Generasi Pemimpin dan Penolong Agama Allah

Generasi Pemimpin

Mari bangun generasi Gen Z dan Alpha yang bukan hanya cerdas digital, tetapi juga kokoh spiritual dengan memegang teguh Al-Qur'an dan as-sunah.

Oleh Susi Rahma S.Pd
Kontributor NarasiLiterasi.Id

NarasiLiterasi.Id--Majelis Taklim Lentera Qur'an kembali digelar pada 2 November 2025 bertempat di Mesjid Raya Bandung. Pembicara kali ini Ustazah Lusiyani Dewi S.Kom sebagai pengamat sosial dan generasi.

Kajian dimulai dengan Tadabbur QS. Muhammad [47]: 7, "Hai orang-orang yang beriman, jika kamu menolong (agama) Allah, niscaya Dia akan menolongmu dan meneguhkan kedudukanmu."

Ayat ini merupakan seruan langsung dari Allah kepada orang-orang beriman agar mereka menolong agama-Nya. Tentu bukan karena Allah membutuhkan pertolongan manusia, tetapi karena Allah Mahakuat dan tidak memiliki sifat lemah. Dan melalui perintah ini Allah sedang menguji siapa di antara hamba-Nya yang benar-benar beriman, taat, dan siap berjuang di jalan-Nya. Menolong Allah berarti menolong agama Allah, menjaga risalah Rasulullah ﷺ, serta berjuang menegakkan kebenaran di tengah derasnya arus kebatilan.

Makna Menolong Allah

Kemudian ustazah melanjutkan denga paparan dari Tafsir Ibnu Katsir yang menjelaskan bahwa ayat ini senada dengan firman Allah dalam surah Al-Hajj ayat 40:
Sesungguhnya Allah pasti menolong orang yang menolong (agama)-Nya.”

Allah menjanjikan balasan sesuai dengan amal perbuatan hamba-Nya. Barang siapa menolong agama Allah, maka Allah akan menolong dan meneguhkan kedudukannya, baik di dunia maupun di akhirat. Keteguhan itu meliputi keteguhan iman, hati, langkah, serta kedudukan dalam kehidupan.

Menolong agama Allah bukanlah makna hakiki dalam arti membantu Zat Allah yang Mahakuasa, melainkan bermakna menolong syariat dan ajaran-Nya. Allah mewajibkan kaum Muslimin untuk berjihad fi sabilillah, menegakkan kalimat Allah, dan membela agama dari upaya-upaya pelemahan oleh musuh-musuh Islam. Mereka yang menegakkan Islam akan memperoleh pahala besar dan jaminan kemenangan, karena tidak ada yang dapat mengalahkan kaum Muslimin selama mereka berpegang teguh pada agama Allah.

Tantangan Generasi Z di Era Digital

Di era digital saat ini, umat Islam tengah menghadapi tantangan besar, terutama dalam membina generasi muda, khususnya Generasi Z dan Generasi Alpha. Generasi ini sering kali mendapat label “strawberry generation” (mudah rapuh), “sandwich generation” (terhimpit tekanan ekonomi dan sosial), atau “generasi rebahan” (malas dan apatis). Padahal, potensi mereka sangat besar jika diarahkan dengan benar.

Musuh-musuh Islam tidak tinggal diam. Mereka berupaya keras menghalangi lahirnya generasi pembela agama Allah. Melalui sekularisme, hedonisme, dan gaya hidup liberal, mereka menanamkan nilai-nilai yang menjauhkan umat dari Islam. Media sosial dijadikan alat ampuh untuk membentuk pola pikir, selera, bahkan identitas generasi muda Muslim agar lebih mencintai budaya asing daripada agamanya sendiri.

Selain itu, muncul narasi “generation gap” di mana terdapat perbedaan tajam antara generasi tua dan muda. Hal ini sengaja dipropagandakan untuk memutus rantai pendidikan Islam. Para orang tua dibuat merasa tidak relevan dalam mendidik anak-anaknya yang tumbuh di dunia digital, sementara anak-anak dibebaskan tumbuh dalam asuhan media sosial tanpa kontrol nilai. Akibatnya, banyak remaja kehilangan arah, miskin makna hidup, dan jauh dari semangat perjuangan Islam.

Peran Orang Tua: Membangun Generasi Pembela Islam

Peran orang tua menjadi kunci utama dalam membina generasi penolong agama Allah. Fondasi pertama yang harus diletakkan adalah akidah Islam yang kuat. Anak-anak perlu diajarkan bahwa tujuan hidup mereka bukan sekadar sukses duniawi, tetapi menjadi hamba Allah yang taat dan pembela kebenaran. Cinta kepada Islam harus tertanam sejak dini sebagai sumber motivasi dan arah hidup.

Orang tua juga harus menjadi teladan dalam ketakwaan. Keteladanan jauh lebih efektif daripada sekadar nasihat. Anak-anak akan meniru perilaku yang mereka lihat setiap hari. Oleh karena itu, biasakan anak untuk melaksanakan perintah Allah dan menjauhi larangan-Nya secara kaffah, menyeluruh dalam seluruh aspek kehidupan.

Selain itu, komunikasi yang baik harus dibangun antara orang tua dan anak. Generasi muda memerlukan ruang untuk didengar, dipahami, dan diarahkan dengan kasih sayang. Jangan biarkan mereka mencari solusi hidup di media sosial yang penuh ilusi.

Orang tua juga harus mengenali keistimewaan dan potensi anak, memberikan kesempatan mereka untuk berkembang, belajar ilmu dan keterampilan, serta membangun kemampuan menyelesaikan masalah. Berikan apresiasi atas setiap usaha, dampingi proses tumbuh kembang mereka, dan jadikan setiap ujian hidup sebagai pelajaran berharga yang memperkuat kepribadian.

Tak kalah penting, dekatkan anak-anak dengan lingkungan Islami, baik di masjid, halaqah, komunitas dakwah, maupun teman-teman yang saleh. Doa orang tua yang tulus pun menjadi senjata spiritual yang ampuh untuk menjaga anak dari pengaruh buruk zaman.

Baca juga: ‎Generasi Emas, Tercipta dari Sistem Mulia

Peran Masyarakat dan Negara

Tanggung jawab membina generasi bukan hanya di pundak keluarga, tetapi juga masyarakat dan negara. Masyarakat Islam harus aktif menegakkan amar makruf nahi mungkar, saling menasihati dalam kebenaran dan kesabaran, serta menciptakan lingkungan sosial yang mendukung ketaatan kepada Allah.

Sementara itu, negara memiliki peran strategis sebagai pelindung umat. Negara yang menerapkan sistem Islam kaffah akan menciptakan atmosfer ketaatan, menjaga moral generasi, serta melindungi mereka dari arus sekularisme dan kerusakan akhlak. Dalam sistem Islam, negara menjadi perisai bagi umat, melindungi akidah, mendidik generasi, dan menegakkan keadilan di bawah bimbingan wahyu.

Teladan Para Penolong Agama Allah

Sejarah Islam telah mencatat banyak teladan dari kalangan sahabiyah, wanita-wanita hebat yang menjadi penolong agama Allah.

Asma binti Abu Bakar dikenal dengan keberaniannya mendukung perjuangan Rasulullah ﷺ dan ayahnya dalam hijrah ke Madinah.

Khanṣa’ binti Amr menunjukkan keteguhan iman dengan mendorong anak-anaknya berjihad hingga syahid di medan perang.

Nusaibah binti Ka’ab tampil di medan Uhud melindungi Rasulullah ﷺ dengan pedang dan perisai di tangannya.

Mereka bukan hanya simbol keberanian, tetapi juga bukti bahwa setiap generasi mampu menjadi penolong agama Allah jika memiliki keimanan yang kokoh.

Penutup

Kita hidup di zaman penuh ujian dan distraksi. Namun, jangan biarkan narasi “generation gap” membuat kita berdiam diri. Allah tidak membutuhkan kita. Kitalah yang membutuhkan pertolongan-Nya. Menjadi pembina dan penolong agama Allah bukan pilihan, melainkan panggilan iman.

Mari bangun generasi Gen Z dan Alpha yang bukan hanya cerdas digital, tetapi juga kokoh spiritual. Generasi yang menjadikan Al-Qur’an sebagai pedoman hidup, Rasulullah ﷺ sebagai teladan, dan Islam sebagai tujuan perjuangan. Dengan menolong agama Allah, niscaya Allah akan menolong kita dan meneguhkan kedudukan kita di dunia serta di akhirat. []

Disclaimer

www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya.  www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

Susi Rahma
Susi Rahma Kontributor NarasiLiterasi.Id
Previous
Bunuh Diri Makin Ngeri
Next
Al-Aqsa Kiblat Pertama yang Terancam Runtuh 
0 0 votes
Article Rating
Subscribe
Notify of
guest

1 Comment
Oldest
Newest Most Voted
Inline Feedbacks
View all comments
trackback

[…] Baca: generasi pemimpin dan penolong agama allah […]

bubblemenu-circle
linkedin facebook pinterest youtube rss twitter instagram facebook-blank rss-blank linkedin-blank pinterest youtube twitter instagram