
Generasi muda menyimpan kekuatan besar sebagai agent of change. Hanya saja, paham demokrasi sekuler telah membajak dan menggerus potensi mereka.
Oleh. Lia Aliana
(Kontributor Narasiliterasi.Id)
Narasiliterasi.Id-Generasi muda adalah harta berharga yang dimiliki suatu bangsa. Sebab mempunyai peranan penting dalam pembangunan dan kemajuan peradaban. Nasib suatu bangsa ke depannya sangat ditentukan oleh kualitas generasi mudanya saat ini.
Fakta sejarah pun mencatat bagaimana perubahan besar bisa terjadi atas peran dan kontribusi para pemuda. Kemerdekaan Indonesia, Sumpah Pemuda, Revormasi 98, tidak akan tercetus tanpa adanya keterlibatan kaum muda.
Namun amat disayangkan, melihat realitas kondisi generasi saat ini sangatlah jauh dari harapan. Berbagai permasalahan terus mendera mereka. Setiap hari masyarakat disungguhi potret buram generasi muda. Hal ini menjadi salah satu pemicu munculnya gangguan mental pada generasi muda. Berdasarkan hasil survei kesehatan mental nasional untuk remaja usia 10-17 tahun, terdapat 15,5 juta remaja menghadapi masalah kesehatan mental dan 2,45 juta terdiagnosis gangguan mental (tempo.com, 15-2-25).
Fakta-fakta ini menunjukan bahwa generasi muda saat ini sedang tidak baik-baik saja, bahkan berada dalam kondisi darurat yang harus segera diatasi dan disadarkan terkait potensi besar yang mereka miliki.
Sekularisme Biang Keladinya
Maraknya kasus gangguan mental (mental illnes) yang menimpa remaja dan generasi muda tampaknya menjadi masalah yang serius. Berbagai problematik remaja mulai dari kriminalitas, kekerasan, perilaku seks bebas, perundungan, membuka peluang besar terjadinya gangguan mental.
Ada banyak faktor yang melatarbelakangi gangguan mental. Bukan hanya karena faktor genetik dan biologis, faktanya lingkungan dan gaya hidup generasi saat ini memiliki pengaruh yang cukup besar. Gaya hidup tidak sehat seperti seks bebas, hedonisme, individualistis, konsumerisme, fomo, seakan telah menjelma menjadi jati diri generasi masa kini. Semua itu adalah dampak dari diterapkannya aturan rusak dalam sendi-sendi kehidupan oleh negara.
Sistem Demokrasi yang merupakan asas negara ini, menjadikan sekularisme atau pemisahan kehidupan dari aturan agama sebagai tolak ukur segala perbuatan. Paham ini membuat manusia bebas melakukan aktivitasnya atas dasar hawa nafsu, tak kenal baik buruk, terpuji ataupun tercela, halal maupun haram. Sedangkan keberadaan negara hanya sebagai fasilitator yang wajib memfasilitasi hal tersebut.
Baca juga: Mendidik Generasi AI
Tanpa disadari paham sekularisme ini telah menghilangkan peran Allah Swt. sebagai Pencipta dan Pengatur manusia. Adapun keberadaan Al-Khalik hanya ada dalam ibadah ritual semata sedangkan dalam kehidupan umum agama ataupun pencipta tidak boleh ikut andil. Di sisi lain, manusia dengan sombongnya merasa mampu mengatur segala hal, padahal ia hanyalah makhluk yang lemah dan terbatas.
Walhasil, kaum muda saat ini menjelma menjadi generasi rapuh dan tidak tahan terhadap tekanan ataupun problem yang menimpanya. Akibatnya mentalnya hancur, depresi bahkan berakhir bunuh diri.
Fakta-fakta ini menunjukkan bahwa, sistem demokrasi telah melemahkan, menghilangkan jati diri generasi bahkan telah menjauhkan perannya sebagai tonggak perubahan. Padahal sejatinya mereka memiliki potensi yang dapat melakukan perubahan besar peradaban.
Islam Solusi Problem Mental Generasi
Harus kita sadari bahwa sebenarnya di balik kelemahan generasi muda saat ini, tersimpan kekuatan besar sebagai agent of change. Hanya saja, paham demokrasi sekuler telah membajak dan menggerus potensi mereka.
Melihat potensi besar ini berupa jumlah, usia, produktivitas, dan intelektualitasnya. Maka Islam memberikan perhatian besar kepada generasi muda, yaitu adanya perintah kepada para pemuda untuk melakukan hal-hal positif, bermanfaat, dan membawa kemaslahatan.
Islam bahkan memuji dan menjelaskan keutamaan para pemuda yang senantiasa menjaga dirinya dalam ketaan pada Allah Swt. Rasulullah saw. bersabda, “Sesungguhnya Rabbmu benar-benar kagum terhadap pemuda yang tidak memiliki shabwah.” (HR. Ahmad dan Ath-Thabrani). Shabwah yaitu kecenderungan untuk memyimpang dari kebenaran.
Berdasarkan hadis tersebut, maka inilah sesungguhnya gambaran generasi perubahan. Yaitu pemuda yang selalu terikat dengan Penciptanya, mencintai Allah dan Rasul-Nya, berkepribadian Islam, menahan dirinya dari hawa nafsu, dan menjadikan aturan Islam sebagai fondasi kehidupan.
Oleh sebab itu generasi muda ini akan disibukan dengan mendatangi majelis-majelis ilmu, memakmurkan masjid, menyiarkan syiar-syiar agama, dan mendakwahkan Islam kaffah. Hal ini sebagaimana dilakukan oleh kaum muda di masa Rasul dan generasi setelahnya. Ali bin Abi Thalib, Mush’ab bin Umair, Muhammad Al-Fatih, merekalah sosok tangguh pemuda Islam di masa itu.
Semua itu akan terwujud jika para pemuda dibina dan diarahkan dengan pemikiran Islam yang sahih secara intensif. Tugas ini sejatinya diemban oleh partai politik Islam yang mengedukasi umat, khususnya kawula muda agar bisa menjadi generasi tangguh pencetak peradaban emas.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com

[…] Baca juga: Solusi Problem Mental Generasi […]