
Nakba artinya adalah malapetaka. Pada tahun 1948 terjadi peristiwa sangat memilukan bagaimana warga Palestina dihancurkan, hampir 500 desa dikosongkan, dan warganya banyak yang ditahan.
Oleh. Verawati S.Pd
Kontributor NarasiLiterasi.Id
NarasiLiterasi.Id-Beredar foto seorang anak Palestina yang tengah mengganjal perutnya dengan batu. Foto lainnya yang beredar adalah warga Palestina tengah berebut makanan yang dibagikan oleh petugas. Foto-foto ini sejatinya tengah memberitahukan pada dunia bahwa kondisi warga Palestina sedang kelaparan yang sangat. Bagaimana tidak, sejak awal bulan Maret Israel telah memblokade bantuan pangan dan obat-obatan. Padahal hidup warga Palestina bergantung pada bantuan yang masuk. Sungguh Israel menggunakan cara-cara licik yakni menciptakan kelaparan sebagai senjata untuk genosida warga Palestina.
Tidak hanya menciptakan kelaparan, Israel juga terus menyerang secara membabi-buta pemukiman dan juga rumah sakit. Dilansir media cnnindonesia.com (18-05-2025), menyatakan bahwa Israel telah melakukan serangan selama 72 jam dan telah menewaskan ratusan warga sipil dan menyebabkan situasi kemanusiaan memburuk drastis. Kementerian Kesehatan Palestina menyatakan setidaknya ada 146 warga yang meninggal dunia. Total warga sipil yang meninggal pasca gencatan senjata Maret adakah 459 orang dan ratusan warga masih tertimbun reruntuhan.
Sudah begitu genting dan parahnya kondisi Palestina hingga dikatakan bahwa ini adalah Nakba kedua setelah nakba yang pertama yang terjadi pada tahun 1948. Sebagaimana dilansir metrotvnews.com (10-05-2025) Komite Khusus PBB untuk menyelidiki praktik-praktik Israel di wilayah pendudukan Palestina dan Arab memperingatkan bahwa dunia saat ini sedang menyaksikan kemungkinan terjadinya Nakba kedua akibat eskalasi kekerasan, blokade kemanusiaan, dan kebijakan pendudukan yang dijalankan Israel.
Nakba artinya malapetaka. Pada tahun 1948 terjadi peristiwa sangat memilukan bagaimana warga Palestina dihancurkan, hampir 500 desa dikosongkan, dan warganya banyak yang ditahan. Inilah cara Israel merebut dan mengambil paksa tanah Palestina.
Mengutuk Tidak Membuat Israel Takut
Meski kondisinya sudah sedemikian parah, saudara dan tetangga dekatnya tidak ada yang bergerak untuk membantu secara langsung dengan kekuatannya. Mesir misalnya, berusaha untuk menunjukkan pada dunia bahwa mereka peduli dengan membentuk trilateral dengan Yordania dan Perancis. Poin yang mereka serukan adalah gencatan senjata, otoritas Palestina harus memerintah Gaza, penolakan pengusiran dan aneksasi serta dukungan untuk konferensi rekonstruksi Gaza.
Dengan cara-cara seperti itulah para penguasa muslim beraksi. Padahal aksi mereka hanya sekadar basa-basi untuk menutupi pengkhianatan mereka terhadap umat Islam. Sungguh kecaman yang keluar dari mulut mereka tidak membuat Israel mundur dan berhenti dari kebiadabannya. Sebaliknya Israel makin brutal dan sadis dalam melenyapkan Palestina.
Sikap lembek penguasa negeri-negeri muslim bukanlah tanpa alasan. Sebab mereka pada hakikatnya tengah di bawah cengkeraman Amerika dan telah melakukan normalisasi dengan Israel. Inilah bentuk pengkhianatan para penguasa negeri-negeri muslim.
Baca juga: Dilema Resolusi Palestina
Ide Nation State
Selain itu, faktor lainnya yang membuat lembek penguasa adalah ide nation state atau nasionalisme. Ide inilah yang menghancurkan persatuan umat Islam kemudian mengkotak-kotakannya. Dengan ide ini umat Islam hanya disibukkan dengan urusan wilayahnya saja, seolah tidak ada ikatan apapun dengan umat Islam lainnya di luar wilayahnya. Padahal sejatinya umat Islam adalah saudara dan umat yang satu.
Hal ini begitu jelas terlihat, Mesir menolak tahjir atau pemindahan paksa warga Gaza ke Sinai. Mereka meneriakkan bahwa Sinai bukan alternatif dan jangan mengorbankan keamanan Mesir demi Palestina. Padahal secara wilayah tidak ada jarak di antara mereka. Sungguh batas itu diciptakan karena ada ide nasionalisme.
Nation state inilah yang menjadi penghalang yang ampuh untuk menyatukan umat Islam. Ide ini terus dicekoki ke dalam tubuh umat Islam sudah sejak lama. Yakni sebelum keruntuhan Daulah Khilafah. Mereka menghembuskan pemikiran ini untuk menggerogoti Daulah hingga Daulah runtuh.
Umat Islam Satu Tubuh
Sebagaimana sabda Nabi Muhammad saw. bahwa umat Islam ibarat satu tubuh, bila ada bagian yang terluka maka bagian yang lain akan ikut merasakannya. Tampaknya gambaran ini sudah tidak ada lagi. Rasa persaudaraan sudah terhalang oleh pemikiran nasionalisme. Padahal rasa inilah yang akan menyatukan dan menyelamatkan umat Islam khususnya Gaza dari kehancuran.
Maka sudah saatnya para penguasa dan juga seluruh umat Islam di seluruh dunia menyambut seruan Allah Swt. dalam surat Al-Anfal 72. "Dan jika mereka meminta pertolongan kepadamu dalam agama maka kamu wajib menolongnya. Kecuali atas kaum yang ada perjanjian antara kamu dan mereka. Sedang Allah melihat apa yang sedang kamu kerjakan"
Selanjutnya dalam diri penguasa dan juga umat muslim ada ketakutan akan adanya bahaya yang lebih dahsyat. Manakala terdiam melihat saudara terdzalimi. “Dan orang kafir itu sebahagian mereka menolong sebahagian yang lain, maka jika kalian tidak melakukannya (saling menolong dalam agama) maka akan ada fitnah di muka bumi dan kerusakan yang besar.” (QS Al-Anfal [8]: 73)
Khatimah
Seruan Allah Swt. dan Rasul-Nya hanya akan dianggap sebagai seruan biasa. Bisa jadi lisan-lisan mereka sering kali membaca ayat-ayat tersebut bahkan sudah hafal. Akan tetapi, semuanya tidak akan mampu menggerakkan penguasa dan umat Islam, manakala mereka belum sadar.
Jadi tugasnya adalah bagaimana agar para penguasa dan umat itu sadar. Sadar bahwa Islam akan menjamin kebahagiaan dunia dan akhirat manakala diambil secara kafah dan ditegakkan dalam institusi Daulah Khilafah. Amerika dan Israel pun akan bisa dikalahkan dan Palestina akan bisa dibebaskan.
Wallahualam bissawab. []
Disclaimer
www.Narasiliterasi.id adalah media independent tanpa teraliansi dari siapapun dan sebagai wadah bagi para penulis untuk berkumpul dan berbagi karya. www.Narasiliterasi.id melakukan seleksi dan berhak menayangkan berbagai kiriman Anda. Tulisan yang dikirim tidak boleh sesuatu yang hoaks, berita kebohongan, hujatan, ujaran kebencian, pornografi dan pornoaksi, SARA, dan menghina kepercayaan/agama/etnisitas pihak lain. Pertanggungjawaban semua konten yang dikirim sepenuhnya ada pada pengirim tulisan/penulis, bukan www.Narasiliterasi.id. Silakan mengirimkan tulisan anda ke email narasipostmedia@gmail.com
