Kapitalisme sekularisme telah gagal melindungi rakyatnya dan gagal melahirkan insan yang taat terhadap aturan Sang Pencipta.
Oleh. Dewi Jafar Sidik
(Kontributor Narasiliterasi.id)
Narasiliterasi.id-Sejahat-jahatnya harimau tak akan memakan anaknya sendiri. Arti peribahasa di atas adalah betapa pun jahatnya orang tua, mereka tidak akan tega mencelakakan anaknya sendiri. Namun, peribahasa tersebut sepertinya bertolak belakang dengan pemberitaan kasus kekerasan seksual yang dialami oleh seorang anak di Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur.
Nasib yang memilukan dialami oleh seorang remaja perempuan berinisial T di Kecamatan Kalianget, Kabupaten Sumenep, Provinsi Jawa Timur. Korban T dicabuli kepala sekolahnya berinisial J (41) yang juga seorang PNS. Mirisnya, pencabulan ini disetujui dan diketahui oleh ibu kandungnya yang juga seorang PNS berinisial E. (kumparan.com, 1-9-2024)
Sosok ibu dalam keluarga seharusnya menjadi pelindung anaknya. Ibu tidak akan rela anaknya disakiti. Ia akan menjadi pembela anaknya, menyayangi, mengasihi, dan tidak akan rida anaknya menderita. Namun, dalam kehidupan saat ini ada ibu yang telah hilang naluri keibuannya. Demi kesenangan dan keinginannya teraih, dia rela mengorbankan anak sendiri.
Sekularisme Menghilangkan Naluri Keibuan
Sekularisme bisa jadi petaka, sebab dapat menghilangkan naluri keibuan seorang wanita. Betapa tidak, ada seorang ibu tega menjerumuskan anaknya ke dalam jurang kenestapaan, seperti yang dilakukan E terhadap anaknya T. Ini adalah akibat dari penerapan sistem yang salah dalam kehidupan saat ini. Sekularisme, yakni sistem yang memisahkan agama dari kehidupan telah membuat cara pandang dan perilaku seseorang jauh dari aturan agama.
Sungguh di luar nalar. Ada apa dengan ibu hari ini, hingga ada yang tega mengantarkan anaknya pada lelaki tak bertanggung jawab untuk dilecehkan? Ke manakah naluri keibuanmu, wahai Ibu? Tidak ingatkah engkau ketika mengandungnya selama sembilan bulan? Selama itu terjalin kedekatan antara ibu dengan sang anak, hingga kebahagiaan bertambah tatkala anak lahir ke dunia.
Ibu yang seharusnya menjadi pendidik utama dan pertama, justru melakukan kekejian yang sangat luar biasa. Hawa nafsu telah mengalahkan akal dan nalurinya. Hal ini menunjukkan matinya naluri keibuan nyata adanya. Ini juga menambah panjang deretan potret buram rusaknya perilaku ibu dan rusaknya masyarakat.
Fenomena ini menunjukkan adanya persoalan sistemis dan bukti kegagalan sistem yang diterapkan negara. Kapitalisme sekularisme telah gagal melindungi rakyatnya dan gagal melahirkan insan yang taat terhadap aturan Sang Pencipta. Yang ada hanya insan-insan lemah iman, pemuja kebebasan, dan materi. Hidupnya serba ingin bebas tanpa ada aturan yang mengikat, dan kebahagiaannya diukur oleh materi, hingga materi bisa mengalahkan hubungan ikatan keluarga.
Penerapan sistem pendidikan sekuler tidak bisa mencetak peserta didik yang berkepribadian Islam. Sistem ini hanya berorientasi pada pencapaian nilai akademik, bahkan dirancang ketika bersekolah targetnya adalah bisa menghasilkan materi. Pelaku sudah dipastikan bukan hasil dari pendidikan yang berbasis akidah Islam. Akibatnya, mereka menjadi manusia yang berkarakter jauh dari aturan Islam. Mereka sebagai pendidik seharusnya menjaga generasi dari kerusakan, tetapi sebaliknya yang mereka lakukan justru merusak generasi. Bisa kita bayangkan trauma mendalam yang dialami korban karena perbuatan mereka.
Penerapan sanksi dalam sistem sekuler tidak dapat memberi efek jera kepada pelaku kejahatan. Sehingga bermunculan kasus serupa dan dengan mudahnya pelaku ada yang kembali melakukan kejahatan yang sama. Beberapa kasus kekerasan pada perempuan, setelah viral baru ditangani. Ini membuktikan ketidakseriusan aparat dalam menangani kasus tersebut. Inilah kerusakan akibat digunakannya sekularisme dalam kehidupan.
Islam Menjaga Fitrah Keibuan, Bukan Sekularisme
Sistem kapitalisme sekularisme adalah sistem yang batil karena tidak menggunakan agama untuk mengatur kehidupan manusia. Sistem ini menggunakan akal manusia sebagai aturan. Sementara kita pahami bersama, bahwa akal manusia itu sifatnya terbatas. Apalagi untuk mengetahui hakikat aturan hidup seperti apa, yang terbaik untuk mengatur kehidupan umat manusia di dunia ini.
Lalu aturan agama apa yang layak untuk mengatur dunia ini? Tidak lain adalah agama Islam yang diturunkan Allah Swt. kepada Nabi Muhammad saw. Aturan-Nya berfungsi untuk mengatur kehidupan manusia di dunia dan mengatasi semua permasalahan yang timbul dari interaksi antarumat manusia.
Islam juga menyediakan adanya supporting system dari berbagai arah di ranah rumah tangga hingga negara. Suami istri dan anggota keluarga saling mendukung satu sama lain, sehingga ketika ada anggota keluarga memerlukan dukungan, maka anggota keluarga yang lain ikut berperan aktif membantu dengan penuh keikhlasan. Begitu pun negara akan hadir dan mendukung terciptanya ketahanan keluarga yang kukuh. Negara akan terus mengedukasi rakyatnya supaya hubungan antarkeluarga tetap terjaga.
Kesempurnaan sistem Islam juga tampak dari sistem pendidikannya yang membentuk para peserta didiknya berkepribadian Islam, imannya kokoh, dan taat beribadah. Menjadi insan bertakwa yang akan berhati-hati dalam bertindak. Mereka tidak akan melakukan perbuatan keji dan akan saling menjaga dan mengasihi antaranggota keluarga.
Baca: Kenaikan Pungutan Pajak Negara Bangga Rakyat Menderita
Sistem sanksi dalam Islam mampu menjaga setiap individu berada dalam kebaikan, ketaatan, dan keberkahan Allah Swt. Rakyat pun hidup dalam kondisi aman dan jauh dari kemaksiatan.
Dalam sistem Islam, pelaku pencabulan dapat dikenakan sanksi berupa hukuman cambuk atau lainnya yang dapat membuat efek jera dengan maksud memberikan pendidikan atau pengajaran dan pencegahan. Sehingga tidak akan ada individu lain yang berani melakukan perbuatan keji tersebut.
Sistem Islam juga mewajibkan negara agar mampu menjaga fitrah ibu, anak, dan semua manusia. Ibu tidak disibukkan dengan mencari nafkah, sehingga ibu akan menjalanlan fungsi utamanya dengan optimal sebagai pendidik utama dan pengatur rumah tangga. Fitrah keibuannya terpelihara dengan baik, sehingga semua rasa kasih sayangnya, melindungi, dan memelihara senantiasa akan diberikan pada anak-anaknya.
Dalam sistem pergaulannya, Islam akan mengatur kehidupan antara pria dan wanita. Tidak akan terjadi campur baur dalam interaksi mereka, kecuali interaksi yang diperbolehkan aturan Islam, seperti interaksi kegiatan belajar mengajar antara pendidik dan murid, pengobatan antara dokter dan pasien, perdagangan antara penjual dan pembeli, dan interaksi yang diperbolehkan lainnya. Negara dalam sistem Islam akan membatasi tayangan di berbagai media, dan akan menghapus konten yang sifatnya merusak dan tidak mengedukasi.
Pemimpin Islam Adalah Raa'in
Dalam sistem Islam pemimpin adalah raa'in (pengurus) bagi rakyatnya. Wujud dari pemimpin adalah raa'in, negara akan menyejahterakan rakyatnya. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan bagi para suami. Negara juga akan memenuhi semua kebutuhan rakyatnya, seperti sandang, pangan, papan, pendidikan, kesehatan, dan keamanan. Dalam kepemimpinan Islam, rakyat akan sejahtera karena segala kebutuhannya tercukupi oleh negara, sehingga ketahanan keluarga akan tetap kokoh terjaga.
Rasulullah saw. bersabda: "Penguasa yang memimpin rakyat banyak adalah raa'in (pengurus) dan dia akan dimintai pertanggungjawaban atas rakyat yang dipimpinnya.” (HR. Bukhari)
Maka dari itu, dengan diterapkannya syariat Islam akan tercipta keluarga sakinah, mawaddah, dan rahmah. Keluarga harmonis yang saling menyayangi, penuh ketaatan, aman, dan tenteram. Anggota keluarga akan nyaman berada dalam lingkungan keluarganya.
Khatimah
Suatu kerugian yang sangat luar biasa apabila kita tidak mengambil Islam sebagai aturan untuk mengatur kehidupan ini. Berbagai persoalan akan terus mendera, sebagaimana hari ini ketika sekularisme menjadi aturan. Derita anak dan perempuan tidak akan pernah selesai jika kita enggan dan takut terhadap penerapan syariat Islam.
Oleh sebab itu, segeralah kembali kepada sistem Islam kaffah, yang memiliki seperangkat aturan lengkap dan tepat untuk kehidupan umat. Tunggu apa lagi, segera tinggalkan sistem sekuler kembali kepada sistem Islam yang sempurna untuk mengatur dunia demi keselamatan umat manusia termasuk kaum perempuan.
Allah Azza wa jalla berfirman:
الْيَوْمَ أَكْمَلْتُ لَكُمْ دِينَكُمْ وَأَتْمَمْتُ عَلَيْكُمْ نِعْمَتِي وَرَضِيتُ لَكُمُ الْإِسْلَامَ دِينًا
“…, pada hari ini telah Aku sempurnakan untukmu agamamu, dan telah Aku cukupkan kepadamu nikmat-Ku, dan telah Aku ridai Islam sebagai agama bagimu ….” [Al-Maidah: 3]
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
Astagfirullah al-adhim. Sangat di luar nalar. Perilaku bi*dab bermunculan di alam kapitalisasme sekuler yang serba liberal
[…] Baca: Sekularisme Petaka bagi Kehidupan Wanita […]