satunya jalan adalah menegakkan kembali sistem Khilafah Islamiyyah yang akan:

  1. Menerapkan syariat Islam secara kaffah
    Melindungi kehormatan Rasul ﷺ dengan sanksi syar’i.
  2. Menyatukan negeri-negeri Islam di bawah satu kepemimpinan.
  3. Membawa dakwah Islam ke seluruh dunia.

Sebagaimana sabda Rasulullah ﷺ:

إِنَّمَا الإِمَامُ جُنَّةٌ يُقَاتَلُ مِنْ وَرَائِهِ وَيُتَّقَى بِهِ

"Sesungguhnya Imam (Khalifah) adalah perisai. Umat berperang di belakangnya dan berlindung dengannya.” (HR Bukhari dan Muslim)

Penutup

Penghinaan terhadap Nabi ﷺ bukan sekadar masalah kebebasan berekspresi. Ini adalah buah busuk dari sistem demokrasi sekuler yang tidak mengenal batasan halal dan haram. Umat Islam tidak boleh terus-menerus menjadi korban. Sudah saatnya kita kembali kepada Islam secara kaffah dengan menegakkan Khilafah ‘ala minhaj an-nubuwwah yang akan menjaga kehormatan Nabi ﷺ, agama Islam, dan umatnya di seluruh dunia.

Mari bersatu dan bekerja untuk perubahan hakiki, dari sistem kufur menuju sistem Ilahi. Karena hanya dengan sistem Islam dalam naungan Khilafah-lah kehormatan Rasulullah ﷺ benar-benar terjaga dan Islam kembali memimpin dunia dengan cahaya kebenaran.

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Hanny N.
Hanny N. Kontributor Narasiliterasi.id
Previous
Sekularisme Dorong Budaya Bunuh Diri
Next
Pangan Tertata Rapi, Rakyat Hidup Tercukupi
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

0 Comments
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram