
Maraknya bunuh diri tak lain karena negeri ini menerapkan sistem yang rusak yaitu kapitalisme. Sistem ini menjauhkan manusia dari agama, karena berbagai permasalahan kehidupan diatur oleh hukum manusia.
Oleh. Yani Ummu Qutuz
(Kontributor NarasiLiterasi.Id dan Pegiat Literasi)
NarasiLiterasi.Id-Bunuh diri atau bundir adalah tindakan seseorang yang sengaja dilakukan untuk mengakhiri hidup. Hari ini orang begitu mudah untuk mengakhiri hidup dengan bunuh diri. Berbagai impitan hidup sering kali membuat orang stres, depresi, terkena gangguan mental yang memicu terjadinya bunuh diri. Bunuh diri seolah jadi solusi untuk lepas dari beratnya beban kehidupan.
Dikutip dari metrotvnews.com (30-10-2025), seorang karyawan Universitas Widyatama diduga melompat dari lantai 6 untuk mengakhiri hidupnya. Peristiwa ini terjadi di area kampus Widyatama, Gedung B, halaman Food Court, Jalan Cikutra, Kecamatan Cibeunying Kidul, Kota Bandung, pada Selasa malam (28-10-2025) sekitar pukul 20.00 WIB. Kabar ini dibenarkan oleh Kasi Humas Polrestabes Bandung, Nurindah, pada Kamis 30 Oktober 2025.
Sekretaris Universitas Widyatama, Marisa Astuti mengonfirmasi identitas korban yang bernama Rahmat Permana (49). Korban adalah karyawan staf Biro Fasilitas Universitas Widyatama yang telah bekerja selama 25 tahun. Marisa menyayangkan atas kejadian ini. Sementara motif bunuh diri masih belum terungkap.
Bunuh Diri Makin Ngeri
Bunuh diri tidak terjadi pada orang dewasa saja, di kalangan pelajar pun bunuh diri sudah sangat mengkhawatirkan. Hasil survei Kesehatan Jiwa Remaja Nasional (I-NAMHS) mengungkapkan data banyaknya usia remaja antara 10-17 tahun terkena masalah kesehatan mental. (Media umat, edisi 385)
Pada Oktober 2025, terdapat tiga kasus bunuh diri pada pelajar belasan tahun. Remaja putri di Sukabumi berusia 14 tahun bernama Eneng, ditemukan tewas oleh neneknya tergantung di pintu kamar. Padahal Eneng dikenal sebagai sosok yang baik, rajin salat, aktif berkegiatan, dan berprestasi di sekolah.
Dua orang pelajar SMP di Sawahlunto, Sumatra Barat, keduanya ditemukan tewas di lingkungan sekolah. Arif dan Bagindo, dua orang pelajar SMP negeri yang berbeda. Bagindo mengakhiri hidupnya dengan gantung diri di kelas pada saat jam pelajaran. Sementara Arif ditemukan tak bernyawa di ruang OSIS.
Pemerhati anak menyebutkan bahwa kasus bunuh diri anak sangat memprihatinkan. Sepanjang tahun 2025, Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) menemukan ada 25 kasus bunuh diri. Komisioner KPAI, Diah Puspitarini mengatakan bahwa sebagian besar kasus bunuh diri dilatari oleh bullying atau perundungan. (BBC.com, 3-11-2025)
Bunuh Diri Masalah Serius
Bunuh diri merupakan masalah serius di seluruh dunia. Berdasarkan data Institute for Health Metrics and Evaluation (IHME), kasus kematian akibat bunuh diri di dunia terdapat sekitar 746 ribu orang. Indonesia menyumbang sekitar 4.750 dari jumlah kasus di dunia. Setiap tahun kasus ini cenderung meningkat. Menurut data kepolisian, pada tahun 2024 kasus bundir meningkat sebanyak 100 jiwa dibanding tahun 2023
Dahulu kita berpikir Jepang dan Korea sebagai negara dengan tingkat bunuh diri yang tinggi. Namun, saat ini di Indonesia pun tingkat bunuh diri sangat mengkhawatirkan. Jawa Tengah tercatat sebagai provinsi tertinggi dalam kasus bunuh diri. Dua kali lebih banyak dari Jawa Timur. (detiksumut.com, 11-10-2025)
Beberapa insiden terkait bunuh diri di antaranya dugaan bunuh diri oleh seorang ibu dan dua anaknya di kabupaten Bandung pada September 2025 karena tekanan ekonomi. Terbaru ditemukan mayat pria tergantung di jembatan Flyover Pasupati pada Jumat, 31-10-2025 malam.
Pada skala nasional, Maret 2023 di Bantul, Yogyakarta, seorang pria ditemukan tewas tergantung di langit-langit musala. Pertengahan Desember 2023, masyarakat Desa Saptorenggo, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang, geger dengan ditemukannya satu keluarga tewas diduga bunuh diri karena terlilit utang. Banyaknya kasus bunuh diri ini menunjukkan bahwa bunuh diri menjadi jalan pintas untuk menyelesaikan masalah.
Bunuh Diri dan Pemicunya
Sebuah penelitian yang dilakukan oleh Emotional Health For All Foundation (EHFA) dan Kementerian Kesehatan dan Organisasi Kesehatan Dunia (WHO) mengungkapkan ada tiga permasalahan yang kerap memicu orang untuk mengakhiri hidupnya dengan bundir, yaitu masalah keluarga, ekonomi, dan kesepian.
Saat ini keluarga mengalami disfungsi, keluarga yang seharusnya memberikan dukungan sosial terdekat dan kuat bagi anak, tetapi tidak berfungsi. Orang tua sibuk bekerja sehingga tidak bisa menjalankan perannya sebagai pendidik dan pelindung. Ada juga orang tua toksik yang senantiasa menuntut dan memberikan tekanan agar anak berprestasi. Perceraian orang tua yang menjadikan anak broken home, dan segudang permasalahan keluarga yang membawa dampak buruk bagi mental anak.
Permasalahan ekonomi juga sering menjadi pemicu tindakan bunuh diri. Sulitnya mencari pekerjaan, PHK di mana-mana, pengangguran tinggi, membuat orang frustrasi dan tidak memiliki harapan untuk hidup. Lemahnya solidaritas sosial di tengah kehidupan individualisme saat ini, membuat orang makin sibuk dengan urusan masing-masing. Mereka tidak peduli tetangganya makan atau tidak, bahkan sampai mati kelaparan.
Individualisme juga membuat orang terisolasi secara sosial dan kesepian. Ketika koneksi sosial tidak ada, dukungan tidak didapat, mereka kesepian, merasa sendiri dan tidak dibutuhkan orang lain. Perasaan semacam ini berisiko munculnya tindakan bundir karena merasa percuma melanjutkan hidup.
Hasil survei menemukan angka kematian akibat bunuh diri di Indonesia yang luput dari pantauan sekitar 300 persen. Jadi, angka yang sesungguhnya bisa mencapai empat kali lipat dari yang dilaporkan. Melihat kondisi ini sungguh sangat memprihatinkan. Oleh karena itu butuh upaya ekstra untuk mencegah kasus bundir ini. Faktor-faktor protektif yang diharapkan bisa mencegah terjadinya bundir, yaitu berupa komunitas, akses ke perawatan psikologis, serta agama. (Liputan.com, 13-1-2024)
Kapitalisme Sumber Masalah Bundir
Maraknya bundir tak lain karena negeri ini menerapkan sistem yang rusak yaitu kapitalisme. Sistem ini menjauhkan manusia dari agama, karena berbagai permasalahan kehidupan diatur oleh hukum manusia. Agama merupakan hal yang privat, itu pun pengaruhnya sangat minim bagi individu.
Kapitalisme sangat mengagungkan materi, segala diukur dengan pencapaian materi, begitu pula dengan kebahagiaan. Inilah yang menjadikan orang berlomba-lomba untuk memperoleh cuan, karena dengan cuan orang bisa mendapatkan apapun yang diinginkan. Lahirlah gaya hidup hedonis. Mereka tak peduli dengan cara halal atau haram cuan didapat, sekalipun dengan cara menipu, judi online, pinjol, bahkan korupsi.
Belakangan didapati banyak korban terjerat pinjol yang mengakhiri hidupnya dengan bundir. Pasalnya, tak mampu menanggung beban hidup yang begitu berat, sementara pekerjaan tak kunjung didapat. Terpaksalah mereka berurusan dengan pinjol walaupun berisiko.
Baca: sekularisme dorong budaya bunuh diri
Penyediaan lapangan pekerjaan yang memadai seharusnya dilakukan oleh negara, sehingga rakyat bisa mendapatkan sumber nafkah untuk memenuhi kebutuhan hidupnya. Selain itu, negara juga memberikan santunan kepada individu yang lemah seperti lansia dan orang-orang lemah secara fisik yang tidak mampu bekerja. Namun, dalam sistem kapitalis negara berlepas tangan dari hal ini. Negara lebih mengedepankan kepentingan oligarki daripada mengurus rakyatnya.
Telah nyata bahwa penerapan sistem kapitalis sekuler yang merusak mengakibatkan berbagai permasalahan kehidupan, seperti kemiskinan, kelaparan, kejahatan, kemaksiatan, dan lain-lain. Hal ini melahirkan kecemasan, kekhawatiran, dan ketidaktenangan hidup bagi masyarakat.
Larangan Bunuh Diri
Kehidupan adalah anugerah dan amanah dari Allah yang harus dijaga. Manusia tidak memiliki hak untuk mengakhiri hidupnya sendiri apa pun alasannya. Hanya Allah yang Maha Menghidupkan dan Maha Mematikan. Ketika seseorang mengakhiri hidup dengan bunuh diri, maka ia berdosa, karena ia telah melangkahi hak dan kedaulatan Allah sebagai pemberi kehidupan. Allah berfirman dalam surah An-Nisa ayat 29 yang berbunyi,
“...,dan janganlah Kamu membunuh dirimu, sesungguhnya Allah Maha Penyayang kepadamu.”
Larangan ini bersifat tegas. Hal ini menunjukkan bahwa bunuh diri adalah perbuatan haram yang merupakan dosa besar. Konsekuensinya, pelaku bunuh diri di akhirat akan disiksa dengan cara ia membunuh dirinya sendiri. Hal ini dikabarkan dalam sebuah hadis yang diriwayatkan dari Abu Zaid Tsabit bin Adh-Dhahak Al Anshari, Nabi Saw. bersabda,
“Barangsiapa membunuh dirinya sendiri dengan sesuatu, maka nanti pada hari kiamat ia akan disiksa dengan sesuatu itu.” (Muttafaq Alaih)
Islam Solusi Tuntas Kasus Bundir
Meningkatnya kasus bundir di Indonesia maupun dunia merupakan masalah sistemis bukan semata-mata masalah pribadi. Sistem kapitalis sekuler telah gagal menjamin kesehatan mental, kesejahteraan bagi rakyat, bahkan melahirkan generasi “pesakitan”. Maka harus ada upaya mengubah sistem agar kasus bunuh diri ini bisa diatasi.
Islam sebagai ideologi memiliki aturan yang paripurna dalam kehidupan, termasuk dalam mengatasi kasus bundir. Pada tataran individu, bagaimana Islam menanamkan keyakinan yang kuat bahwa hidup ini adalah ketentuan dari Allah yang harus kita jalani. Seorang muslim diperintahkan untuk sabar, ikhlas, dan tawakal dalam menghadapi berbagai masalah kehidupan agar terhindar dari gangguan mental.
Islam juga mengajarkan bahwa Allah tidak akan membebani manusia di luar batas kemampuannya, artinya jika seseorang ditimpa musibah berarti dia akan mampu menghadapinya. Sebagaimana firman Allah taala,
“Allah tidak membebani seseorang, melainkan sesuai kesanggupannya….” (TQS Al-Baqarah (2): 286)
Negara dalam hal ini Khilafah memiliki kewajiban untuk memenuhi kebutuhan sandang, pangan, dan papan bagi rakyat. Negara akan menyediakan lapangan pekerjaan yang memadai agar setiap warga negara memperoleh mata pencaharian untuk menafkahi keluarganya. Orang-orang yang lemah secara fisik dan mental akan dijamin nafkahnya oleh negara jika tidak memiliki kerabat yang mampu menanggung nafkahnya. Negara juga memberikan jaminan kesehatan, pendidikan, dan keamanan secara gratis. Dengan mekanisme seperti ini, maka akan terwujud kesejahteraan dan ketenangan bagi seluruh warga negara, sehingga kesehatan mental dan kewarasan akan terjaga.
Begitu juga dalam sistem pendidikan, Khilafah akan menerapkan sistem pendidikan yang berasaskan akidah Islam. Membina mereka dengan ideologi Islam sehingga mereka terikat dengan hukum syarak. Menciptakan generasi yang memiliki kepribadian Islam agar tangguh dalam menghadapi berbagai tantangan kehidupan.
Penerapan Islam secara kaffah hanya bisa diterapkan dalam institusi Khilafah. Maka tugas kita adalah menyadarkan masyarakat agar mau terikat dengan hukum syarak. Mengajak mereka untuk berdakwah melanjutkan kehidupan Islam dalam naungan Khilafah Islamiah.
Wallahu a’lam bishawab.[]
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com



















[…] Baca: bunuh diri makin ngeri […]